Selasa, 31 Oktober 2017

Review Waterboom Bali. Mahal sih. Tapi....

Apabila anda membuka website waterboom Bali, maka tiket masuk paling murah (one day pass) saat ini (1 Oktober 2017) adalah Rp 4420.000 untuk dewasa dan Rp 315.000 untuk anak-anak (2-11 tahun). Tapi bagi WNI, mendapat potongan harga menjadi Rp 289.000 bagi dewasa dan Rp 251.000 bagi anak-anak. Tapi, tetap saja harga tersebut masih dianggap terlalu mahal bagi warga Indonesia. Bisa jadi yang paling mahal dibandingkan water park lainnya di Indonesia. Tapi yang perlu dicatat adalah, water boom Bali merupakan water park terbesar dan terbaik di Asia. Jadi jangan terlalu perhitungan ya. Selain itu, water park ini lebih dikhususkan bagi wisatawan asing yang mungkin masih beranggapan bahwa harga tiket sebesar itu masih cukup murah dibandingkan tempat lainnya.

Fasilitas nya juga sangat baik dengan arena permainan air yang terbagi dalam beberapa menara. Diantaranya menara utama yang teridiri dari twin racer, fast n' fierce, double twist, dan smash down. Disampingya ada menara kedua dengan wahana phyton, green vivers, dan constrictor. Menara ketiga terdiri dari boomerang  super bowl. Menara ke-empat terdiri dari climax dan pipeline. Ke empat menara tadi dikhususkan bagi dewasa dan anak-anak dengan tingggi minimal 100 atau 120 cm, para pecinta olahraga yang memacu adrenalin dan kekuatan fisik. Anda akan dipaksa untuk menaiki tangga untuk menikmati setiap wahana. Tapi semuanya saya anggap masih aman selama anda mengikuti saran intruktur. Selain itu, ada juga fasilitas lazy river dan pleasure pool untuk beristirahat sejenak apabila anda terlalu lelah menaiki tangga untuk mencoba menaiki semua wahana ekstrim tadi. Apabila anda membawa anak kecil, tidak usah khawatir karena disana juga terdapat wahana yang dikhususkan bagi anak-anak. Arena untuk anak-anak terdiri dari funtastic, kiddy slides, dan kolam anak dengan kedalaman sekitar 50cm.

Waterbom Bali buka setiap hari dari jam 9 Pagi sampai jam 6 sore. Tiket yg dibeli merupakan tiket one pas day. Jadi anda yang mau berhemat, bisa datang pagi-pagi, bermain sampai tengah hari, kemudian makan siang di luar, dan masuk lagi jam 3 sore untuk menikmati sisa waktu apabila anda masih belum puas bermain di pagi hari. One day pass ticket membuat kita bisa keluar masuk waterbom pada hari yang sama.

Saya hanya datang sendiri ketika mengunjungi water boom Bali beberapa waktu lalu. Agak lonely jadinya karena tidak ada yang bisa diajak ke sana. Teman kantor yang berangkat bersama menghadari acara seminar di Bali tidak bisa ikut karena suaminya datang. Jadinya dia pergi berdua menikmati bulan madu yang kesekian kalinya. Sedangkan saya, jones deh. Pengen ajak anak dan istri, tapi duitnya belum cukup. Sayang kalau digunakan untuk liburan, mendingan tetep ditabung buat daftar haji.





Senin, 30 Oktober 2017

Mengenal Madu Palsu



Madu merupakan jenis klasik yang menjadi objek pemalsuan, bahkan sudah terjadi berabad yang lalu. Harga madu yang lebih tinggi dibandingkan pemanis lainnya menjadi target pemalsuan madu. Meskipun kualitas madu sangat berpengaruh terhadap harga, namun sampai saat ini belum ada ketetapan mengenai kriteria kualitas madu.
Pemalsuan madu dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pemalsuan madu secara langsung yaitu dengan menambahkan zat tambahan ke dalam madu sedangkan secara tidak langsung yaitu melalui pemberian pakan lebah dengan gula. Pemalsuan madu yang secara tidak langsung sangat sulit diidentifikasi. Namun ada juga madu palsu yang tidak megandung madu sama sekali yang dibuat dari bahan bahan campuran yang menghasilkan cairan seperti madu.
Pemalsuan terjadi karena madu sangat mudah dipalsukan, bahkan dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Selain itu, madu memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan jenis pemanis lainnya seperti gula pasir, gula merah, sirup jagung, dan lainnya. Permasalahan pemalsuan madu sangat kompleks karena memiliki dampak ekonomi yang signifikan dan konsekuensi gizi yang tidak terbantahkan. Sebagai contoh, madu aman dikonsumsi penderita diabetes, namun apabila sudah dicampur gula tambahan, maka sudah pasti akan merugikan kesehatan penderita diabetes tersebut.
Dari hasil laporan kepolisian dan investigasi beberapa stasiun televisi, madu palsu yang beredar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah jenis madu yang ditambahkan zat lain sehingga mengurangi konsentrasi kadar madu. Kelompok yang kedua adalah madu palsu yang tidak mengandung madu sama sekali. 
Tidak banyak masyarakat yang menyadari kalau madu yang mereka konsumsi ternyata palsu. Penangkapan produsen madu palsu biasanya bukan berasal dari laporan konsumen, namun dari laporan tetangga yang merasa curiga dengan aktivitas produsen madu. Hal tersbut membuktikan bahwa masyarakat belum mengetahui dengan pasti mana yang madu asli, mana yang palsu. 
Meskipun banyak metode sederhana untuk membuktikan kemurnian madu, namun metode tersebut tidak sepenuhnya benar karena produsen madu palsu lebih ahli memalsukan madunya. Selain itu, metode yang beredar tidak selau terbukti secara ilmiah.
Mungkin informasi ini cenderung menyesatkan, namun itulah yang terjadi. Saran bagi pembeli madu adalah belilah madu dari produsen yang sudah terpercaya. yakinlah bahwa madu yang anda konsumsi asli dan berkhasiat. Meskipun madu palsu dapat dirasakan oleh penderita diabeteas, jangan sampai penderita diabetes yang anda di sekitar anda dijadikan kelinci untuk menguji kemurnian madu. Dan jangan lupa, bagi umat Islam, bacalah basmalah sebelum anda mengkonsumsi madu.


Mengenal Pacet, Sang Penghisap Darah!




Memasuki hutan di musim hujan, kita harus siap-siap menerima serangan pacet. Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi Hutan Adat Guguk dan terkena serangan pacet. Hujan pada malam sebelumnya membuat jalanan menuju kawasan serta di dalam kawasan Hutan Adat Guguk menjadi lembab, yang sudah pasti banyak pacet berkeliaran.

Saya sudah empat kali memasuki kawasan Hutan Adata Guguk, dan sudah 2 kali terkena serangan pacet. Namun keduanya tidak pernah saya sadari. Setelah selesai mandi, barulah saya sadar kalau sudah digigit pacet yang dapat dilihat dari bekas luka di kulit yang menimbulkan efek gatal.

Karena rasa penasaran, hari itu saya iseng melihat-lihat lantai hutan untuk bisa melihat pacet berkeliaran. Menurut rekan lainnya, pacet di sana termasuk yang paling parah dibandingkan daerah lainnya. Ternyata tidak sulit untuk menemukannya karena ternyata lumayan banyak pacet yang berkeliaran. Ada yang di ranting pohon, di atas daun, dan di dasar tanah. Setelah membuktikan dengan mata kepala sendiri, akhirnya saya melaluinya dengan biasa saja. Kalaupun sampai darah saya dihisap lagi oleh pacet, anggap saja sedekah.

Sepanjang perjalanan, lumayan banyak pacet yang memanjat celana saya. Untungnya saya memakai celana panjang, kemudian bagian bawah celana saya ditutup kaus kaki dan pemakaian sepatu boot membuat saya merasa sedikit aman. Namun rupanya sang pacet pantang menyerah. Ketika dalam perjalan pulang lah saya baru menyadari kalau pacet sudah menghisap darah saya di bagian bawah pusar. Tidak tanggung-tanggung, dua buah pacet sedang menggantung di bawah pusar ketika saya menyadari bahwa baju saya berdarah. Namun foto nya tidak akan saya share karena berada di areal aurat.

Pacet (Hamodipsa zeylanica) adalah  binatang melata yang hidup melekat pada daun-daun, batang pohon, dan kadang di dalam tanah yang lembab.  Hewan yang bertubuh kecil seukuran batang korek api ini biasanya akan membesar menjadi seukuran jari kelingking bayi apabila menghisap darah. Tubuh pacet berwarna coklat dengan garis-garis hitam di badannya yang dapat mengerut maupun mengembang. Bagian tubuh pacet peka cahaya, sentuhan, suhu, dan cuaca. Pacet memiliki alat penghisap berbentuk bulat di kedua ujung tubuhnya. Di tengah-tengah alat penghisap bagian depan terdapat mulut dan gigi. Kebanyakan pacet hidup sebagai parasite dengan menghisap darah atau jaringan tubuh binatang lain seperti makanan. Ada juga yang hidup dengan makan sisa-sisa binatang dan tumbuhan.

Ketika pacet menghisap darah, dia mengeluarkan zat khusus pada sedotannya yang dapat mencegah penggumpalan dan pengeringan darah. Oleh karena itu, apabila kita menyadari ketika digigit pacet dan memaksa pacet melepaskan hisapannya, darah kita akan terus mengalir dan sulit dihentikan. Namun ketika pacet sudah kenyang, dia akan melepaskan diri dan darah kita otomatis akan berhenti mengalir. Efek tersebut merupakan akibat dari enzim hyaluronidase  yang diekskresikan pacet. Enzim tersebut termasuk kelompok enzim yang aktif pada pH asam dan netral.  



Minggu, 29 Oktober 2017

Mengenal Hutan Adat guguk



Hutan Adat Guguk terletak di Desa Guguk, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Saat ini, hutan yang masih terjaga keasriannya ini terletak di Bukit Tapanggang seluas 690 hektar. Kawasan ini ditetapkan menjadi hutan adat sejak tahun 2003 melalui Surat Keputusan Bupati Merangin Nomor : 287 Tahun 2003 pada tanggal 23 November 2003. Kelompok pengelola hutan adat dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama No. 01.KB/VIII/2003 disertai dengan beberapa aturan pengelolaan hutan adat.


Selain itu, kelompok pengurus membuat sebuah program kerja yang dijalankan dengan pendanaan yang berasal dari swadaya anggota, masyarakat, donatur atau lembaga donor. Beberapa program kerja tersebut adalah: 1) Penyediaan peralatan operasional lapangan. 2) Melaksanakan patroli rutin dalam kawasan minimal satu kali dalam sebulan. 3) Pengadaan bibit kayu keras seperti: Tembesu (Fagraea fragrans), Meranti (Shorea sp.), dan Jelutung (Dyera costulata)4) Monitoring flora dan fauna. 5) Peremajaan Karet masyarakat di sekitar kawasan hutan adat. 6) Peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan hutan adat Guguk.
Hutan adat Guguk sangat istimewa karena berasal dari inisiatif sekelompok masyarakat yang merasa prihatin atas kondisi hutan saat itu. Atas bimbingan dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), mereka mengajukan kawasan hutan yang berada di Desa mereka yang sebelumnya merupakan kawasan konsesi HPH (Hak Pengusahaan Hutan) untuk dijadikan Hutan Adat agar keberadaan hutan dapat dipertahankan. Meskipun tidak semua masyarakat menyetujuinya, namun dengan usaha yang gigih, perjuangan sejak tahun 1997 akhirnya terbalas dengan penetapan SK Hutan Adat dapat ditetapkan pada tahun 2003.


Untuk menjangkau Hutan Adat Guguk, sangat mudah karena lokasinya sudah masuk di dalam aplikasi google maps. Dari Kota Bangko, Kabupaten Merangin, dapat ditempuh sejauh 43 km ke arah Gunung Kerinci dengan estimasi waktu sekitar 40 menit. Dalam perjalanan dari Bangko menuju Desa Gugugk, kita juga akan melewati beberapa pintu gerbang menuju Geopark Merangin.
Sebelum memasuki kawasan hutan, sebaiknya meminta izin terlebih dahulu kepada pengurus untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tanyakan saja kepada penduduk sekitar setelah melewati gerbang Hutan Adat Guguk untuk mengetahui rumah salah seorang pengurus. Saya menyarankan untuk menyewa pemandu apabila anda berencana untuk memasuki kawasan hutan. Kawasan Hutan yang masih luas, bias membuatmu tersesat apabila pergi tanpa pemandu.
Pada tahun 2013, Desa Guguk memerima perhargaan Kalpataru Tingkat Provinsi Jambi sebagai pemenang pertama kategori Penyelamat Lingkungan. Saat ini, Hutan Adat Guguk merupakan hutan desa terluas di Indonesia. Sudah banyak daerah yang lain yang belajar mengelola hutan dari Hutan Adat Guguk. Dan Hutan Adat Guguk turut mengharumkan nama provinsi Jambi yang diakui sebagai pelopor hutan adat di Indonesia.
Sudah banyak penelitian yang dilakukan di dalam kawasn Hutan Adat Guguk, baik dalam negeri maupun dari luar negeri. Beradasarkan penelitian yang mengukur potensi karbon, Hutan Adat Guguk memiliki nilai aset miliaran rupiah Namun sayangnya, perhatian dari pemerintah setempat masih kurang. Padahal Desa Guguk biasa dijadikan desa percontohan dalam membangun Hutan Adat. Untungnya, para pengurus masih mempunyai pemikiran bahwa menjaga hutan berarti menyelamatkan kehidupan anak cucu mereka. Dengan terjaganya Hutan, maka terjaga pula lingkungan dari bencana kekeringan, longsor, banjir, dan sebagainya. Mungkin tampak klise, tapi itulah yang diyakini para pengurus untuk keberlangsungan hidup keturunan mereka.


Senin, 23 Oktober 2017

Agatha Christie: Penulis dengan karya paling banyak terjual sepanjang masa

Namanya mungkin tidak terkenal seperti J.K. Rowling, tapi dia dinobatkan The Guiness Book of Records sebagai penulis dengan penjualan novel terbanyak sepanjang masa di seluruh dunia. Dialah Agatha Chirstie, penlis novel favorit saya, yang tidak saya sangka memiliki pencapaian begitu besar.

Saya mengenal karyanya sejak SMP. Ketika itu, taman bacaan sedang digandurungi anak-anak seusia saya. Yang paling disukai adalah cerita detektif yang bermula dari booming nya komik Detektif Conan dan Detektif Kindaichi. Karena harus menunggu jadwal terbit komik berikutnya, iseng-iseng saya mulai membaca novel detektif juga, kebetulan novel yang paling banyak tersedia di taman bacaan adalah karya Agatha Christie. Selanjutnya, novel detektif karyanya saya jadikan sebagai bacaan wajib selain buku pelajaran, tentunya.

Agatha Christie lahir pada tanggal 15 September 1890 di Ashfield, Torquay, Devon, Inggirs dengan nama Agatha Miller. Dia merupakan anak ketiga dari pasangan Clara Boehmer, seorang wanita Inggris dan Frederich Alvah Miller, seorang pria Amerika. Agatha mendapatkan pendidikian di rumah atas keinginan Ibunya. Kedua orang tuanya bertanggung jawab dalam mengajarinya membaca dan menulis.

Ayahnya meninggal karena serangan jantung pada tahun 1901, saat usia Agatha baru 11 tahun. Tahun berikutnya, Agatha dikirim untuk mendapatkan pendidikan formal di Miss Guyerts Girls School di Torquay, tapi mengalami kesulitan dalam menerapkan disiplin. Pada tahun 1905 dia dikirim ke Perancis dimana dia mendapatkan pendidikan di tiga tempat yang berbeda. Agatha kembali ke Inggris tahun 1910 dan menemukan bahwa Ibunya sedang sakit. Akhirnya mereka memutuskan menghabiskan waktu bersama di Kairo yang memiliki iklim lebih hangat

Tahun 1910, Agatha menulis novel pertamanya dengan judul “Snow upon the Desert” namun ditolak penerbit dan disarankan menulis novel berikutnya. Pada tahun 1914 dia menikahi seorang penerbang dalam Korps Penerbang Kerajaan Inggris bernama Kolonel Archie Christie dan merubah namanya menjadi Agatha Christie. Setelah menikah, dia menulis novel lagi dengan cerita detektif dan memperkenalkan Hercule Poirot - salah satu legenda tokoh detektif - dalam “The Mysterious Affair at Styles” yang baru terbit pada tahun 1920 setelah melalui penolakan dari beberapa penerbit. Setelah menerbitkan novel pertamanya, Christie tidak mengalami kesulitan dalam menerbitkan karya berikutnya.

Pada tahun 1926, Christie membuat kehebohan ketika mendadak menghilang selama sebelas hari. Dia akhirnya ditemukan sedang tinggal di sebuah hotel di Harrogate, di mana dia mengatakan bahwa dirinya mengalami hilang ingatan yang disebabkan gangguan urat syaraf akibat kematian Ibunya dan masalah dalam pernikahannya. Tentu saja ada yang menganggap hal tersebut sebagai aksi publikasi belaka.

Pada tahun 1928, Christie akhirnya bercerai dari suami pertamanya karena pernikahannya yang tidak bahagia. Dari pernikahannya, dia memiliki seorang putri bernama Rosalind. Dia akhirnya menikah lagi tahun 1930 dengan Max Mallowan dan menjalani pernikahan yang bahagia sampai akhir hayatnya.

Agatha Christie menerbitkan 73 novel, 28 kumpulan cerita, 3 puisi, dan 16 naskah pertunjukan drama sepanjang hidupnya. Menurut Index Translationum, dia dinobatkan sebagai penulis dengan karya paling banyak diterjemahkan di seluruh dunia, dalam 103 bahasa. Bahkan menurut The New York Times Best Seller List, karyanya diprediksi terjual sebanyak 2 – 4 milyar kopi. Pada tanggal 12 januari 1976 dia meninggal di usia 85 tahun,  .

  


Proses Pengecambahan Merbau (Intsia palembacinca)

Benih merbau termasuk jenis benih ortodoks, yaitu jenis benih yang bisa disimpan lama dengan menurunkan kadar airnya. Kulit benih merbau sangat keras sehingga memerlukan perlakukan untuk memecahkan masa dormnsinya.

Untuk mempercepat proses perkecambahan benih merbau diperlukan perlakukan skarifikasi benih. Skarifikasi benih merupakan usaha memecah dormansi benih yang bertujuan untuk menghilangkan sifat dormansi fisik benih terhadap gas dan air sehingga dapat mempercepat perkecambahan. Skarifikasi akan mempercepat imbibisi sehingga benih dapat berkecambah dalam wakut yang relatif seragam.

Perlakuan skarifikasi benih merbau dapat dilakukan melalui pengikiran atau pelukaan kulit benih. Cukup sedikit saja pengikiran pada bagian ujung benih sampai menembus kotiledon tanpa merusak embrio benih. Benih yang sudah dikikir, selanjutnya direndam dalam air dingin selama 30 menit atau lebih sampai bagian kulit yang sangat keras berubah menjadi lunak. Bagian kulit yang masih keras dapat mengganggu proses pengecambahan, kotiledon akan tertahan dan proses pertumbuhan daun menjadi terhambat.

Cara lain perlakuan pendahuluan benih juga dapat dilakukan melalui perendaman benih dalam larutan asam asetat dengan konsentrasi 40% selama 20 menit. Namun pengggunaan asam sulfat tidak disarankan karena limbahnya dapat mencemari lingkungan. Selain itu, pemakaian tanpa menggunakan alat perlindungan diri dapat merusak kesehatan.

Benih yang telah melakukan perlakuan pendahuluan kemudian ditabur dalam bedeng tabur. Media yang digunakna dapat berupa campuran tanah dengan pasir (perbandingan 1: 1) maupun tanah dengan sekam padi (perbandingan 2: 1).

Proses perkecambaha merbau termasuk tipe epigeal, dimana hipokotil benih merbau tumbuh memannjang yang mengakibatkan kotiledon dan plumula sampai keluar permukaan tanah. Jadi proses pengecambahan sejatinya terjadi di atas tanah setelah hipokotil tumbuh sempurna. Proses ini dimulai dengan tumbuhnya bagian akar pada hari ke-2. Akar yang tumbuh akan masuk ke dalam tanah. Setelah muncul sepasang daun semai, merbau siap untuk disapih ke dalam polybag.

   

Senin, 16 Oktober 2017

Balimau Kasai, Tradisi Mandi Masal Menjelang Bulan Ramadhan di Sepanjang Aliran Sungai Kampar.

 Suasana Balimau Kasai

Di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau ada tradisi tahunan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan yang bernama Mandi Balimau Kasai. Tradisi ini biasanya diadakan sehari menjelang bulan Ramadhan. Masayarakat berduyun-duyun menuju sungai Kampar melakukan mandi masal. Laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, semua tumpah ruah di sepanjang aliran sungai Kampar. Ada yang mebawa ban karet, perahu karet, dan lainnya. Berbagai perahu hias juga ikut memeriahkan acara tersebut. Bahkan di pinggiran sungai juga biasa diadakan lomba panjat pinang untuk menambah suasa meriah.

Acara ini sudah menjadi tradisi tahunan dan dibumbui aneka rangkaian acara. Bahkan pada tahun 2017, tradisi ini dibuka oleh Gubernur Riau, Andi Rachman. Menurut beliau, acara yang sangat luar biasa ini harus bisa dijadikan bagian dari kegiatan pariwisata Riau yang bekerjasama dengan pemkab Kampar. 

Istilah balimau sendiri berarti mandi dengan menggunakan air dan jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan antara lain jeruk nipis, jeruk purut dan jeruk kapas. Sedangkan kasai adalah wangi-wangian yang dipakai untuk keramas. Bagi sebagian masyarakat Kampar, pengharum (kasai) ini dipercaya dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam kepala, sebelum memasuki bulan puasa. Jadi balimau kasai seara umum dapat diartikan dengan mandi menggunakan limau dan kasai sebagai pengganti sabun dan shampo yang tentunya belum ada pada masa itu, untuk membersihkan diri sebelum memasuki bulan puasa.
Limau dan kasai yang digunakan dalam acara

Tradisi yang mirip balimau kasai, juga dilakukan di daerah lainnya namun dengan menggunakan istilah yang berbeda seperti Balimau Kasai Potang Mamogang (Kabupaten Pelalawan), Mandi balimau (Sumatera Barat), dan lain-lain. Karena pada dasarnya acara serupa banyak dilakukan masyarakat yang dulu tinggal di sepanjang aliran sungai. Tidak heran kalau beberapa daerah melakukannya.

Balimau kasai merupakan sebuah tradisi dan kebudayaan yang dahulu dilakukan oleh orang-orang di pinggiran sungai Kampar saat menjelang Ramadahan. Sebagian masyarakat menganggap balimau kasai dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa. Selain itu juga sebagai simbol penyucian dan pembersihan diri. Tradisi ini dulu dilakukan oleh masyarakat sekitar sungai Kampar karena belum memiiki kamar madi di rumahnya tentunya.

Namun saat ini, nilai-nilai dan makna Balimau Kasai telah banyak menyimpang dari tujuan utamanya. Hal tersebut dapat dilihat dari ramainya acara dan tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan. Kadang ada yang menampilkan acara hiburan berupa organ tunggal dengan penyanyi yang memakai pakaian seronok, para laki-laki menikmati acara sambil meneguk minuman keras, muda-mudi berdua-duaan di tepi sungai, dan maksiat-maksiat lainnya turut menyertai acara tahunan ini. Semua itu terjadi karena tidak ada aturan mengikat mengenai acara ini. Yang mau bersenang-senang dipersilahkan, begipula yang mau membersihkan diri.

Dilihat dari kasat mata, yang melakukan balimau kasai pada umumnya semata-mata mencari hiburan dan kesenangan saja. Hanya segelintir orang yang melakukannya untuk mandi membersihkan diri. Melihat kondisi saat ini, di mana hampir setiap rumah memiliki kamar mandi masing-masing, kenapa harus repot-repot pergi ke sungai kalau niatnya untuk mandi dan membersihkan diri. Yang mengikuti acara mandi di sungaipun sesampainya di rumah kebanyakan mandi lagi karena air sungainya pun kini tidak sebersih dahulu. Balimau dan Kasai pun jarang sekali digunakan  saat ini, tergantikan oleh sabun dan shampo.


Beberapa orang malah beranggapan kalau acara ini justru mengotori kesucian ramadahan. Namun kita tidak boleh menghakimi begitu saja. Semua itu tergantung pandangan masing-masing. Bagi yang menilai acara ini lebih banyak mudorotnya daripada manfaatnya, maka tidak usah diikuti tapi jangan pula menghakimi. Acara ini memang bukan suatu kewajiban, tapi bukan pula yang dilarang. Semuanya kembali kepada niatan masing-masing. Namun bagi yang haus hiburan dan merasa penasaran, silahkan diikuti tapi luruskan niat jangan sampai terbersit niatan untuk berbuat maksiat. 

Kejahatan muncul karena adanya kesempatan, begitupula dosa dilakukan karena adanya kesempatan. Jadi, Waspadalah! Wspadalah! Dan Bertobatlah!.

Minggu, 15 Oktober 2017

Saya Benci Ke Mall

Waktu masih hidup sendiri, saya menyukai pergi ke Mall. Saya yang masih tinggal di Perawang, sekitar 50 km dari kota Pekanbaru menjadikan Mall salah satu hiburan untuk menghabiskan waktu di akhir pekan. Meskipun tidak berbelanja, hanya sekedar window shoping, namun saya suka berkeliling Mall. Kadang hanya melihat harga barang yang ingin saya beli. Tapi tidak langsung membelinya, menunggu suatu saat ada diskon. Kalau sudah diskon, baru saya membelinya. Toh barangnya juga bukan barang kebutuhan primer, jadi tidak masalah dibeli kapan-kapan.

Namun kini saya kurang menykai jalan-jalan ke Mall. Setelah berkeluarga, prioritas kebutuhan menjadi berubah. List kebutuhan yang harus dipenuhi didata, keuangan diatur agar pengeluaran tidak lebih besar daripada pemasukan. Jalan-jalan ke mall dapat mengacaukan keadaan keuangan tersebut. Kenapa? Karena ke Mall paling tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk hal yang kurang perlu, misalkan makan siang yang harganya masti lebih mahal daripada makan di rumah, beli Jacool, Roti Boy, mengajak main anak ke wahana permaian yang tersediia, dan melihat barang-barang diskon yang sebenarnya tidak butuh-butuh amat menjadi sayang untuk dilewatkan dan mendadak menganggap itu menjadi barang sekunder yang mendekati primer. Padahal, kalau tidak dibeli juga saya masih bisa hidup dengan normal. Tapi kalau tidak dibeli, saya tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Maka kini saya putuskan pergi ke Mall hanya sebulan sekali. Tapi kalau keluarga ngajak ke Mall, anak-anak ingin ikut, tapi saya nya ga kut, kan jadi ga enak. Maka dengan terpaksa saya ikut dan berdoa semoga tidak ada barang yang diskon. Sayapun biasanya langsung menuju areal bermain anak, dan berdiam diri diri menemaini anak mandi bola.

Bawang Putih Part 4 (End)

Bawang putih tidak sabar untuk segera bertemu dengan pangeran. Maka dia pun bergegas keluar kamarnya menuju ruang tamu untuk membukakan pintu bagi Sang Pangeran. Sebelum pangeran menyentuh gagang pintu, rupanya pintu sudah terbuka. Di hadapannya Nampak seorang gadis cantik yang sudah lama ada dalam pikirannya. Tanpa disadarinya, pangeran langsung memeluk bawang putih. Betapa terkejutnya bawang putih mendapat serangan mendadak dari pangeran. Namun dia pun tidak berani menolak pelukan pangeran dan balas memeluknya.

Sekitar sepuluh detik mereka berpelukan sebelum akhirnya mereka menyadari kesalahan dan merasa kikuk atas perbuatan mereka. Dan ketika mereka ingin megutarakan perkataan, mereka selalu berkata bersama-sama sampai akhirnya pangeran memberikan kesempatan kepada bawang putih untuk berbicara terleih dahulu. Bawang putih pun menjelaskan panjang lebar bagaimana dia bermimpi tentang orang yang dulu ditolongnya dan semenjak itu dia selalu memikirkan sang pangeran meski tidak tahu siapa dan dimana pangeran tinggal. Namun dia berjanji ketika mereka bertemu lagi, dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengutarakan perasaannya dan semoga pangeran bisa membalas perasaannya dan mau menjadi suaminya.

Betapa terkejutnya pangeran ternyata mereka mengalami mimpi yang sama. Meskipun awalnya pangeran sempat menaruh curiga kalau bawang putih telah memantrainya dengan mantra pelet asihan. Namun setelah diobati oleh dukun istana, perasaan itu tidak juga hilang. Semenjak itu pangeran yakin bahwa perasaannya tulus dari hatinya yang paling dalam, bukan karena pengaruh pelet asihan. Pangeran pun mulai mencari keberadaan bawang putih, namun takdir baru mempertemukan mereka di tempat yang tidak pernah dia duga. Namun pangeran masih menyembunyikan identitasnya sebagai putra mahkota karena masih ingin menyelidiki latar belakang bawang putih. Dia pun meminta bawang putih menceritakan kisah hidupnya dan ke mana dia selama ini menghilang.

Bawang putih pun menceritakan kisah hidupnya. Bukan hanya mengenai belajar bersama nenek di hutan larangan, namun dia juga menceritakan kisah hidupnya, ibunya, ayahnya, ibu tirinya, dan bawang merah saudara tirinya. Bawang putih juga menjelaskan bahwa rumah ini dulunya adalah rumah keluarganya dan meminta penjelasan sang pangeran kenapa rumah ini kini bisa dimiliki pangeran.

Mendengan penjelasan bawang putih, membuat pangeran semakin terkejut. Sebenarnya misi dia di rumah itu adalah menyelidiki hilangnya cucu dari kerajaan B. Diceritakannya bahwa ibu bawang putih sebenarnya adalah putri kerajaan B, namu karena dia memilih menikah dengan pengawal pribadinya, yang tak lain adalah ayahnya, dia diusir dari kerajaan. Ibu dan Ayahnya mulai kehidupan baru di wilayah kerajaan A semenjak saat itu sampai kematian mereka.

Saat ini kerajaan B sedang berduka karena Sang Raja (Kakek bawang putih) sedang sakit keras, sedangkan putra mahkota sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena kecelakaan. Dengan kata lain, bawang putih lah calon satu-satunya penerus kerajaan B karena putra mahkota meninggal tanpa meninggalkan seorang anak. Semenjak bawang putih menghilang, maka Ibu tiri dan bawang merah diduga telah membunuhnya. Mereka berdua telah dipenjara karena tidak bisa menjelaskan keberadaan bawang putih.

Pangeran pun menjelaskan bahwa dia sebenarnya adalah seorang putra mahkota kerajaan A. Namun dia bukan calon penerus kerajaan karena dia hanyalah anak ke-2. Sang penerus tahta sudah pasti adalah kakaknya. Dia pun tidak keberatan menikahi bawang Putih dan akan membantu bawang putih meminpin kerajaan B apabila nanti Bawang putih menjadi penerus kerajaan.

Meskipun bawang putih kurang begitu mempercayai penjelasan sang pangeran, namun dia bersedia mengikuti pangeran untuk pergi ke kerajaan B untuk membuktikan perkataan sang pangeran. Keesokan harinya mereka pergi ke kerajaan B untuk menemui sang kakek. Di Istana, Bawang putih dapat melihat lukisan Ibunya sewaktu masih muda bersama saudara, Raja dan Ratu. Melihat lukisan itu, bawang putih menjadi yakin bahwa Ibunya adalah seorang putri raja. Selama ini, Ibunya tidak pernah bercerita mengenai identitasnya sebagai seorang putri.

Setelah melihat Bawang putih, sang raja merasa yakin kalau bawang putih adalah cucunya. Kini dia seolah melihat anaknya yang dulu dibuangnya karena memberontak dan memilih meikah dengan seorang pengawal. Dia menyesali perbuatannya dan meminta Bawang putih untuk memaafkan kesalahan dan menawarkannya untuk tinggal di istana, hidup sebagai cucu sang Raja.

Semenjak kedatangan bawang putih, kondisi kesehatan Sang Raja semakin membaik. Maka Bawang putih pun memutuskan tinggal di Istana untuk sementara waktu sambil mempelajari adat istiadat seorang putri. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi bawang puih untuk mempelajarinya. Dan dia segera menjadi putri yang santun dan pintar.

Sementara itu, bawang putih teringat dengan Ibu tiri dan Bawang mrah. Maka dia meminta Sang kakek untuk melepakan mereka berdua karena menghilangnya bawang putih selama ini bukan kesalahan mereka. Ibu tiri dan bawang merah pun dibebaskan. Mereka dijinkan bawang putih untuk tinggal di rumah orang tuanya asalkan mau merawat rumah tersebut. Kalau kondisi rumah tidak bertambah baik, maka mereka sewaktu-waktu harus siap diusir. Mendengar penjelasan bawang putih, mereka menyepakati kesepakatan yang ditawarkan karena mereka pun tidak punya tempat lain yang harus dituju.


Sebulan kemudia Bawang putih dan pangeran menikah. Pernikahan mereka dilaksanakan dengan begitu meriah selama tujuh hari tujuh malam dengan rangkaian acara yang begitu banyak. Mereka berdua hidup bahagia di Istana.

Jumat, 13 Oktober 2017

Aku dan Bapakku.


Aku dan Bapakku tidak begitu dekat, Aku lebih dekat dengan Ibuku. Sewaktu masih kecil, Bapakku bekerja di luar kota sebagai tukang bagunan, bukan jenis pekerjaan yang bisa kubanggakan di depan teman-temanku. Aku bahkan selalu diledek oleh teman-temanku yang mengatakan kalau Bapakku kawin lagi. Mungkinkah karena itu Bapak tidak tinggal dengan kami. Waktu itu aku selalu menangis dan mengadu kepada Ibu. Tapi Ibu selalu berkata bahwa Bapak tidak kawin lagi. Dia hanya mencari nafkah untuk membiayai kehidupan kami.

Aku tinggal dengan Ibu dan adik laki-lakiku yang berumur 6 tahun lebih muda. Meskipun kami tidak tinggal bersama Bapak, namun kami hidup bahagia. Kami memang tidak kaya, namun tidak terlalu miskin. Ibu selalu memanjakan kami dan mengabulkan semua permintaan kami. Mungkin karena waktu itu kami tinggal di kampung, yang standar biaya hidupnya masih rendah, membuatku tidak sadar kalau sebenarnya kami cukup miskin. Kami sangat menyayangi Ibu, beliau tidak pernah marah ataupun membentak kami, meskipun kadang kami membuatnya kesal. Dialah Ibu terbaik di dunia.

Meskipun Bapak hanya pulang sebulan sekali, Aku justru tidak begitu suka ketika Bapak ada di rumah.  Bapak biasa tinggal di rumah sekitar 2 atau 3 hari, namun pada saat itu, Aku dan adikku lebih sering bermain di luar rumah daripada menghabiskan waktu bersama Bapak. Bapak selalu menghukum kami kalau kami tidak sholat berjamaah di masjid dan membangunkan dengan mencipratkan air ke muka kami agar bisa bangun pagi dan sholat subuh berjamaah di mesjid.

Ibuku meninggal ketika aku baru masuk kuliah, sementara adikku masih kelas 1 SMP. Beliau meninggal karena mengalami kecelakaan sepeda motor bersama Bapak. Saat itu, aku sangat sedih dan berharap kalau Bapakku lah yang meninggal. Aku sedih karena belum bisa membahagiakan dan berbakti kepada Ibu. Sementara kalau Bapak meninggal, aku rasa tidak akan begitu berpengaruh terhadap kehidupanku. Bisa kuliahpun karena mendapatkan beasiswa, bukan dibiayai oleh Bapak. Semenjak itu, aku semakin jarang berkomunikasi dengan Bapak. Karena uang beasiswa dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan mampu membayar uang kuliah, Aku tidak pernah sekalipun meminta uang pada Bapak.

Setelah Ibu meninggal, adikku tinggal bersama Bibi, adik Bapak. Bapak masih tinggal di luar kota dan mengirimkan uang untuk kebutuhan adikku. Aku juga jarang berkomunikasi dengan Adikku karena aku sudah asik dengan dunia perkuliahan. Bahkan Saat libur pun aku jarang pulang ke rumah. Aku lebih suka tinggal di kosan dan menjadi penjaga kosan ketika yang lain mudik. Pada dasarnya, Aku sudah tidak punya rumah untuk pulang. Rumah yang kutinggali dulu bersama Ibu dan Adikku, kini sudah dikontrakan.

Aku merasa hidup bagai sebatang kara, bahagia karena sudah bisa hidup mandiri dan tidak merepotkan orang lain. Aku jarang menelpon Bapakku, karena tidak tahu apa yang akan kubicarakan. Bapak biasanya yang meneleponku, menanyakan apakah aku membutuhkan tambahan uang atau tidak. Kalau seperti itu, aku biasanya bilang kalau aku sedang butuh uang. Bapak pun akan mengirimkan uang, meskipun jumlahnya tidak seberapa, lumayan untuk tambahan baiya hidup sehari-hari. Tapi aku tidak pernah sekalipun memintanya. Kalau pun dia mau memberika uang, tentu aku terima. Itu sudah menjadi kewajibannya untuk membiayai anaknya.

Saat liburan semester empat, Bapakku mendadak sakit. Penglihatannya kini mulai memburuk. Menurt informasi dari dokter, syaraf matanya ada yang putus sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas. Setelah mencoba berbagai pengobatan alternatif, akhirnya Bapak menyerah dengan kondisi matanya. Menurut pengakuan Bapak, dia masih bisa melihat namun hanya sebatas bayangan saja. Akupun tidak begitu mengerti maksudnya. Yang jelas, ketika kami berbincang, padangan Bapak kadang melihat ke arah lain. Bahkan saat kami bertatap muka, dia tidak bisa langsung mengenaliku. Setelah aku berbicara, dia baru mengenaliku. Kondisi seperti itu, membuatku merasa Iba pada Bapak. Namun tidak begitu banyak mengubah hubungan kami yang masih renggang.

Setelah pulang sekitar satu minggu, aku kembali lagi pada kehidupan kampus. Menurut Informasi dari Bibi, sekarang Bapak tinggal di rumah lama kami, dia bersikeras untuk tinggal sendiri. Sedangkan adikku masih tinggal bersama Bibiku karena jarak rumah kami ke sekolah Adiku lumayan jauh. Setelah lulus SMP, adikku berhasil mendapatkan beasiswa full SMA bagi kaum duafa dan tinggal di asrama.

Karena penglihatannya kurang baik, kini Bapak bekerja sebagai penambang pasir. Jenis pekerjaan yang lebih kasar dari tukang bangunan. Nanum tidak memerlukan ketelitian karena tinggal mengumpulkan pasir, mengayaknya, lalu menjualnya. Meskipun begitu, menjadi penambang pasir membuat Bapak harus bejemur sinar matahari setiap hari. Kata Bibi, kini bapak semakin kurus dan hitam legam. Aku yang tidak bisa berbuat banyak hanya bisa mendengarkan penjelasan Bibi karena tidak tahu harus berkata apa.

Setelah lulus kulaih, barulah aku pulang ke rumah. Itupun untuk mengurus segala keperluan untuk melamar pekerjaan. Tinggal bersama Bapak di rumah lama kami yang penuh kenangan bersama Ibu, membuatku kurang nyaman karena Di dalam lubuk hati, aku masih menyalahkan bapak atas kematian Ibu. Rumah itu kini terasa sempit, tidak seluas dulu ketika masih kanak-kanak. Aku pun tidak betah berlama-lama di rumah dan lebih suka menghabiskan berkumpul dengan teman masa kecilku.

Aku sempat mengajar selama enam bulan di Sekolah swasta sebelum akhirnya lulus ujian seleksi CPNS dan menjadi guru SD di salah satu sekolah di Kota yang berbeda dengan kota kelahiranku. Menjadi guru SD ternyata tidak seringan dugaanku. Masuk pagi sampai sore, dari hari senin sampai sabtu. Kadang pekerjaan yang belum selesai di sekolahpun kubawa pulang dan kukerjakan di kosan. Aku memang suka membantu siapapun yang meminta pertolongan yang pada akhirnya malah membuatku keteteran mengerjakan tugas utamaku.

Sudah dua tahun lebih aku tidak pulang ke rumah, menemui Bapak, adik, ataupun saurdara yang lain. Sedang adikku kini kuliah di kota yang sama denganku. Kadang dia datang ke kosanku kalau sedang butuh uang. Meskpiun dia mendapatkan beasiswa, bahkan lebih besar dari beasiswa yang kurteima semasa kuliah dulu. Namun dia masih saja selalu kekurangan uang. Kulihat dia sudah mampu mebeli laptop dan smartphone. Beruntung sekali dia, padalaha aku baru mampu membeli laptop ketika sudah bekerja. Semasa kuliah, aku hanya bisa meminjam komputer teman atau pergi ke rental komputer untuk mengerjakan tuga. Tapi dialah adikku satu-satunya, kalau bukan aku yang membantunya, lantas siapa lagi. Adiku masih sering pulang kampung. Karena dia dulu 3 tahun tinggal dengan Bibi, dia lebih dekat dengan Bibi dan saudara lainnya. Sedangkan aku, yang dulu sewaktu tinggal dengan Ibu, jauh dari rumah keluarga Bapak ataupun Ibu. Ibu pun jarang membawa kami ke rumah saudaranya. Hanya di hari raya saja kami berkunjung.

Kadang Adiku mengingatkanku kalau aku masih punya saudara di kampung. Sekali-kali dia mengajakku pulang bareng, namun aku selalu mengelaknya. Aku hanya merasa canggung saja apabila harus menginap di rumah saudara karena kami tidak begitu dekat. Sedangkan kalau menginap di rumah bapak, aku tidak betah. Maka aku hanya bisa membuat banyak alasan agar tidak pulang. Begitupun pada saat itu, adiku mengajak pulang karena dia sedang libur semester. Sedangkan aku yang tidak bisa cuti semaunya, hanya bisa membekalinya uang untuk pulang tanpa ikut serta bersamanya.

Tengah malam, aku mengdengar telepon dari Adikku. Tidak biasanya dia telpon malam-malam. Rupanya dia memberi kabar kalau Bapak sedang di rawat di rumah sakit karena mengalami kecelakaan sepeda motor. Saat itu kondisinya sangat menghawatirkan. Dia memintaku pulang secepatnya, khawatir kalau aku tidak akan punya kesempatan lagi bertemu dengan Bapak. Karena sudah tengah malam, bis juga sudah jarang ada yang lewat, maka kuputuskan setelah subuh akan pulang.

Menjelang tengah hari aku baru sampai terminal di kampung halamanku. Aku langsung menuju rumah sakit umum seperti yang diberitahukan Adiku. Bapakku dirawat di ruangan biasa berisi 6 orang pasien. Dari pintu kulihat Bapak sedang terbaring lemas dengan luka di wajah. Kaki kananya di gips, mungkin patah. Sedangkan tangannya, hanya menderita luka luar saja yang dienuhi betdin dan lukanya tampak mulai mongering. Benar kata Bibi, kini kulit Bapak mulai keriput dan hitam legam akibat terlalu sering terkena sinar matahari. Badannya sangat kurung seperti kekurangan gizi. Tadinya aku mengira kalau bapak sudah sakaratul maut, meregang nayawa mendekati ajalnya. Namun melihat kondisinya seperti itu, aku menduga dia masih bisa bertahan gidup. Rupanya adiku mulai pandai berakting, pikirku. Kalau dia tidak berbohong, mungkin aku tidak akan pulang. Lalu dengan basa-basi aku mendekat, mencium tangannya dan menanyakan bagaimana kondisinya. Adiku lalu keluar memberikan waktu bagiku dan Bapak untuk berbincang lebih lama.

Melihat kondisi bapak yang sudah sakit parahpun, aku tidak merasa tergugah sama sekali. Tidak ada air mata yang kuteteskan. Aku hanya bersikap biasa seperti saat aku menjenguk orang lain. Dalam pikiranku malah menghitung berapa biaya yang harus kukeluarkan untuk membiayai perawatan Bapak. Apakah hatiku sudah begitu bekunya sehingga tidak ada rasa kasihan dan penyesalan karena belum berbakti kepada Bapak. Akupun tidak tahu, yang jelas aku sudah lama tidak bersedih semenjak kepergian Ibu. Mungkin kalau Bapak meninggal, aku akan bersedih. Sungguh pikiran yang picik sekali, aku hanya bisa beristighfar.

Setelah berbincang basa-basi dengan Bapak, aku segera keluar. Bau ruangan pengap, yang diisi oleh enam orang pasien membuatku kurang nyaman. Di luar aku bertemu dengan Paman, suami Bibi adik Bapak. Melihat ku yang kurang menampakan kesedihan, dia mengajakku berbicara dari hati ke hati. Dia tahu kalau aku masih belum memaafkan Bapak semenjak kehilangan Ibu. Meskpiun begitu, dia menjelaskan bahwa seorang anak yang shaleh haruslah berbakti kepada orang tuanya, tidak peduli orang tuangya berbuat baik ataupun buruk. Apalagi Bapakku termasuk orang baik di matanya. Bapak tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah di masjid, mau bekerja keras, tanpa pernah meminta-minta. Kalau aku mau menjadi anak yang saleh, sekaranglah watu yang tepat untuk menunjukan pengabdianku. Sebenarnya sudah seminggu lebih Bapak dirawat di rumah sakit, namun dia tidak mau memberitahu kami karen waktu itu dia tahu kalau adikku sedang ujian semester dan tidak mau merepotkanku.

Paman menjelaskan bahwa kehidupan Bapak sangat sulit. Pengahasilan dari menambang pasir tidaklah besar. Aplagi saat musim hujan, bapak tidak bisa menghasilkan uang. Usia bapak yang sudah tua renta dan matanya yang sudah tidak normal membuat Bapak tidak bisa mencari pekerjaan lain. Paman bertanya apakah aku suka memberikan uang pada Bapak. Akupun menjawab kalau bapak tidak minta maka akupun tidak akan memberinya uang. Paman Nampak sangat kecewa terhadap jawabanku. Tidak sepatutnya aku berbuat seperti itu. Keluarga kami tidak pernah mendidik anak menjadi anak yang durhaka. Paman memintaku untuk merenungkan semua kejadian yang pernah kualami. Apakah Bapak layak mendapat perlakuan seperti itu dari anaknya sendiri. Dia juga memberitahukan kalau selama ini bapak banyak berhutang kepadanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Total hutang dengan biaya rumah sakit mencapai 30 juta. Aku tidak diminta untuk membayar hutangnya. Kalau aku tidak mau mebayarnya, biarlah itu menjadi amal ibadah Paman dan Bibi yang sudah membatu saudaranya. Dan bapak berniat embayar hutangnya dengan menjual rumahnya kalau dia meninggal nanti. Tapi apabila aku mau mebayarnya, maka anggaplah itu sebagai salah satu bukti bahwa aku anak yang berbakti kepada orang tua.

Mendengan penjelasan paman, aku hanya bisa diam. Sepertinya sudah bukan rahasia kalau aku bukan anak yang berbakti. Mereka pun tahu kalau aku masih menyimpan amarah pada Bapak atas kepergian Ibu.

Malam itu, aku tingal di rumah sakit menggantikan adiku yang semalam berjaga. Takut dibilang anak durhaka, aku menawarkan diri untuk menjaga Bapak malam itu. Kerena lelah setelah melewati perjalanan jauh, akupun tertidur lebih awal di bawah ranjang Bapak. Aku terbangun pukul 2 pagi. Kondisi kamar yang pengap membuatku tidak bisa tidur lagi. Sambil jalan-jalan akupun melewati muhola. Rasanya sudah lama aku tidak sholat malam meminta petunjuk pada Allah. Biasanya aku sholat malam begitu menginginkan sesuatu. Namun kini, setelah mendengar ucapan paman, aku ingin meminta petunjuk dan mohon ampunan kalau selama ini aku telah menjadi anak yang durhaka. Maka akupun berwudhu dan melakukan sholat malam 2 rakaat.

Setelah selesai sholat, aku berdzikir lalu bedoa. Sayangnya aku sudah lama tidak sholat malam sehingga sudah lupa doa sholat tahajud. Maka aku hanya memanjatkan doa dalam bahasa Indonesia. Aku meminta petunjuk kepada Allah, semoga hatiku diberi kelapangan untuk memaafkan Bapak, semoga Allah mau mengampuni segala dosa dan perbuatan yang pernah kualami, semoga Allah mengampuniku yang telah menjadi anak yang durhaka. Ketika biasanya aku meminta untuk urusan dunia, untuk diriku sendiri. Saat itu aku bedoa untuk Bapakku. Semoga Bapak diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Smoga Bapak mau mmemaafkanku. Aku juga berdoa semoag Ibu dilapangkan kuburnya, diampuni segala dosanya, dijauhkan dari siksa kubur, dan medapat syafaat dari Rosulullah SAW di akhirat kelak.

Tanpa terasa, air mataku bercucuran. Selama ini Aku selalu menyalahkan Bapak atas kematian Ibu. Padahal Aku tidak tahu apa yang Bapak alami, mungkin saja selama ini Bapak lah yang lebih menderita karena kepergian Ibu. Bapak harus menanggung penyesalan karena Ibu meninggal karena kesalahannya.

Lalu kusadari bahwa umur manusia itu sudah ditetapkan Allah. Manusia tidak bisa menentukan kapan dirinya akan mati. Lalu untuk apa semua kebencian yang selama ini kutujukan pada Bapak. Akupun semakin menyesal dengan perbuatanku yang tidak terpuji ini.

Aku tidak bisa membahagiakan dan membalas semua kebaikan Ibu semasa Ibu hidup.  Aku seolah lupa bahwa doa anak yang sholeh tidak akan putus amalannya sampai akhirat. Akupun jarang mendoakan Ibu dengan tulus dan sungguh-sungguh. Lalu apakah selama ini aku telah menjadi anak yang sholeh? Sepertinya belum. Maka akupun berdoa memohon ampun dan bertobat karena selama ini kadang lalai dalam menjalankan ibadah. Penyesalanku yang semakin dalam mebuat hatiku sakit dan air matapun terus berjatuhan setelah sekian lama mengering.

Aku jadi teringat masa kecil yang pernah kulalui bersama Bapak. Meskpiun Bapak jarang ada di rumah, tapi banyak kenangan manis bersama Bapak dan Ibu yang pernah kualami. Bukan salah bapak kalau kami hidup miskin. Bukan salah bapak kalau Ibu meninggal. Dan bukan salah Bapak kalau Aku menjadi anak yang durhaka.

Setelah berdoa, aku langsung menemui Bapak. Kucium kedua tangannya, meminta maaf darinya karena selama ini aku telah menjadi anak yang durhaka. Aku menangis tersedua, tidak peduli dengan tatapan orang lain yang terbangun dan merasa terganggu. Bapak nampak kaget, bangun dari tidurnya. Bapak mengatakan bahwa selama ini bapak sudah memaafkanku, aku tidak perlu meminta maaf katanya. Dia pun merasa bersalah atas semua hal yang telah terjadi. Bapak minta maaf kalau selama ini Bapak belum menjadi orang tua yang baik, belum bisa membahagiakan anak-anaknya, dan belum menjadi panutan.    

Hari itu seolah menjadi titik balik dalam kehidupanku. Akupun merasa lega karena pada akhirnya aku bisa berdamai dengan diriku sendiri dan memaafkan Bapak. Aku menemui paman dan berniat untuk meluniasi hutang Bapak dan membiayai semua tagihan rumah sakit. Aku mengucapkan banyak terimakasih karena selama ini sudah merawat Bapak dan mengucapkan permohonan maaf karena selama ini Aku seolah menjauh dari keluarga.


Setelah kukabari pihak sekolah, aku mengambil cuti selama seminggu untuk bisa merawat Bapak. Lima hari kemudian Bapak sudah bisa keluar dari rumah sakit, namun harus berobat jalan. Selama berobat jalan, Bapak tinggal di rumah Bibi. Setelah dua bulan, Bapak sudah bisa beraktivitas lagi. dan bersikeras untuk tetap bekerja karena dia tidak mau hidup bagaikan pengemis yang hanya meminta bantuan orang lain. Kuhargai keputusan bapak, namun kini aku rutin mengiriminya uang sebagai tambahan untuk memenuhi kebutuhannya. Aku juga sudah mulai sering menelepon nya, meski hanya sekedar menanyakan kabarnya.

Kamis, 12 Oktober 2017

Bawang Putih Part 3.

Semenjak tinggal di rumah Nenek, rutinitas bawang putih sedikit berubah. Karena tidak mau merepotkan, bawang putih membantu hampir semua pekerjaan rutin sehari-hari. Hanya saja, Sang Nenek lah yang bertugas memasak, dan menyapu lantai. Kafang Nenek juga membantunya mencuci san mengambil jemuran. Tugas bawang putih pun sedikit berkurang dibandingkan sewaktu tinggal dengan Ibu tirinya. Dengan begitu, dia masih punya banyak waktu untuk mempelajari keahlian baru.

Rupanya, sang nenek tidak hanya mengajari cara bercocok tanam. Nenek juga mengajari cara mengolah makanan dari hasil tanamannya. Dengan begitu, kemampuan memasak baawng putih pun semakin bertambah. Nenek mengenalkannya pada bumbu rempah-rempah, dan bumbu masakan lainnya. Bawang putih pun diajarai cara merawat tubuhnya. Bagaimana membuat ramuan untuk membuat shampoo, sabun, masker, dan membuat parfum dengan berbagai metode.

Tidak terasa, 5 bulan telah berlalu. Kini bawang putih semakin cantik mempesona. Rambutnya hitam, lurus, lembut, dan wangi. Kulitnya semakin cerah dan mukanya nampak bersinar. Meskipun dia belum mempelajari semua keahlian sang nenek, namun bawang putih merasa sudah cukup untuk saat ini. Sesuai janjinya, 5 bulan adalah waktu yang dia rencanakan untuk belajar. Dan kalau ingin mempelajari semua keahlian sang nenek, dia rasa 10 tahun pun tidak akan cukup. Maka dia tidak akan memperpanjang masa belajarnya, dan berfikir untuk segaera menerapkan seluruh ilmunya seorang diri, tanpa bantuan Nenek. Selain itu, dia sangat merindukan rumahnya. Bawang putih tidak terlalu peduli dengan kemarahan Ibu tirinya. Dan berharap kalau Ibu tirinya sudah menikah lagi atau bawang merah yang sudah menikah. Sehingga mereka tidak perlu tinggal di rumahnya lagi.

Maka, menjelang sore, bawang putih pun berpamitan untuk pulang besok pagi. Tidak lupa sang nenek membekali aneka benih dan bibit. Berharap bahwa bawang putih dapat menerapkan ilmu yang dipelajarinya dan bisa hidup mandiri. Sang nenek berpesan agar bawang putih tidak usah sungkan kalau mau berkunjung lagi. Pintu rumahnya akan selalu terbuka apabila bawang putih berkeunjung kembali.

Seperti biasa bawang putih selalu berangkat pagi hari agar sampai rumah tengah hari. Namun entah kenapa perasaannya sedikit deg-degan. Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Ibu tiri atau Bawang merah. Menjelang tengah hari, bawang putih sudah melihat rumahnya dari kejuhan. Namun nampak banyak yang berubah di sekitar rumahnya. Kebun yang dulu tidak tearwat kini sudah dihiasi bunga-bunga berwarna warni. Kandang hewan ternak nya pun kini sudah diperbaiki. Dari kejauhan sudah terliha sapi, kambing dan kuda di sekitar kandangnya. Dalam hati, bawang putih bertanya-tanya. Ada apa gerangan dengan rumahnya. Apakah Ibu tirinya telah menikah lagi dan suami barunya yang merenovasi rumah tersebut? Bawang putih tidak bisa berfikir banyak lagi. Dengan perasaan campur aduk dia berlari menuju rumahnya.

Semakin mendekat, kini bawng putih merasa semakin asing dengan kondisi rumahnya. Banyak sekali perubahan yang terjadi, yang dipertahankan hanyalah bangunan utamanya. Maka dengan segera dia memasuki rumahnya. Tapi rupanya rumahnya terkunci, padahal tidak biasanya rumahnya terkunci di siang hari. Maka dia pun mencoba mengetuk pintu. Setelah menunggu beberapa detik, pintu pun terbuka. Namun bukan Ibu tiri ataupun Bawang putih yang membukakan pintu, melainkan orang lain. Dan orang lain itu malah bertanya.

“Maaf Anda siapa? Ada keperluan apa?”

“Saya Bawang putih. Saya tinggal di sini dengan Ibu dan saudara saya, Bawang merah. Saya justru ingin bertanya Anda siapa?”

“Saya Kiranti, pelayan di rumah ini. Rumah ini sudah dijual kepada majikan saya dan saya lah yang bertuga mengurus rumah ini.”

“Maaf, bisa diulangi lagi? Kalau tidak salah dengar rumah ini telah di jual?”

“Benar. Memangnya anda darimana saja? Kenapa baru tahu?”

“Tapi saya pemilik sah rumah ini. Dan saya tidak menjual rumah saya.” Jawab barang putih dengan sedikit menaikann volume suaranya, sambil mencoba menahan emosi.

“Tapi itulah yang terjadi. Rumah ini sudah jadi milik majikan saya semenjak empat bulan yang lalu. Dan sudah hampir empat bulan pula saya tinggal di sini dengan suami dan anak saya.”

“Tapi.”

Bawang putih menghentikan perkataannya. Peraasaannya sangat kacau, apa yang sebenarnya terjadi selama dia pergi. Tapi seperti biasa, dia sangat tegar dan berusaha mencari jalan keluarnya.

“Kalau memang rumah ini sudah dijual, saya mau bertemu dengan pemiliknya. Saya ingin bertanya, bagaimana bisa rumah ini bisa terjual tanpa sepengetauan saya, pemilik aslinya.”

“Maaf tidak bisa”

“Kenapa”

“Karena majikan saya saat ini sedang tidak di rumah”

“Kalau begitu saya boleh menunggunya di dalam? Tapi saya mohon agar anda percaya bahawa saya pemilik rumah ini sebelumnya. Saya akan membuktikan pada anda bahawa saya mengenal seluruh bagian rumah ini. Dan saya yakin, setelah mendengar penjelasan saya, anda percaya bahwa saya pernah tinggal disini. Mungkin barang-baarng saya juga masih tertinggal disini.” 

Bawang putih melanjutkan penjelasnnya dengan menunjukan bagian-bagian rumah yang tidak mungkin diketahui sama orang luar, menyebutkan sejarah pembangunan rumahnya, dan penjelasn lainnya dan berharap kalau Kiranti akan percaya. Hampir 1 jam lamanya Bawang putih meyakinkan Kiranti dan mengajaknya berkeliling di sekitar halam rumahnya. Menujukan jenis-jenis pohon yang ditanam disitu, dan lainnya.

Melihat kesungguhan bawang putih dan mendengar pejelasan panjang lebar nya. Akhirnya Kiranti sedikit mempercayainya. Dia pun mempersilahakn bawang putih untuk masuk. Kiranti mempersilahkan bawang putih untuk berisitahat di salah satu kamar, yanag kebetulan dulunya adalah kamar bawang putih. Sedangkan kini, kamar tersebut biasanya digunakan sebagai kamar tamu. Sedangkan kamar tempat para pengurus rumah tidak di rumah utama. Di bagian belakang rumah, dibuatkan pavilion untuk tempat tinggal para pekerja sehigga sedikit terpisah. Kamar Utama yang dulu ditinggali orang tuanya, yang kemudian diganti Ibu tirinya digunakan sebagai kamar pemilik rumah yang baru.

Menjelang malam, Nampak dari kejauhan seorang pemuda tampan datang menunggangi kuda. Sepertinya bawang putih pernah mengenalnya, namun dia lupa dimana. Semakin dekat, semakin jelas pula wajah sang pemuda tampan yang tak lain adalah sang pangeran yang pernah ditolongnya. Namun berhubung sang pangeran tidak pernah menyebutkan identitasnya, maka dia pun belum tahu sampai saat ini kalau pria yang ditolongnya adalah seorang pangeran. Melihat sang pangeran, bawang putih teringat mimpinya 6 bulan lalu. Mimpi yang masih diingatnya sampai sekarang karena begitu berkesan.

Sang pangeran turun dari kudanya. Nampak sorang pria membawa kudanya ke arah kandang, sedangkan sang pangeran sendiri langsung menuju rumah. Bawang putih semakin bergetar hatinya. Entah perasaan apa yang menghampirinya. Dia seolah dibuat jatuh cinta pada sang pangean. Padahal ini baru pertemuan keduanya. Mungkinkah pangeran adalah jodohnya? Bawang putih mulai berangan. Tapi kalau perasaan suka tersebut hanya dari satu belah pihak, maka dia harus siap menerima resiko cintanya bertepuk sebelah tangan. 

Selasa, 10 Oktober 2017

Bawang Putih (Part 2)

Bawang putih memulai harinya dengan memasak untuk sarapan Ibu tiri dan Bawang merah. Nasi goreng dengan telur mata sapi akhirnya selesai dia hidangkan. Sedangkan untuknya, cukup buah-buahan saja sebagai menu sarapan. Kebetulan di sekitar rumahnya banyak sekali pohon buah. Ada nagka, papaya, pisang, sirsak, jeruk, durian, manggis, rambutan, sawo, belimbing, jambu biji, jambu air, bisbul, dan masih banyak yang  lainnya. Ayahnya sangat suka menanam pohon semasa hidupnya. Setiap membeli buah-buahan dia semaikan bijinya dan setelah tumbuh, ditanamnya di sekeliling halaman rumahnya. Di tanah seluas 5 hektar, cukup untuk menanam berbagai jenis buah-buahan, sayur-mayur, tanaman obat, dan aneka tanaman kehidupan lainnya, bahkan aneka bunga yang ditanam mendiang Ibunya. Kotoran dan air kencing hewan ternak dijadikannya pupuk organik. Jadi, meskipun hidup mereka tidak bergelimang harta, tapi mereka berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan harian.

Melakukan pekerjaan rutin tiap hari, kadang membuat bawang putih bosan. Membersihkan rumah, menyapu, mengepel, mencuci, memasak, dan menyetrika menjadi rutinitas kesehariannya. Untungnya, bawang putih memiliki banyak hobi yang biasa dia salurkan di waktu senggangnya. Ibu tiri dan Bawang merah tidak pernah mempermasalahkannya selama tugas utama dikerjaannya dengan baik. Menjahit, merawat bunga, memancing dan meracik parfum merupakan sebagian kecil dari hobinya. Bawang putih termasuk gadis yang cepat mempelajari sesuatu. Meskipun terlihat seperti tertindas, sebenarnya dia gadis yang sangat kuat dan tangguh. Dia bahkan bisa berkuda dan berenang. Namun sayang, kuda peliharaannya sudah dijual oleh Ibu tirinya.

Aktivitas yang terlalu padat dan hanya dikerjakan sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangga membuat bawang putih tidak bisa merawat kebun sayurannya. Lahan bekas kebun sayuran dibiarkannya kosong. Bawang putih yang ditinggal mati ibunya di usia sembilan tahun dan dua tahun kemudian ayahnya pun meninggal, membuat dirinya belum mempunyai keahlian dalam bercocok tanam.  Sebenarnya dia ingin menanam sayuran sendiri, namun dia belum tahu caranya. Ketiak meminta ijin belajar dengan penduduk lainnya, Ibu tiri melarangnya. Bahan sayuran biasanya dibeli Ibu tiri di pasar. Harga sayuran yang murah membuat Ibu tiri tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk berbelanja.  

Bawang putih pun teringat nenek yang tinggal di hutan larangan. Kalau tidak salah, sang nenek menanam berbagai macam sayuran di pekarangan rumahnya. Mungkin bawang putih harus pergi belajar cara bercocok tanam pada sang nenek. Haruskah bawang putih meminta izin pada Ibu tiri untuk menginap di rumah nenek? Sang Ibu pasti tidak akan mengizinkannya, apalagi mengingat nenek sudah memberikan labu berisikan binatang berbisa. Bawang putih pun mengurungkan niatnya meminta izin dan berencana untuk langsung pergi saja menemui sang nenek.

Sudah satu bulan lebih bawang putih tidak bertemu dengan sang nenek, yang sempat bawang putih anggap sebagai Ibu peri. Haruskah bawang putih memastikan sang nenek sebagai Ibu peri atau penyihir jahat? Tapi, sejauh ini dia dan keluarganya baik-baik saja. Jadi, tidak penting apakah sang nenek seorang Ibu peri atau nenek sihir. Yang penting sekarang, bagaimana caranya agar dia bisa mempelajari cara bercocok tanam sayurang dari sang nenek. Semoga sang nenek masih ingat padanya.

Pagi hari sekali bawang putih pergi untuk menemui sang nenek. Dia pergi begitu saja seperti sedang melarikan diri. Dengan membawa lima helai pakaian, dia merasa cukup untuk persediaan menginap selama 1 minggu. Tak lupa dibawanya sekeranjang jeruk dan rambutan yang kebetulan saat itu sedang berbuah untuk dijadikan oleh-oleh bagi sang nenek.

Menjelang tengah hari, bawang putih sudah sampai di rumah nenek. Sang nenek tampak sedang beristiahat di depan teras rumahnya. Maka bawang putihpun langsung menemui sang nenek.

“Permisi Nek, apakah nenek masih ingat dengan saya?” Tanyanya

“Tentu masih ingat Cu, kamu Bawang putih kan?”

“Iya Nek. Saya senang kalau nenek masih ingat.”

“Nenek juga senang kamu datang berkunjung lagi. Bagaiman keadaan keluargamu”

“Sehat Nek”

“Nenek kira sudah mati. Hehehe.”

“Lho, kenapa nenek berkata seperti itu?”

“Soalnya labu yang mereka ambil berisikan binatang berbisa. Hanya orang rakus lah yang mengambil labu paling besar berisikan ular dan teman-temannya.”

“Hmm… Sudah saya duga”

“Jadi kamu sudah menduganya? Kamu benarbenar gadis yang pintar dan pemberani.”

“Kenapa nenek melakukan itu? Nenek hampir saja mencelakai Ibu tiri dan Bawang merah”

“Itu memang tujuannya”

“Kenapa?”

“Karena nenek tidak suka mereka, dan ingin menolong kamu juga.”

“Nenek tidak perlu repot-repot. Saya bisa menjaga diri ko.”

“Jadi bagaimana mereka bisa bertahan hidup?”

“Tentu saja karena saya tolong mereka, Nek’”

“Kenapa tidak kamu biarkan saja mereka mati?”

“Kalau mereka mati di rumah, nanti saya yang repot. Saya bisa saja dianggap pembunuh tunggal kalau saya satu-satunya yang selamat dari serangan hewan berbisa itu. Selain itu, saya tidak mau menyakiti siapapun. Meskipun Ibu tiri dan bawang merah jahat, namun saya percaya bahwa mereka masih punya sisi baik yang mungkin belum saya ketahui. Saya sudah tidak mau berburuk sangka lagi sama orang lain Nek. Setiap saya berburuk sangka, saya malah selalu ditolong sama mereka. Saya jadi menyesal dan merasa bersalah. Sya tidak suka dengan perasaan itu”

“Baiklah itu semua tergantung keputusanmu. Terus ada keperluan apa kamu ke sini? Apakah kamu tidak takut dengan nenek?”

“Kenapa saya harus takut nek? Selama ini nenek selalu baik terhadap saya. Kalaupun nenek mau berbuat jahat, sudah dari dulu saya dibuat celaka. Lalu mengenai maksud kedatangan saya kemari, yaitu ingin mempelajari cara bercocok tanam sayuran sama Nenek. Saya lihat kebun nenek penuh dengan sayuran segar. Sedangkan saya tidak pernah berhasil menanam sayuran”

Dan percakapan mereka pun berlanjut sampai hari menjelang sore.


Sang Nenek pun berbaik hati dan mau mengajarkan Bawang putih cara bercocok tanam. Namun waktu satu minggu yang bawang putih rencanakan rupanya tidak cukup untuk mempelajari semua teknik. Setidaknya membutuhkan waktu 5 bulan bagi bawang putih untuk belajar. Jadi dia bisa mempelajri pula pengolahan pasca panen. Maka, bawang putih pun menyanggupinya. 

Minggu, 08 Oktober 2017

Bawang Putih


Setelah kematian ayahnya, bawang putih diperlakukan layaknya pembantu oleh Ibu dan saudara tirinya, bawang merah. Setiap hari, dia yang mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari memasak, mencuci pakaian, menyapu, dan sebagainya. Padahal, rumah yang mereka tinggali adalah rumah warisan orang tuanya. Namun saat Ayahnya meninggal, usia bawang putih masih terlalu muda untuk mengetahui kenyataan sesungguhnya.

Rumah mereka cukup terisolir, jauh dari tetangga. Jarak dari rumah terdekat saja mencapai 1 km. Almarhum ayahnya yang seorang tukang kayu sengaja membuat rumah jauh dari tetangga karena menyukai ketenangan alam di kaki bukit, namun dekat dengan sungai sehingga memudahkan ketika mencuci, dan memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan lainnya. Mereka memiliki halaman yang luas yang ditanami dengan aneka bunga berwarna warni, sayuran, bahkan pohon buah-buahan. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, mereka memelihara ayam, bebek, sapi, dan kambing. Meskipun terisolir, tapi mereka bisa hidup aman dan tentram karena tingkat kriminalitas sangat rendah di daerahnya.

Namun setelah ayahnya meninggal, kini bawang putih hidup merana bagaikan seorang asisten rumah tangga. Sapi dan kambing sudah habis dijual oleh ibu tirinya. Hanya tersisa beberapa ayam saja karena mudah dipeihara dan harganya yang murah. Karena tidak bekerja, Ibu tiri bawang putih banyak menjual barang-barang peninggalan orang tua bawang putih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Usia yang sudah tidak muda, membuat sang Ibu tiri susah mencari suami baru. Sedangkan bawang merah yang sudah terkenal pemalas, membuat orang sekampung malas untuk menikahinya.

Sebenarnya sudah banyak orang yang ingin melamar bawang putih, namun Ibu tiri bersikeras untuk tidak menikahkan bawang putih sebelum bawang merah menikah. Usia bawang merah memang setahun lebih tua dibandingkan usia bawang putih, namu kalau keondisi seperti itu, bisa saja mereka menjadi perawan tua semur hidup.

Bawang putih jarang berinteraksi dengan penduduk sekitar karena kesehariannya sudah terlalu sibuk mengerjakan semua tugas rumah tangga. Ibu tirinya akan marah besar apabila melihat bawang putih berinteraksi dengan penduduk lain dan menganggap kalau bawang putih sudah berleha-leha, padahal banyak pekerjaan yang belum diselesaikan.

Seperti biasa, setiap pagi bawang putih mencuci pakaian di pinggir sungai. Mungkin karena kelelahan, akhirnya bawang putih sedikit mengantuk ketika mencuci. Akibatnya selendang merah milik Ibu tiri lepas dari genggamannya dan hanyut. Bawang putih merasa ketakutan saat itu, karena sudah pasti Ibu tiri akan memarahi dan menghukumnya kalau sampai seledang sutra kesayangan Ibu tirinya itu hilang. Dengan segera bawang putih pergi mencari selendang tersebut, namun setelah mencari hampir satu jam lamanya, selendang tersebut tidak juga dtemukan. Akhirnya bawang putih menyerah, menyelesaikan mencuci dan kembali ke rumah dengan perasaan galau.

Sesampainya di rumah dan menceritakan kronologis kejadian, Ibu tiri sangat marah luar biasa. Dia membanting gelas yang sedang digenggamyua. Bawang putih merasa ketakutan saat itu dan meminta maaf. Namun Ibu tirinya tidak peduli, dia meminta bawang putih untuk mencari selendang itu dan melarangnya untuk pulang apabila selendang tersebut belum ditemukan. Karena sudah tidak tahan dengan omelan Ibu tiri, bawang putih pun segera pergi untuk mencari selendang yang hilang tadi.

Bawang putih terus mencari menyulusuri sungai, berharap kalau selendang tersangkut di suatu tempat. Namun setelah sekian lama mencari, selendang tersebut tidak juga ditemukan. Hari sudah hampir sore, namun bawang putih masih belum juga menemukan selendang. Dia merasa takut pulang ke rumah kalau selendang belum ditemukan. Tanpa disadari, bawang putih sudah memasuki kawasan hutan larangan. Hutan tersebut katanya sangat angker dan tidak seorangpun penduduk skekitar yang berani masuk ke dalam hutan itu. Namun bawang putih yang pikirannya sedang kalut, tetap memberanikan diri masuk hutan tersebut karena baginya, Ibu tirinya lebih menakutkan daripada hutan yang ditakuti tersebut.

Kondisi pinggiran sungai di dalam hutan ternyata sudah tidak bisa ditelusuri lagi. Kondisi sungai yang mulai dalam membuat bawang putih tidak bisa berjalan menelusuri sungai. Akhirnya dia memilih jalan sedikit memutar. Tanpa disengaja, dia melihat sebuah gubuk di tengah hutan. Karena merasa lapar, dia akhirnya berfikir untuk meminta sedikit makanan dari penghuni gubuk itu. Sejak pagi, dia belum sempat makan apapun. Untuk mengisi perutnya yang keroncongan, dia hanya meminum air sungai saja. Karena hari sudah sore, maka diapun memberanikan diri mendekai gubuk tersebut.
Setelah mengetuk pintu, maka terbukalah pintu gubuk. Dari luar terlihat seorang nenek-nenek dengan punggung yang bungkuk membukakan pintu. Bawang putih merasa lega karena yang tinggal di gubuk tersebut adalah seorag nenek-nenek. Lalu si nenekpun memeprsilahkan bawang putih untuk masuk. Tanpa perlu diminta, ternyata si nenek baik hati menawarkan ubi rebus kepada bawang putih. Dengan lahap bawang putih memakan ubi tersebut.

Rupanya si nenek sedang melipat baju, dan tanpa sengaja bawang putih melihat selendang Ibu tirinya di dalam tumpukan pakaian si nenek. Tanpa bermasksud menyinggung si nenek, bawang putih bertanya.

“Wah selendang nya bagus sekali Nek, Ibu saya juga punya selendang seperti itu di umah”

“Sebeneranya ini bukan selendang milik Nenek” jawab si Nenek

“Tadi pagi nenek menemukan selendang ini terhanyut di pinggir sungai ketika nenek sedang mencuci” lanjutnya

“Maaf Nek, sebenarnya sejak dari tadi saya mencari selendang Ibu saya yang mirip dengan selendang yang nenek temukan tadi. Tapi kalau selendang Ibu saya ada tanda rajutan bunga matahari di salah satu sudutnya. Kalau boleh saya tahu, apakah di selendang itu ada rajutan bunga mataharinya? Kalau iya, mungkin saja itu selendang Ibu saya yang terhanyut tadi pagi” Jawab bawang putih panjang lebar agar si nenek percaya.

Rupanya setelah diperiksa, selendang yang dimaskud adalah selendang Ibu tiri bawang putih. Dengan peraasan lega, akhirnya bawang putih bisa pulang dan memberikan selendang ke Ibu terinya. Namun, di luar terdengar suara gemericik air hujan dan dilanjutkan dengan hujan yang begitu derasnya. Maka si nenek pun menwarkan agar bawang putih menginap saja malam ini di rumah nenek karena merasa kasihan dengan bawang putih. Sebenarnya bawang putih mau saja menginap disitu, tapi takut merepotkan. Namun mendengar nenek tidak merasa direpotkan dan malah senang karena malam itu akhirnya sang nenek ada yang menemani, maka bawang putih pun memutuskan untuk menginap semalam.

Seperti biasa, bawang putih sudah bangun begitu sinar matahari mulai bersinar. Kondisi rumah yang gelap, membuat bawang putih tidak bisa melakukan aktivitas apapun. Jadi begitu sedikit terang, dia mulai bangun dan beraktivitas. Karena merasa sudah ditolong oleh sang nenek, maka bawang putih berniat membalas perbuatan nenek dengan melakukan pekerjaan rumah semampunya. Dia pencuci peralatan makan yang digunakan kemarin, menyapu lantai, mengepel, dan sebagainya. Sepertinya si nenek masih tidur. Usia yang sudah lanjut mungkin membuat nenek membutuhkan waktu lebih lama untuk beristirahat.

Betapa kagetnya sang nenek ketika bangun. Rumahnya kini sudah bersih dan rapih. Sebagai ucapan terimakasih, sang nenek memberikan sebuah labu. Bawang putih disuruh memilih labu yang ditanam di halaman rumah sang nenek. Maka bawang putih pun memilih yang berukuran sedang karena kalau terlalu besar, pasti nanti akan repot membawaa ke rumahnya. Setelah semua selesai, bawang putih pun pamit.

Bawang putih pulang menulusuri jaln yang kemarin ditempuh. Lalu tiba-tiba dia melihat seseorang yang sedang naik kuda, melewatinya. Rupanya itu sang pangeran yang sedang berburu rusa. Namun tiba-tiba kuda pangeran tersandung akar pohon yang menyembul. Dan sang pangeranpun jatuh terpental mengenai batang pohon. Sepertinya kakinya terkilir dan dia tidak bisa bangun. Mungkinkah sang pangeran terkena kutukan karena berburu di hutan terlarang?

“Ki Sana baik-baik saja?” Tanya bawang putih

“Sepertinya kakiku terkilir.” Jawab sang pangeran

“Maaf ki sana siapa ya? Apa yang ki sana lakukan disini?”

“Saya hanya seorang pemburu yang sedang berburu untuk mencari makan” Jawab sang pangeran menyembunyikan identitasnya karena dia tidak mau kalau bawang putih akan mengambil keuntungan ditengah ketidakberdayaan sang pangeran.

“ Kenapa ki sana berburu di sini? Tidak tahukan ki sana kalau ini masih berada di kawasan hutan terlarang? Tidak boleh dilakukan aktivitas mengganggu hutan ini. Bahkan pihak kerajaanpun melarang rakyat melakukan aktivitas di sini. Kalau tidak, maka akan terkena sial atau kutukan.”

“Aku tidak tahu kalau sudah memaski hutan larangan. Tadi ketika asik mengejar rusa, tiba-tiba saja aku sudah sampai sini. Nah kamu sendiri apa yang kamu lakukan di sini? Apakah kamu peri penjaga hutan?

“Saya hanya seorang manusia biasa saja Ki Sana. Saya sedang dalam perjalanan pulang, hanya saja jalan yang harus saya lewati memaksa melewati hutan ini” Tanpa menceritakan kejadian sebenarnya, bawang putih menjawab. Menurutnya tidak pantas menceritakan kejadian yang menimpanya kepada orang yang baru dikenalnya itu.

Maka karena merasa Ibu, bawang putih segera bergegas untuk menolong sang pangeran. Dengan sedikit pengetahuan, bawang putih membuat ramuan dari tanaman liar dan membalut luka sang pangeran. Dia juga membalut kaki pangeran dengan menyobek sebagian kain panjang yang membalut tubuh langsingnya.

“Kalau kamu masih ingin melanjutkan perjalanan, lanjutkan saja. Tidak usah mengkhawatirkanku, mungkin sebentar lagi temanku akan datang mencariku. Terimakasih banyak karena sudah menolongko” Jawab pangeran.

“Baiklah kalau begitu Ki sana, saya akan melanjutkan perjalanan saya. Semoga teman ki sana bisa segera datang dan menolong ki sana. Kalau begitu, saya pamit duluan.”

Bawang putih pun melanjutkan perjalanannya. Dia tidak tahu kalau orang yang ditolongnya adalah seorang pangeran. Namun begitulah sifat bawang putih, menolong orang tanpa pamrih, meskipun dia tidak mengenalnya. Namun entah kenapa, jantung bawang putih serasa bergejolak. Pemuda yang ditolongnya memang tampan, dan sudah sewajarnya jika bawang putih menyukai wajah tampan sang pangeran. Namun apalah daya, dia tidak mungkin mengajak berkenalan dulu. Dia pun tidak tahu nama pemuda tampan tadi, karena sang pangeranpun tidak menanyakan namanya. Jadi dia merasa segan kalau dia yang bertanya nama pangeran duluan. Akhirnya, dia menganggap bahwa pertemuan itu bisa jadi merupakan pertemuan pertama dan terakhirnya. Dia tidak mau terlalu memikirkannya. Tapi, hati tidak bisa dibohongi. Ada perasaan aneh yang mendatangi bawang putih. Perasaan yang belum pernah dirasakannya selama ini.

Sementara iu, berselang beberapa waktu, penggawa sang pangeran akhirnya datang dengan bala bantuan. Betapa kagetnya mereka melihat sang pangeran tergeletak di bawah pohon sedang terluka. Maka mereka segera membawa pangeran keluar dari hutan larangan degan segera. Pangeranpun tidak menceritakan kejadian pertemuan tadi dengan seorang gadis yang menolongnya.

Selama perjalanan pulang, pikiran sang pangeran dipenuhi rasa penyesalan. Memang wajah bawang putih tidak secantik putri-putri kerajaan yang pernah dilihatnya, namun bagi seorang rakyat biasa, wajah itu termasuk cantik. Meskipun tidak menggunakan riasan, wajah bawang putih sangant cantik flawless dan aroma tubuhnya sangat wangi. Pangeran merasa menyesal kenapa dia tidak bertanya nama gadis yang menolongnya tadi. Dimakanah dia tinggal? Siapakah nama orang tuanya? Apakah masih gadis atau sudah janda? Tapi pangeran tidak mau ambil pusing. Dia pun mengganggap kalau pertemuan itu bisa jadi pertemuan pertama dan terakhir kalinya. Selain itu, sang pangeran sudah dijodohkan dengan putri dari kerajaan lain, jadi perasaannya terhadapa bawang putih, mungkin hanya perasaan karena penasaran saja.

Menjelang tengah hari, bawang putih sudah sampai dirumah. Meskipun baru ditinggal satu malam, rumahnya sudah sangat berantakan. Sudah asti Ibu tiri dan bawang merah tidak melakukan pekerjaan rumah ketika bawang putih ergi. Maka bawang putih pun segera memberikan selendang milik ibu tirinya. Sang Ibu tiri segera mengambil selendang tersebut dan menyuruh bawang putih bekerja seperti biasa. Tanpa ucapan terimakasih, Ibu tiri pergi begitu saja. Bawang putih merasa heran, kenapa ibu tirinya itu tidak bertanya semalam dia menginap dimana? Dengan siapa? Apakah sudah makan atau belum? Tapi bawang putih memakluminya saja. Sifat Ibu tiri memang sudah seperti itu, tidak dimarahi saja bawang putih merasa bersyukut.

Bawang putih pun segera pergi ke dapur membawa labu yang diberikan nenek. Dia bermksud untuk mengukus labu tersebut dan memakannya. Ketika dibelah, ternyata isi labu berupa perhiasan. Ada gelang mutiara, kalung emas dengan liontin permata, anting batu rubi, dan masih banyak perhiasan lainnya. Tentu saja bawang putih merasa kaget dan sedikit takut. Mungkinkah nenek yang ditolongnya semalan adah seorang Ibu peri atau penyirhir jahat? Tapi sepertinya dia seorang ibu peri. Mana mungkin penyihir jahat akan memberikan dia perhiasan.

Bawang putih segera membungkus perhiasan tadi agar tidak diketahui oleh Bawang merah dan Ibu tiri. Namun rupanya, bawang merah sudah menyaksikan perhiasan itu. Segera bawang merah lapor kepada Ibunya dan bawang putih pun dipanggil Ibu tiri untuk dimintai keterangan.

Awalnya, bawang putih dituduh sudah mencuri perhiasan tadi, tapi setelah bawang putih menceritkan cerita sebenarnya, akhirnya ibu tiri sedikit mempercyainya. Namun Ibu tiri meminta bawang putih untuk pergi mengantar bawang merah menemui nenek di hutan larangan, agar bawang merahpun bisa mendapat labu berisikan perhiasan seperti bawang putih. Maka bawang putihpun berjanji akan mengantar bawang merah keesokan harinya.

Keesokan harinya, mereka bertiga pun pergi menuju rumah nenek di hutan larangan. Meskipun jarak sebenarnya bisa ditempuh dalam setengah hari perjalanan, namun karena bawang merah dan ibu tiri ikut serta, maka perjalanan yang dibutuhkan menjadi lebih lama. Ibu tri dan bawang merah banyak beristirahat. Padahal mereka tidak membawa apapun. Bawang putih lah yang membawa bekal dan persediaan lainya. Setelah sore, mereka pun sampai di rumah nenek.

Bawang putih memperkenalkan Ibu tiri dan bawang merah kepada nenek dan bermaksud berterimakasih karena sudah menemukan selendang yang kemarin ditemukan sang nenek. Sang nenekpun merasa berterimaksih dan menceritakan kebaikan bawang putih yang sudah menolong memberishkan rumahnya kepada Ibu tiri. Ibu tiri menjelaskan bahwa bawang putih memang sangat rajin bersih-bersih dan itu sudah menjadi hobinya.

Menjelang malam, merekpun segera tidur. Si nenek tidak mempunyai alat penerangan, jadi ketika malam tiba, dia tidak melakukan aktivitas apapun dan langsung tidur. Maka yang lainpun ikut tidur begitu malam tiba.

Sebelum pulang, Ibu tiri memuji tanaman labu milik nenek yang sangat subur. Apalagi kemaren sore sang nenek memberikan labu rebus untuk mengganjal perut mereka. Rasanya yang sangat manis, membuat ibu tiri menanyakan resep yang digunakan sang nenek. Nenek rupanya tidak menggunakan resep apapun, rasa manis merupakan rasa alami dari labu dan dia hanya mengukusnya saja. Ibu tiri pun meminta labu yang ditaman nenek untuk dibawa pulang. Maka nenek mempersilahkannya. Ibu tiri mengambil 3 buah labu yang paling besar untuk dibawa pulang. Masing-masing dibawa oleh mereka. Tapi setelah rumah nenek tidak terlihat, bawang putih lah yang disuruh membawa ketiga labu tadi. Namun entah kenapa, labu yang besar tadi tidak terasa berat dijinjing bawang putih. Maka tanpa keberatan, bawang putih membawa ketiga labu tersebut.

Sesampainya dirumah, Ibu tiri dan Bawang merah segera membuka labu tersebut. Bawang merah disuruhnya pergi menjauh karena mereka tdak ingin bawang putih mengetahui isi labu tersebut. Namun rupanya, isi labu bukan berisikan perhiasan dan permata melainkan binatang berbisa. Dengan segera, ibu tiri dan bawang merah melemparkan labu-labu tadi. Merek langsung naik ke atas tempat tidur dan berteriak meminta tolong. Bawang putih yang merasa kaget, datang menolong. Untuknya bawang putih sudah terbiasa menghadapi ular, kalajengking, lipan, dan bianatang berbisa lainnya. Dengan menyeprotkan obat anti serangga, garam dan menyalakan api, dia berhasil mengusir binatang tadi.

Bukannya bersyukur karena telah ditolong, mereka malah memarahi bawang putih karena sudah membohongi mereka dan membuat mereka hampir terbunuh. Bawang putih pun dihukum dan disuruh menyerahkan perhiasan miliknya kepada mereka. Dengan berat hati, bawang putih menyerahkan perhiasan yang dia peroleh dari isi labu yang diberikan oleh nenek. Perhiasan itu juga bukan miliknya, jadi tidak masalah kalau diambil oleh Ibu tiri dan bawang merah. Sebagai hukuman, bawang putih tidak diberikan makan pada hari itu. Karena sudah biasa tidak makan seharian, maka hukuman tadi tidak begitu berat dirasakan bawang putih.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, bawang putihpun kembali ke kamarnya. Sekalipun sering dibentak, dimarahi, dihukum, dan diperlakukan kasar lainnya, bawang putih tidak pernah menangis. Hatinya terlalu tegar menghadapi cobaan hidup. Menangispun tidak akan menyelesaikan masalah malah membuat dirinya lemas. Maka malam itu, dia langsung tertidur begitu badannya direbahkan di atas tempat tidurnya.

Dalam tidur, bawang putih bermimpi bertemu lagi dengan pemuda yang ditolongnya. Namun pakaian yang dikenakan pemuda itu sangat bagus layaknya seorang pangeran. Bawang putih juga memakai pakaian yang sangat bagus layaknya seorang  putri raja. Mereka berdansa di bawah sinar rembulan malam. Jarak yang sangat dekat membuat bawang putih bisa melihat dengan jelas wajah tampan sang pangeran, merasakan dadanya yang bidang, menciup bau badannya yang wangi, bahkan aroma nafasnyapun sangat menyegarkan. Merkea asik berdansa diringi music yang entah datang darimana. Berada dalam dekapan sang pangeran membuat bawang putih nyaman. Bawang putih menyandarkan kepalanya di atas dada bidang sang pengeran. Lalu ketiak bawang putih menengadah menatap wajah pangeran yang sangat tampan, tanpa berpikir panjang bawang putih menmpelkan bibirnya dengan bibir sang pangeran. Dan sat itulah dia terangun dari mimpinya.

Sungguh mimpi yang sangat indah, pikirnya. Itu mereupakan pengalam pertamanya dekat dengan seorang laki-laki. Bawang putih tidak mengerti kenapa dia bisa bermimpi seperti itu. Lalu munculah perasaan rindu dengan pemuda yang telah ditolongnya itu. Dia berdoa semoga suatu saat dapat dipertemukan lagi dengan pemuda dalam mimpinya. Mungkinkah itu pertanda kalau pemuda tadi akan menjadi suaminya di masa yang akan datang? Bawang putih hanya bisa berharap dan melanjutkan tidurnya dan berharap semoga sang pujaan hati bisa mampir lagi dalam mimpinya. Namun sampai pagi menjelang, bawang putih hanya tertidur, tanpa bermimpi.

Sementara itu di dalam istana, sang pangeran terbangun dari mimpinya. Rupanya dia mengalami mimpi yang sama dengan bawang putih, berdansa di bawah sinar bulan purnama, dan terbangun karena bawang putih mengecup bibirnya. Pangeran lalu menyentuh bibirnya, sedikit menjilatnya, dan masih terasa rasa cherry dalam bibirnya. Mungkinkah ini rasa bibir bawang putih yang tadi berada dalam mimpinya? Dia tidak mau berhaslusinasi lebih lanjut dan segera bergegas keluar dari ranjangnya menuju lemari. Dia mengambil sobekan kain milik bawang putih yang disobek dari kain panjangnya. Mencium kain tersebut yang entah kenapa, meskipun sudah dicuci, masih mengeluarkan aroma wangi bunga. Aroma yang sama yang dia cium dari tubuh gadis dalam mimpinya. Setelah itu, dia membawa potongan kain tersebut ke atas tempat tidurnya, menciumnya dan kembali tidur, berharap akan bertemu kembali dengan gadis dalam mimpinya tadi. Tapi, sama dengan bawang putih, sang pangeran tidak memimpikan lagi bawang putih disisa tidurnya.


(Bersambung…)