Apabila anda membuka website waterboom Bali, maka tiket masuk paling murah (one day pass) saat ini (1 Oktober 2017) adalah Rp 4420.000 untuk dewasa dan Rp 315.000 untuk anak-anak (2-11 tahun). Tapi bagi WNI, mendapat potongan harga menjadi Rp 289.000 bagi dewasa dan Rp 251.000 bagi anak-anak. Tapi, tetap saja harga tersebut masih dianggap terlalu mahal bagi warga Indonesia. Bisa jadi yang paling mahal dibandingkan water park lainnya di Indonesia. Tapi yang perlu dicatat adalah, water boom Bali merupakan water park terbesar dan terbaik di Asia. Jadi jangan terlalu perhitungan ya. Selain itu, water park ini lebih dikhususkan bagi wisatawan asing yang mungkin masih beranggapan bahwa harga tiket sebesar itu masih cukup murah dibandingkan tempat lainnya.
Fasilitas nya juga sangat baik dengan arena permainan air yang terbagi dalam beberapa menara. Diantaranya menara utama yang teridiri dari twin racer, fast n' fierce, double twist, dan smash down. Disampingya ada menara kedua dengan wahana phyton, green vivers, dan constrictor. Menara ketiga terdiri dari boomerang super bowl. Menara ke-empat terdiri dari climax dan pipeline. Ke empat menara tadi dikhususkan bagi dewasa dan anak-anak dengan tingggi minimal 100 atau 120 cm, para pecinta olahraga yang memacu adrenalin dan kekuatan fisik. Anda akan dipaksa untuk menaiki tangga untuk menikmati setiap wahana. Tapi semuanya saya anggap masih aman selama anda mengikuti saran intruktur. Selain itu, ada juga fasilitas lazy river dan pleasure pool untuk beristirahat sejenak apabila anda terlalu lelah menaiki tangga untuk mencoba menaiki semua wahana ekstrim tadi. Apabila anda membawa anak kecil, tidak usah khawatir karena disana juga terdapat wahana yang dikhususkan bagi anak-anak. Arena untuk anak-anak terdiri dari funtastic, kiddy slides, dan kolam anak dengan kedalaman sekitar 50cm.
Waterbom Bali buka setiap hari dari jam 9 Pagi sampai jam 6 sore. Tiket yg dibeli merupakan tiket one pas day. Jadi anda yang mau berhemat, bisa datang pagi-pagi, bermain sampai tengah hari, kemudian makan siang di luar, dan masuk lagi jam 3 sore untuk menikmati sisa waktu apabila anda masih belum puas bermain di pagi hari. One day pass ticket membuat kita bisa keluar masuk waterbom pada hari yang sama.
Saya hanya datang sendiri ketika mengunjungi water boom Bali beberapa waktu lalu. Agak lonely jadinya karena tidak ada yang bisa diajak ke sana. Teman kantor yang berangkat bersama menghadari acara seminar di Bali tidak bisa ikut karena suaminya datang. Jadinya dia pergi berdua menikmati bulan madu yang kesekian kalinya. Sedangkan saya, jones deh. Pengen ajak anak dan istri, tapi duitnya belum cukup. Sayang kalau digunakan untuk liburan, mendingan tetep ditabung buat daftar haji.
Selasa, 31 Oktober 2017
Senin, 30 Oktober 2017
Mengenal Madu Palsu
Pemalsuan terjadi karena madu sangat mudah dipalsukan, bahkan dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Selain itu, madu memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan jenis pemanis lainnya seperti gula pasir, gula merah, sirup jagung, dan lainnya. Permasalahan pemalsuan madu sangat kompleks karena memiliki dampak ekonomi yang signifikan dan konsekuensi gizi yang tidak terbantahkan. Sebagai contoh, madu aman dikonsumsi penderita diabetes, namun apabila sudah dicampur gula tambahan, maka sudah pasti akan merugikan kesehatan penderita diabetes tersebut.
Dari hasil laporan kepolisian dan investigasi beberapa stasiun televisi, madu palsu yang beredar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah jenis madu yang ditambahkan zat lain sehingga mengurangi konsentrasi kadar madu. Kelompok yang kedua adalah madu palsu yang tidak mengandung madu sama sekali.
Tidak banyak masyarakat yang menyadari kalau madu yang mereka konsumsi ternyata palsu. Penangkapan produsen madu palsu biasanya bukan berasal dari laporan konsumen, namun dari laporan tetangga yang merasa curiga dengan aktivitas produsen madu. Hal tersbut membuktikan bahwa masyarakat belum mengetahui dengan pasti mana yang madu asli, mana yang palsu.
Meskipun banyak metode sederhana untuk membuktikan kemurnian madu, namun metode tersebut tidak sepenuhnya benar karena produsen madu palsu lebih ahli memalsukan madunya. Selain itu, metode yang beredar tidak selau terbukti secara ilmiah.
Mungkin informasi ini cenderung menyesatkan, namun itulah yang terjadi. Saran bagi pembeli madu adalah belilah madu dari produsen yang sudah terpercaya. yakinlah bahwa madu yang anda konsumsi asli dan berkhasiat. Meskipun madu palsu dapat dirasakan oleh penderita diabeteas, jangan sampai penderita diabetes yang anda di sekitar anda dijadikan kelinci untuk menguji kemurnian madu. Dan jangan lupa, bagi umat Islam, bacalah basmalah sebelum anda mengkonsumsi madu.
Dari hasil laporan kepolisian dan investigasi beberapa stasiun televisi, madu palsu yang beredar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah jenis madu yang ditambahkan zat lain sehingga mengurangi konsentrasi kadar madu. Kelompok yang kedua adalah madu palsu yang tidak mengandung madu sama sekali.
Tidak banyak masyarakat yang menyadari kalau madu yang mereka konsumsi ternyata palsu. Penangkapan produsen madu palsu biasanya bukan berasal dari laporan konsumen, namun dari laporan tetangga yang merasa curiga dengan aktivitas produsen madu. Hal tersbut membuktikan bahwa masyarakat belum mengetahui dengan pasti mana yang madu asli, mana yang palsu.
Meskipun banyak metode sederhana untuk membuktikan kemurnian madu, namun metode tersebut tidak sepenuhnya benar karena produsen madu palsu lebih ahli memalsukan madunya. Selain itu, metode yang beredar tidak selau terbukti secara ilmiah.
Mungkin informasi ini cenderung menyesatkan, namun itulah yang terjadi. Saran bagi pembeli madu adalah belilah madu dari produsen yang sudah terpercaya. yakinlah bahwa madu yang anda konsumsi asli dan berkhasiat. Meskipun madu palsu dapat dirasakan oleh penderita diabeteas, jangan sampai penderita diabetes yang anda di sekitar anda dijadikan kelinci untuk menguji kemurnian madu. Dan jangan lupa, bagi umat Islam, bacalah basmalah sebelum anda mengkonsumsi madu.
Mengenal Pacet, Sang Penghisap Darah!
Memasuki
hutan di musim hujan, kita harus siap-siap menerima serangan pacet. Beberapa hari
yang lalu, saya mengunjungi Hutan Adat Guguk dan terkena serangan pacet. Hujan pada malam sebelumnya
membuat jalanan menuju kawasan serta di dalam kawasan Hutan Adat Guguk menjadi
lembab, yang sudah pasti banyak pacet berkeliaran.
Saya sudah empat kali memasuki kawasan Hutan Adata Guguk, dan sudah 2 kali terkena serangan pacet. Namun keduanya tidak pernah saya sadari. Setelah
selesai mandi, barulah saya sadar kalau sudah digigit pacet yang dapat dilihat
dari bekas luka di kulit yang menimbulkan efek gatal.
Karena rasa
penasaran, hari itu saya iseng melihat-lihat lantai hutan untuk bisa melihat
pacet berkeliaran. Menurut rekan lainnya, pacet di sana termasuk yang
paling parah dibandingkan daerah lainnya. Ternyata tidak sulit untuk menemukannya karena
ternyata lumayan banyak pacet yang berkeliaran. Ada yang di ranting pohon, di
atas daun, dan di dasar tanah. Setelah membuktikan dengan mata kepala sendiri,
akhirnya saya melaluinya dengan biasa saja. Kalaupun sampai darah saya dihisap
lagi oleh pacet, anggap saja sedekah.
Sepanjang
perjalanan, lumayan banyak pacet yang memanjat celana saya. Untungnya saya
memakai celana panjang, kemudian bagian bawah celana saya ditutup kaus kaki dan
pemakaian sepatu boot membuat saya merasa sedikit aman. Namun rupanya sang
pacet pantang menyerah. Ketika dalam perjalan pulang lah saya baru menyadari
kalau pacet sudah menghisap darah saya di bagian bawah pusar. Tidak
tanggung-tanggung, dua buah pacet sedang menggantung di bawah pusar ketika saya
menyadari bahwa baju saya berdarah. Namun foto nya tidak akan saya share karena berada di
areal aurat.
Pacet (Hamodipsa zeylanica) adalah binatang melata yang hidup melekat pada
daun-daun, batang pohon, dan kadang di dalam tanah yang lembab. Hewan yang bertubuh kecil seukuran batang
korek api ini biasanya akan membesar menjadi seukuran jari kelingking bayi
apabila menghisap darah. Tubuh pacet berwarna coklat dengan garis-garis hitam
di badannya yang dapat mengerut maupun mengembang. Bagian tubuh pacet peka
cahaya, sentuhan, suhu, dan cuaca. Pacet memiliki alat penghisap berbentuk
bulat di kedua ujung tubuhnya. Di tengah-tengah alat penghisap bagian depan
terdapat mulut dan gigi. Kebanyakan pacet hidup sebagai parasite dengan
menghisap darah atau jaringan tubuh binatang lain seperti makanan. Ada juga
yang hidup dengan makan sisa-sisa binatang dan tumbuhan.
Ketika
pacet menghisap darah, dia mengeluarkan zat khusus pada sedotannya yang dapat
mencegah penggumpalan dan pengeringan darah. Oleh karena itu, apabila kita
menyadari ketika digigit pacet dan memaksa pacet melepaskan hisapannya, darah kita akan
terus mengalir dan sulit dihentikan. Namun ketika pacet sudah kenyang, dia akan
melepaskan diri dan darah kita otomatis akan berhenti mengalir. Efek tersebut
merupakan akibat dari enzim hyaluronidase yang diekskresikan pacet. Enzim tersebut
termasuk kelompok enzim yang aktif pada pH asam dan netral.
Minggu, 29 Oktober 2017
Mengenal Hutan Adat guguk
Hutan Adat Guguk terletak di Desa Guguk, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Saat ini, hutan yang masih terjaga keasriannya ini terletak di Bukit Tapanggang seluas 690 hektar. Kawasan ini ditetapkan menjadi hutan adat sejak tahun 2003 melalui Surat Keputusan Bupati Merangin Nomor : 287 Tahun 2003 pada tanggal 23 November 2003. Kelompok pengelola hutan adat dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama No. 01.KB/VIII/2003 disertai dengan beberapa aturan pengelolaan hutan adat.
Selain itu, kelompok pengurus membuat sebuah program kerja yang dijalankan dengan pendanaan yang berasal dari swadaya anggota, masyarakat, donatur atau lembaga donor. Beberapa program kerja tersebut adalah: 1) Penyediaan peralatan operasional lapangan. 2) Melaksanakan patroli rutin dalam kawasan minimal satu kali dalam sebulan. 3) Pengadaan bibit kayu keras seperti: Tembesu (Fagraea fragrans), Meranti (Shorea sp.), dan Jelutung (Dyera costulata). 4) Monitoring flora dan fauna. 5) Peremajaan Karet masyarakat di sekitar kawasan hutan adat. 6) Peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan hutan adat Guguk.
Hutan adat Guguk sangat istimewa karena berasal dari inisiatif sekelompok masyarakat yang merasa prihatin atas kondisi hutan saat itu. Atas bimbingan dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), mereka mengajukan kawasan hutan yang berada di Desa mereka yang sebelumnya merupakan kawasan konsesi HPH (Hak Pengusahaan Hutan) untuk dijadikan Hutan Adat agar keberadaan hutan dapat dipertahankan. Meskipun tidak semua masyarakat menyetujuinya, namun dengan usaha yang gigih, perjuangan sejak tahun 1997 akhirnya terbalas dengan penetapan SK Hutan Adat dapat ditetapkan pada tahun 2003.
Untuk menjangkau Hutan Adat
Guguk, sangat mudah karena lokasinya sudah masuk di dalam aplikasi google maps. Dari Kota Bangko, Kabupaten
Merangin, dapat ditempuh sejauh 43 km ke arah Gunung Kerinci dengan estimasi waktu
sekitar 40 menit. Dalam perjalanan dari Bangko menuju Desa Gugugk, kita juga
akan melewati beberapa pintu gerbang menuju Geopark
Merangin.
Sebelum memasuki kawasan hutan,
sebaiknya meminta izin terlebih dahulu kepada pengurus untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan. Tanyakan saja kepada penduduk sekitar setelah
melewati gerbang Hutan Adat Guguk untuk mengetahui rumah salah seorang
pengurus. Saya menyarankan untuk menyewa pemandu apabila anda berencana untuk
memasuki kawasan hutan. Kawasan Hutan yang masih luas, bias membuatmu tersesat
apabila pergi tanpa pemandu.
Pada tahun 2013, Desa Guguk
memerima perhargaan Kalpataru Tingkat Provinsi Jambi sebagai pemenang pertama
kategori Penyelamat Lingkungan. Saat ini, Hutan Adat Guguk merupakan hutan desa
terluas di Indonesia. Sudah banyak daerah yang lain yang belajar mengelola
hutan dari Hutan Adat Guguk. Dan Hutan Adat Guguk turut mengharumkan nama provinsi
Jambi yang diakui sebagai pelopor hutan adat di Indonesia.
Sudah banyak penelitian yang
dilakukan di dalam kawasn Hutan Adat Guguk, baik dalam negeri maupun dari luar
negeri. Beradasarkan penelitian yang mengukur potensi karbon, Hutan Adat Guguk
memiliki nilai aset miliaran rupiah Namun sayangnya, perhatian dari pemerintah
setempat masih kurang. Padahal Desa Guguk biasa dijadikan desa
percontohan dalam membangun Hutan Adat. Untungnya, para pengurus masih
mempunyai pemikiran bahwa menjaga hutan berarti menyelamatkan kehidupan anak cucu
mereka. Dengan terjaganya Hutan, maka terjaga pula lingkungan dari
bencana kekeringan, longsor, banjir, dan sebagainya. Mungkin tampak klise, tapi
itulah yang diyakini para pengurus untuk keberlangsungan hidup keturunan
mereka.
Senin, 23 Oktober 2017
Agatha Christie: Penulis dengan karya paling banyak terjual sepanjang masa
Namanya mungkin tidak
terkenal seperti J.K. Rowling, tapi dia dinobatkan The Guiness Book of
Records sebagai penulis dengan penjualan novel terbanyak sepanjang
masa di seluruh dunia. Dialah Agatha Chirstie, penlis novel favorit saya, yang
tidak saya sangka memiliki pencapaian begitu besar.
Saya mengenal karyanya
sejak SMP. Ketika itu, taman bacaan sedang digandurungi anak-anak seusia
saya. Yang paling disukai adalah cerita detektif yang bermula dari booming nya
komik Detektif Conan dan Detektif Kindaichi. Karena harus menunggu jadwal terbit
komik berikutnya, iseng-iseng saya mulai membaca novel detektif juga, kebetulan
novel yang paling banyak tersedia di taman bacaan adalah karya Agatha Christie.
Selanjutnya, novel detektif karyanya saya jadikan sebagai bacaan wajib selain buku
pelajaran, tentunya.
Agatha Christie lahir
pada tanggal 15 September 1890 di Ashfield, Torquay, Devon, Inggirs dengan nama
Agatha Miller. Dia merupakan anak ketiga dari pasangan Clara Boehmer, seorang
wanita Inggris dan Frederich Alvah Miller, seorang pria Amerika. Agatha
mendapatkan pendidikian di rumah atas keinginan Ibunya. Kedua orang tuanya
bertanggung jawab dalam mengajarinya membaca dan menulis.
Ayahnya meninggal karena
serangan jantung pada tahun 1901, saat usia Agatha baru 11 tahun. Tahun
berikutnya, Agatha dikirim untuk mendapatkan pendidikan formal di Miss
Guyerts Girls School di Torquay, tapi mengalami kesulitan dalam
menerapkan disiplin. Pada tahun 1905 dia dikirim ke Perancis dimana dia
mendapatkan pendidikan di tiga tempat yang berbeda. Agatha kembali ke Inggris
tahun 1910 dan menemukan bahwa Ibunya sedang sakit. Akhirnya mereka memutuskan
menghabiskan waktu bersama di Kairo yang memiliki iklim lebih hangat
Tahun 1910, Agatha
menulis novel pertamanya dengan judul “Snow upon the Desert” namun
ditolak penerbit dan disarankan menulis novel berikutnya. Pada tahun 1914 dia menikahi seorang penerbang dalam Korps Penerbang Kerajaan
Inggris bernama Kolonel Archie Christie dan merubah namanya menjadi Agatha
Christie. Setelah menikah, dia menulis novel lagi dengan cerita detektif dan
memperkenalkan Hercule Poirot - salah satu legenda tokoh detektif - dalam “The
Mysterious Affair at Styles” yang baru terbit pada tahun 1920 setelah
melalui penolakan dari beberapa penerbit. Setelah menerbitkan novel pertamanya,
Christie tidak mengalami kesulitan dalam menerbitkan karya berikutnya.
Pada tahun 1926,
Christie membuat kehebohan ketika mendadak menghilang selama sebelas hari. Dia
akhirnya ditemukan sedang tinggal di sebuah hotel di Harrogate, di mana dia
mengatakan bahwa dirinya mengalami hilang ingatan yang disebabkan gangguan urat
syaraf akibat kematian Ibunya dan masalah dalam pernikahannya. Tentu saja ada
yang menganggap hal tersebut sebagai aksi publikasi belaka.
Pada tahun 1928,
Christie akhirnya bercerai dari suami pertamanya karena pernikahannya yang
tidak bahagia. Dari pernikahannya, dia memiliki seorang putri bernama Rosalind.
Dia akhirnya menikah lagi tahun 1930 dengan Max Mallowan dan menjalani
pernikahan yang bahagia sampai akhir hayatnya.
Agatha Christie
menerbitkan 73 novel, 28 kumpulan cerita, 3 puisi, dan 16 naskah pertunjukan drama sepanjang hidupnya. Menurut Index Translationum, dia dinobatkan sebagai
penulis dengan karya paling banyak diterjemahkan di seluruh dunia, dalam 103 bahasa.
Bahkan menurut The New York Times Best Seller List, karyanya
diprediksi terjual sebanyak 2 – 4 milyar kopi. Pada tanggal 12 januari 1976 dia meninggal di usia 85 tahun, .
Proses Pengecambahan Merbau (Intsia palembacinca)
Benih merbau termasuk jenis benih ortodoks, yaitu jenis
benih yang bisa disimpan lama dengan menurunkan kadar airnya. Kulit benih
merbau sangat keras sehingga memerlukan perlakukan untuk memecahkan masa
dormnsinya.
Untuk mempercepat proses perkecambahan benih merbau
diperlukan perlakukan skarifikasi benih. Skarifikasi benih merupakan usaha
memecah dormansi benih yang bertujuan untuk menghilangkan sifat dormansi fisik
benih terhadap gas dan air sehingga dapat mempercepat perkecambahan.
Skarifikasi akan mempercepat imbibisi sehingga benih dapat berkecambah dalam
wakut yang relatif seragam.
Perlakuan skarifikasi benih merbau dapat dilakukan melalui
pengikiran atau pelukaan kulit benih. Cukup sedikit saja pengikiran pada bagian
ujung benih sampai menembus kotiledon tanpa merusak embrio benih. Benih yang
sudah dikikir, selanjutnya direndam dalam air dingin selama 30 menit atau lebih
sampai bagian kulit yang sangat keras berubah menjadi lunak. Bagian kulit yang
masih keras dapat mengganggu proses pengecambahan, kotiledon akan tertahan dan
proses pertumbuhan daun menjadi terhambat.
Cara lain perlakuan pendahuluan benih juga dapat dilakukan
melalui perendaman benih dalam larutan asam asetat dengan konsentrasi 40% selama
20 menit. Namun pengggunaan asam sulfat tidak disarankan karena limbahnya dapat
mencemari lingkungan. Selain itu, pemakaian tanpa menggunakan alat perlindungan
diri dapat merusak kesehatan.
Benih yang telah melakukan perlakuan pendahuluan kemudian
ditabur dalam bedeng tabur. Media yang digunakna dapat berupa campuran tanah
dengan pasir (perbandingan 1: 1) maupun tanah dengan sekam padi (perbandingan
2: 1).
Proses perkecambaha merbau termasuk tipe epigeal, dimana
hipokotil benih merbau tumbuh memannjang yang mengakibatkan kotiledon dan
plumula sampai keluar permukaan tanah. Jadi proses pengecambahan sejatinya
terjadi di atas tanah setelah hipokotil tumbuh sempurna. Proses ini dimulai
dengan tumbuhnya bagian akar pada hari ke-2. Akar yang tumbuh akan masuk ke
dalam tanah. Setelah muncul sepasang daun
semai, merbau siap untuk disapih ke dalam polybag.
Senin, 16 Oktober 2017
Balimau Kasai, Tradisi Mandi Masal Menjelang Bulan Ramadhan di Sepanjang Aliran Sungai Kampar.
Suasana Balimau Kasai
Di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau ada tradisi tahunan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan yang bernama Mandi Balimau Kasai. Tradisi ini
biasanya diadakan sehari menjelang bulan Ramadhan. Masayarakat berduyun-duyun
menuju sungai Kampar melakukan mandi masal. Laki-laki maupun perempuan, tua maupun
muda, semua tumpah ruah di sepanjang aliran sungai Kampar. Ada yang mebawa ban karet,
perahu karet, dan lainnya. Berbagai perahu hias juga ikut memeriahkan acara
tersebut. Bahkan di pinggiran sungai juga biasa diadakan lomba panjat pinang
untuk menambah suasa meriah.
Acara ini sudah menjadi tradisi tahunan dan dibumbui aneka
rangkaian acara. Bahkan pada tahun 2017, tradisi ini dibuka oleh Gubernur Riau,
Andi Rachman. Menurut beliau, acara yang sangat luar biasa ini harus bisa
dijadikan bagian dari kegiatan pariwisata Riau yang bekerjasama dengan pemkab
Kampar.
Istilah balimau sendiri berarti mandi dengan menggunakan air
dan jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau. Jeruk yang biasa
digunakan antara lain jeruk nipis, jeruk purut dan jeruk kapas. Sedangkan kasai
adalah wangi-wangian yang dipakai untuk keramas. Bagi sebagian masyarakat Kampar,
pengharum (kasai) ini dipercaya dapat mengusir segala macam rasa dengki yang
ada dalam kepala, sebelum memasuki bulan puasa. Jadi balimau kasai seara umum
dapat diartikan dengan mandi menggunakan limau dan kasai sebagai pengganti
sabun dan shampo yang tentunya belum ada pada masa itu, untuk membersihkan
diri sebelum memasuki bulan puasa.
Limau dan kasai yang digunakan dalam acara
Tradisi yang mirip balimau kasai, juga dilakukan di daerah
lainnya namun dengan menggunakan istilah yang berbeda seperti Balimau Kasai
Potang Mamogang (Kabupaten Pelalawan), Mandi balimau (Sumatera Barat), dan
lain-lain. Karena pada dasarnya acara serupa banyak dilakukan masyarakat yang
dulu tinggal di sepanjang aliran sungai. Tidak heran kalau beberapa daerah
melakukannya.
Balimau kasai merupakan sebuah tradisi dan kebudayaan yang
dahulu dilakukan oleh orang-orang di pinggiran sungai Kampar saat menjelang
Ramadahan. Sebagian masyarakat menganggap balimau kasai dilakukan sebagai ungkapan
rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa. Selain itu juga sebagai simbol
penyucian dan pembersihan diri. Tradisi ini dulu dilakukan oleh masyarakat
sekitar sungai Kampar karena belum memiiki kamar madi di rumahnya tentunya.
Namun saat ini, nilai-nilai dan makna Balimau Kasai telah
banyak menyimpang dari tujuan utamanya. Hal tersebut dapat dilihat dari
ramainya acara dan tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan. Kadang ada
yang menampilkan acara hiburan berupa organ tunggal dengan penyanyi yang
memakai pakaian seronok, para laki-laki menikmati acara sambil meneguk minuman
keras, muda-mudi berdua-duaan di tepi sungai, dan maksiat-maksiat lainnya turut
menyertai acara tahunan ini. Semua itu terjadi karena tidak ada aturan mengikat
mengenai acara ini. Yang mau bersenang-senang dipersilahkan, begipula yang mau
membersihkan diri.
Dilihat dari kasat mata, yang melakukan balimau kasai pada
umumnya semata-mata mencari hiburan dan kesenangan saja. Hanya segelintir orang
yang melakukannya untuk mandi membersihkan diri. Melihat kondisi saat ini, di mana
hampir setiap rumah memiliki kamar mandi masing-masing, kenapa harus
repot-repot pergi ke sungai kalau niatnya untuk mandi dan membersihkan diri.
Yang mengikuti acara mandi di sungaipun sesampainya di rumah kebanyakan mandi
lagi karena air sungainya pun kini tidak sebersih dahulu. Balimau dan Kasai pun jarang sekali digunakan saat ini, tergantikan oleh sabun dan shampo.
Beberapa orang malah beranggapan kalau acara ini justru
mengotori kesucian ramadahan. Namun kita tidak boleh menghakimi begitu saja. Semua
itu tergantung pandangan masing-masing. Bagi yang menilai acara ini lebih
banyak mudorotnya daripada manfaatnya, maka tidak usah diikuti tapi jangan pula menghakimi. Acara ini memang bukan suatu kewajiban, tapi bukan pula yang dilarang. Semuanya kembali kepada niatan masing-masing. Namun bagi yang haus hiburan dan
merasa penasaran, silahkan diikuti tapi luruskan niat jangan sampai terbersit
niatan untuk berbuat maksiat.
Kejahatan muncul karena adanya kesempatan,
begitupula dosa dilakukan karena adanya kesempatan. Jadi, Waspadalah! Wspadalah!
Dan Bertobatlah!.
Minggu, 15 Oktober 2017
Saya Benci Ke Mall
Waktu masih hidup sendiri, saya menyukai pergi ke Mall. Saya yang masih tinggal di Perawang, sekitar 50 km dari kota Pekanbaru menjadikan Mall salah satu hiburan untuk menghabiskan waktu di akhir pekan. Meskipun tidak berbelanja, hanya sekedar window shoping, namun saya suka berkeliling Mall. Kadang hanya melihat harga barang yang ingin saya beli. Tapi tidak langsung membelinya, menunggu suatu saat ada diskon. Kalau sudah diskon, baru saya membelinya. Toh barangnya juga bukan barang kebutuhan primer, jadi tidak masalah dibeli kapan-kapan.
Namun kini saya kurang menykai jalan-jalan ke Mall. Setelah berkeluarga, prioritas kebutuhan menjadi berubah. List kebutuhan yang harus dipenuhi didata, keuangan diatur agar pengeluaran tidak lebih besar daripada pemasukan. Jalan-jalan ke mall dapat mengacaukan keadaan keuangan tersebut. Kenapa? Karena ke Mall paling tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk hal yang kurang perlu, misalkan makan siang yang harganya masti lebih mahal daripada makan di rumah, beli Jacool, Roti Boy, mengajak main anak ke wahana permaian yang tersediia, dan melihat barang-barang diskon yang sebenarnya tidak butuh-butuh amat menjadi sayang untuk dilewatkan dan mendadak menganggap itu menjadi barang sekunder yang mendekati primer. Padahal, kalau tidak dibeli juga saya masih bisa hidup dengan normal. Tapi kalau tidak dibeli, saya tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Maka kini saya putuskan pergi ke Mall hanya sebulan sekali. Tapi kalau keluarga ngajak ke Mall, anak-anak ingin ikut, tapi saya nya ga kut, kan jadi ga enak. Maka dengan terpaksa saya ikut dan berdoa semoga tidak ada barang yang diskon. Sayapun biasanya langsung menuju areal bermain anak, dan berdiam diri diri menemaini anak mandi bola.
Namun kini saya kurang menykai jalan-jalan ke Mall. Setelah berkeluarga, prioritas kebutuhan menjadi berubah. List kebutuhan yang harus dipenuhi didata, keuangan diatur agar pengeluaran tidak lebih besar daripada pemasukan. Jalan-jalan ke mall dapat mengacaukan keadaan keuangan tersebut. Kenapa? Karena ke Mall paling tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk hal yang kurang perlu, misalkan makan siang yang harganya masti lebih mahal daripada makan di rumah, beli Jacool, Roti Boy, mengajak main anak ke wahana permaian yang tersediia, dan melihat barang-barang diskon yang sebenarnya tidak butuh-butuh amat menjadi sayang untuk dilewatkan dan mendadak menganggap itu menjadi barang sekunder yang mendekati primer. Padahal, kalau tidak dibeli juga saya masih bisa hidup dengan normal. Tapi kalau tidak dibeli, saya tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Maka kini saya putuskan pergi ke Mall hanya sebulan sekali. Tapi kalau keluarga ngajak ke Mall, anak-anak ingin ikut, tapi saya nya ga kut, kan jadi ga enak. Maka dengan terpaksa saya ikut dan berdoa semoga tidak ada barang yang diskon. Sayapun biasanya langsung menuju areal bermain anak, dan berdiam diri diri menemaini anak mandi bola.
Bawang Putih Part 4 (End)
Bawang putih tidak sabar untuk segera bertemu dengan
pangeran. Maka dia pun bergegas keluar kamarnya menuju ruang tamu untuk
membukakan pintu bagi Sang Pangeran. Sebelum pangeran menyentuh gagang pintu,
rupanya pintu sudah terbuka. Di hadapannya Nampak seorang gadis cantik yang
sudah lama ada dalam pikirannya. Tanpa disadarinya, pangeran langsung memeluk
bawang putih. Betapa terkejutnya bawang putih mendapat serangan mendadak dari
pangeran. Namun dia pun tidak berani menolak pelukan pangeran dan balas
memeluknya.
Sekitar sepuluh detik mereka berpelukan sebelum akhirnya
mereka menyadari kesalahan dan merasa kikuk atas perbuatan mereka. Dan ketika
mereka ingin megutarakan perkataan, mereka selalu berkata bersama-sama sampai
akhirnya pangeran memberikan kesempatan kepada bawang putih untuk berbicara
terleih dahulu. Bawang putih pun menjelaskan panjang lebar bagaimana dia
bermimpi tentang orang yang dulu ditolongnya dan semenjak itu dia selalu
memikirkan sang pangeran meski tidak tahu siapa dan dimana pangeran tinggal.
Namun dia berjanji ketika mereka bertemu lagi, dia tidak akan melewatkan kesempatan
untuk mengutarakan perasaannya dan semoga pangeran bisa membalas perasaannya
dan mau menjadi suaminya.
Betapa terkejutnya pangeran ternyata mereka mengalami mimpi
yang sama. Meskipun awalnya pangeran sempat menaruh curiga kalau bawang putih
telah memantrainya dengan mantra pelet asihan. Namun setelah diobati oleh dukun
istana, perasaan itu tidak juga hilang. Semenjak itu pangeran yakin bahwa
perasaannya tulus dari hatinya yang paling dalam, bukan karena pengaruh pelet asihan.
Pangeran pun mulai mencari keberadaan bawang putih, namun takdir baru
mempertemukan mereka di tempat yang tidak pernah dia duga. Namun pangeran masih
menyembunyikan identitasnya sebagai putra mahkota karena masih ingin
menyelidiki latar belakang bawang putih. Dia pun meminta bawang putih
menceritakan kisah hidupnya dan ke mana dia selama ini menghilang.
Bawang putih pun menceritakan kisah hidupnya. Bukan hanya mengenai
belajar bersama nenek di hutan larangan, namun dia juga menceritakan kisah
hidupnya, ibunya, ayahnya, ibu tirinya, dan bawang merah saudara tirinya.
Bawang putih juga menjelaskan bahwa rumah ini dulunya adalah rumah keluarganya
dan meminta penjelasan sang pangeran kenapa rumah ini kini bisa dimiliki
pangeran.
Mendengan penjelasan bawang putih, membuat pangeran semakin
terkejut. Sebenarnya misi dia di rumah itu adalah menyelidiki hilangnya cucu
dari kerajaan B. Diceritakannya bahwa ibu bawang putih sebenarnya adalah putri
kerajaan B, namu karena dia memilih menikah dengan pengawal pribadinya, yang
tak lain adalah ayahnya, dia diusir dari kerajaan. Ibu dan Ayahnya mulai
kehidupan baru di wilayah kerajaan A semenjak saat itu sampai kematian mereka.
Saat ini kerajaan B sedang berduka karena Sang Raja (Kakek
bawang putih) sedang sakit keras, sedangkan putra mahkota sudah meninggal
beberapa tahun yang lalu karena kecelakaan. Dengan kata lain, bawang putih lah
calon satu-satunya penerus kerajaan B karena putra mahkota meninggal tanpa
meninggalkan seorang anak. Semenjak bawang putih menghilang, maka Ibu tiri dan
bawang merah diduga telah membunuhnya. Mereka berdua telah dipenjara karena
tidak bisa menjelaskan keberadaan bawang putih.
Pangeran pun menjelaskan bahwa dia sebenarnya adalah seorang
putra mahkota kerajaan A. Namun dia bukan calon penerus kerajaan karena dia
hanyalah anak ke-2. Sang penerus tahta sudah pasti adalah kakaknya. Dia pun
tidak keberatan menikahi bawang Putih dan akan membantu bawang putih meminpin
kerajaan B apabila nanti Bawang putih menjadi penerus kerajaan.
Meskipun bawang putih kurang begitu mempercayai penjelasan
sang pangeran, namun dia bersedia mengikuti pangeran untuk pergi ke kerajaan B untuk
membuktikan perkataan sang pangeran. Keesokan harinya mereka pergi ke kerajaan
B untuk menemui sang kakek. Di Istana, Bawang putih dapat melihat lukisan
Ibunya sewaktu masih muda bersama saudara, Raja dan Ratu. Melihat lukisan itu,
bawang putih menjadi yakin bahwa Ibunya adalah seorang putri raja. Selama ini,
Ibunya tidak pernah bercerita mengenai identitasnya sebagai seorang putri.
Setelah melihat Bawang putih, sang raja merasa yakin kalau
bawang putih adalah cucunya. Kini dia seolah melihat anaknya yang dulu
dibuangnya karena memberontak dan memilih meikah dengan seorang pengawal. Dia
menyesali perbuatannya dan meminta Bawang putih untuk memaafkan kesalahan dan
menawarkannya untuk tinggal di istana, hidup sebagai cucu sang Raja.
Semenjak kedatangan bawang putih, kondisi kesehatan Sang
Raja semakin membaik. Maka Bawang putih pun memutuskan tinggal di Istana untuk
sementara waktu sambil mempelajari adat istiadat seorang putri. Tidak
membutuhkan waktu yang lama bagi bawang puih untuk mempelajarinya. Dan dia
segera menjadi putri yang santun dan pintar.
Sementara itu, bawang putih teringat dengan Ibu tiri dan
Bawang mrah. Maka dia meminta Sang kakek untuk melepakan mereka berdua karena menghilangnya
bawang putih selama ini bukan kesalahan mereka. Ibu tiri dan bawang merah pun
dibebaskan. Mereka dijinkan bawang putih untuk tinggal di rumah orang tuanya
asalkan mau merawat rumah tersebut. Kalau kondisi rumah tidak bertambah baik, maka
mereka sewaktu-waktu harus siap diusir. Mendengar penjelasan bawang putih,
mereka menyepakati kesepakatan yang ditawarkan karena mereka pun tidak punya
tempat lain yang harus dituju.
Sebulan kemudia Bawang putih dan pangeran menikah.
Pernikahan mereka dilaksanakan dengan begitu meriah selama tujuh hari tujuh
malam dengan rangkaian acara yang begitu banyak. Mereka berdua hidup bahagia di
Istana.
Jumat, 13 Oktober 2017
Aku dan Bapakku.
Aku dan Bapakku
tidak begitu dekat, Aku lebih dekat dengan Ibuku. Sewaktu masih kecil, Bapakku bekerja
di luar kota sebagai tukang bagunan, bukan jenis pekerjaan yang bisa
kubanggakan di depan teman-temanku. Aku bahkan selalu diledek oleh teman-temanku
yang mengatakan kalau Bapakku kawin lagi. Mungkinkah karena itu Bapak tidak
tinggal dengan kami. Waktu itu aku selalu menangis dan mengadu kepada Ibu. Tapi
Ibu selalu berkata bahwa Bapak tidak kawin lagi. Dia hanya mencari nafkah untuk
membiayai kehidupan kami.
Aku tinggal
dengan Ibu dan adik laki-lakiku yang berumur 6 tahun lebih muda. Meskipun kami
tidak tinggal bersama Bapak, namun kami hidup bahagia. Kami memang tidak kaya,
namun tidak terlalu miskin. Ibu selalu memanjakan kami dan mengabulkan semua
permintaan kami. Mungkin karena waktu itu kami tinggal di kampung, yang standar
biaya hidupnya masih rendah, membuatku tidak sadar kalau sebenarnya kami cukup
miskin. Kami sangat menyayangi Ibu, beliau tidak pernah marah ataupun membentak
kami, meskipun kadang kami membuatnya kesal. Dialah Ibu terbaik di dunia.
Meskipun Bapak
hanya pulang sebulan sekali, Aku justru tidak begitu suka ketika Bapak ada di
rumah. Bapak biasa tinggal di rumah sekitar
2 atau 3 hari, namun pada saat itu, Aku dan adikku lebih sering bermain di luar
rumah daripada menghabiskan waktu bersama Bapak. Bapak selalu menghukum kami
kalau kami tidak sholat berjamaah di masjid dan membangunkan dengan
mencipratkan air ke muka kami agar bisa bangun pagi dan sholat subuh berjamaah
di mesjid.
Ibuku
meninggal ketika aku baru masuk kuliah, sementara adikku masih kelas 1 SMP.
Beliau meninggal karena mengalami kecelakaan sepeda motor bersama Bapak. Saat
itu, aku sangat sedih dan berharap kalau Bapakku lah yang meninggal. Aku sedih
karena belum bisa membahagiakan dan berbakti kepada Ibu. Sementara kalau Bapak
meninggal, aku rasa tidak akan begitu berpengaruh terhadap kehidupanku. Bisa
kuliahpun karena mendapatkan beasiswa, bukan dibiayai oleh Bapak. Semenjak itu,
aku semakin jarang berkomunikasi dengan Bapak. Karena uang beasiswa dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan mampu membayar uang kuliah, Aku tidak
pernah sekalipun meminta uang pada Bapak.
Setelah Ibu
meninggal, adikku tinggal bersama Bibi, adik Bapak. Bapak masih tinggal di luar
kota dan mengirimkan uang untuk kebutuhan adikku. Aku juga jarang berkomunikasi
dengan Adikku karena aku sudah asik dengan dunia perkuliahan. Bahkan Saat libur
pun aku jarang pulang ke rumah. Aku lebih suka tinggal di kosan dan menjadi penjaga
kosan ketika yang lain mudik. Pada dasarnya, Aku sudah tidak punya rumah untuk
pulang. Rumah yang kutinggali dulu bersama Ibu dan Adikku, kini sudah dikontrakan.
Aku merasa
hidup bagai sebatang kara, bahagia karena sudah bisa hidup mandiri dan tidak
merepotkan orang lain. Aku jarang menelpon Bapakku, karena tidak tahu apa yang
akan kubicarakan. Bapak biasanya yang meneleponku, menanyakan apakah aku
membutuhkan tambahan uang atau tidak. Kalau seperti itu, aku biasanya bilang kalau
aku sedang butuh uang. Bapak pun akan mengirimkan uang, meskipun jumlahnya tidak
seberapa, lumayan untuk tambahan baiya hidup sehari-hari. Tapi aku tidak pernah
sekalipun memintanya. Kalau pun dia mau memberika uang, tentu aku terima. Itu sudah
menjadi kewajibannya untuk membiayai anaknya.
Saat liburan
semester empat, Bapakku mendadak sakit. Penglihatannya kini mulai memburuk.
Menurt informasi dari dokter, syaraf matanya ada yang putus sehingga dia tidak bisa
melihat dengan jelas. Setelah mencoba berbagai pengobatan alternatif, akhirnya Bapak
menyerah dengan kondisi matanya. Menurut pengakuan Bapak, dia masih bisa
melihat namun hanya sebatas bayangan saja. Akupun tidak begitu mengerti
maksudnya. Yang jelas, ketika kami berbincang, padangan Bapak kadang melihat ke
arah lain. Bahkan saat kami bertatap muka, dia tidak bisa langsung mengenaliku.
Setelah aku berbicara, dia baru mengenaliku. Kondisi seperti itu, membuatku
merasa Iba pada Bapak. Namun tidak begitu banyak mengubah hubungan kami yang
masih renggang.
Setelah
pulang sekitar satu minggu, aku kembali lagi pada kehidupan kampus. Menurut
Informasi dari Bibi, sekarang Bapak tinggal di rumah lama kami, dia bersikeras
untuk tinggal sendiri. Sedangkan adikku masih tinggal bersama Bibiku karena
jarak rumah kami ke sekolah Adiku lumayan jauh. Setelah lulus SMP, adikku
berhasil mendapatkan beasiswa full SMA bagi kaum duafa dan tinggal di asrama.
Karena
penglihatannya kurang baik, kini Bapak bekerja sebagai penambang pasir. Jenis
pekerjaan yang lebih kasar dari tukang bangunan. Nanum tidak memerlukan
ketelitian karena tinggal mengumpulkan pasir, mengayaknya, lalu menjualnya.
Meskipun begitu, menjadi penambang pasir membuat Bapak harus bejemur sinar
matahari setiap hari. Kata Bibi, kini bapak semakin kurus dan hitam legam. Aku
yang tidak bisa berbuat banyak hanya bisa mendengarkan penjelasan Bibi karena
tidak tahu harus berkata apa.
Setelah
lulus kulaih, barulah aku pulang ke rumah. Itupun untuk mengurus segala
keperluan untuk melamar pekerjaan. Tinggal bersama Bapak di rumah lama kami
yang penuh kenangan bersama Ibu, membuatku kurang nyaman karena Di dalam lubuk
hati, aku masih menyalahkan bapak atas kematian Ibu. Rumah itu kini terasa
sempit, tidak seluas dulu ketika masih kanak-kanak. Aku pun tidak betah
berlama-lama di rumah dan lebih suka menghabiskan berkumpul dengan teman masa
kecilku.
Aku sempat
mengajar selama enam bulan di Sekolah swasta sebelum akhirnya lulus ujian
seleksi CPNS dan menjadi guru SD di salah satu sekolah di Kota yang berbeda
dengan kota kelahiranku. Menjadi guru SD ternyata tidak seringan dugaanku.
Masuk pagi sampai sore, dari hari senin sampai sabtu. Kadang pekerjaan yang
belum selesai di sekolahpun kubawa pulang dan kukerjakan di kosan. Aku memang
suka membantu siapapun yang meminta pertolongan yang pada akhirnya malah
membuatku keteteran mengerjakan tugas utamaku.
Sudah dua
tahun lebih aku tidak pulang ke rumah, menemui Bapak, adik, ataupun saurdara
yang lain. Sedang adikku kini kuliah di kota yang sama denganku. Kadang dia
datang ke kosanku kalau sedang butuh uang. Meskpiun dia mendapatkan beasiswa,
bahkan lebih besar dari beasiswa yang kurteima semasa kuliah dulu. Namun dia
masih saja selalu kekurangan uang. Kulihat dia sudah mampu mebeli laptop dan
smartphone. Beruntung sekali dia, padalaha aku baru mampu membeli laptop ketika
sudah bekerja. Semasa kuliah, aku hanya bisa meminjam komputer teman atau pergi
ke rental komputer untuk mengerjakan tuga. Tapi dialah adikku satu-satunya, kalau
bukan aku yang membantunya, lantas siapa lagi. Adiku masih sering pulang kampung.
Karena dia dulu 3 tahun tinggal dengan Bibi, dia lebih dekat dengan Bibi dan
saudara lainnya. Sedangkan aku, yang dulu sewaktu tinggal dengan Ibu, jauh dari
rumah keluarga Bapak ataupun Ibu. Ibu pun jarang membawa kami ke rumah
saudaranya. Hanya di hari raya saja kami berkunjung.
Kadang Adiku
mengingatkanku kalau aku masih punya saudara di kampung. Sekali-kali dia
mengajakku pulang bareng, namun aku selalu mengelaknya. Aku hanya merasa
canggung saja apabila harus menginap di rumah saudara karena kami tidak begitu
dekat. Sedangkan kalau menginap di rumah bapak, aku tidak betah. Maka aku hanya
bisa membuat banyak alasan agar tidak pulang. Begitupun pada saat itu, adiku
mengajak pulang karena dia sedang libur semester. Sedangkan aku yang tidak bisa
cuti semaunya, hanya bisa membekalinya uang untuk pulang tanpa ikut serta
bersamanya.
Tengah
malam, aku mengdengar telepon dari Adikku. Tidak biasanya dia telpon malam-malam.
Rupanya dia memberi kabar kalau Bapak sedang di rawat di rumah sakit karena
mengalami kecelakaan sepeda motor. Saat itu kondisinya sangat menghawatirkan.
Dia memintaku pulang secepatnya, khawatir kalau aku tidak akan punya kesempatan
lagi bertemu dengan Bapak. Karena sudah tengah malam, bis juga sudah jarang ada
yang lewat, maka kuputuskan setelah subuh akan pulang.
Menjelang
tengah hari aku baru sampai terminal di kampung halamanku. Aku langsung menuju
rumah sakit umum seperti yang diberitahukan Adiku. Bapakku dirawat di ruangan
biasa berisi 6 orang pasien. Dari pintu kulihat Bapak sedang terbaring lemas
dengan luka di wajah. Kaki kananya di gips, mungkin patah. Sedangkan tangannya,
hanya menderita luka luar saja yang dienuhi betdin dan lukanya tampak mulai mongering.
Benar kata Bibi, kini kulit Bapak mulai keriput dan hitam legam akibat terlalu
sering terkena sinar matahari. Badannya sangat kurung seperti kekurangan gizi. Tadinya
aku mengira kalau bapak sudah sakaratul maut, meregang nayawa mendekati
ajalnya. Namun melihat kondisinya seperti itu, aku menduga dia masih bisa
bertahan gidup. Rupanya adiku mulai pandai berakting, pikirku. Kalau dia tidak
berbohong, mungkin aku tidak akan pulang. Lalu dengan basa-basi aku mendekat,
mencium tangannya dan menanyakan bagaimana kondisinya. Adiku lalu keluar
memberikan waktu bagiku dan Bapak untuk berbincang lebih lama.
Melihat
kondisi bapak yang sudah sakit parahpun, aku tidak merasa tergugah sama sekali.
Tidak ada air mata yang kuteteskan. Aku hanya bersikap biasa seperti saat aku
menjenguk orang lain. Dalam pikiranku malah menghitung berapa biaya yang harus
kukeluarkan untuk membiayai perawatan Bapak. Apakah hatiku sudah begitu bekunya
sehingga tidak ada rasa kasihan dan penyesalan karena belum berbakti kepada
Bapak. Akupun tidak tahu, yang jelas aku sudah lama tidak bersedih semenjak
kepergian Ibu. Mungkin kalau Bapak meninggal, aku akan bersedih. Sungguh
pikiran yang picik sekali, aku hanya bisa beristighfar.
Setelah
berbincang basa-basi dengan Bapak, aku segera keluar. Bau ruangan pengap, yang
diisi oleh enam orang pasien membuatku kurang nyaman. Di luar aku bertemu
dengan Paman, suami Bibi adik Bapak. Melihat ku yang kurang menampakan
kesedihan, dia mengajakku berbicara dari hati ke hati. Dia tahu kalau aku masih
belum memaafkan Bapak semenjak kehilangan Ibu. Meskpiun begitu, dia menjelaskan
bahwa seorang anak yang shaleh haruslah berbakti kepada orang tuanya, tidak
peduli orang tuangya berbuat baik ataupun buruk. Apalagi Bapakku termasuk orang
baik di matanya. Bapak tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah di masjid,
mau bekerja keras, tanpa pernah meminta-minta. Kalau aku mau menjadi anak yang
saleh, sekaranglah watu yang tepat untuk menunjukan pengabdianku. Sebenarnya
sudah seminggu lebih Bapak dirawat di rumah sakit, namun dia tidak mau
memberitahu kami karen waktu itu dia tahu kalau adikku sedang ujian semester
dan tidak mau merepotkanku.
Paman
menjelaskan bahwa kehidupan Bapak sangat sulit. Pengahasilan dari menambang
pasir tidaklah besar. Aplagi saat musim hujan, bapak tidak bisa menghasilkan
uang. Usia bapak yang sudah tua renta dan matanya yang sudah tidak normal
membuat Bapak tidak bisa mencari pekerjaan lain. Paman bertanya apakah aku suka
memberikan uang pada Bapak. Akupun menjawab kalau bapak tidak minta maka akupun
tidak akan memberinya uang. Paman Nampak sangat kecewa terhadap jawabanku.
Tidak sepatutnya aku berbuat seperti itu. Keluarga kami tidak pernah mendidik
anak menjadi anak yang durhaka. Paman memintaku untuk merenungkan semua
kejadian yang pernah kualami. Apakah Bapak layak mendapat perlakuan seperti itu
dari anaknya sendiri. Dia juga memberitahukan kalau selama ini bapak banyak
berhutang kepadanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Total hutang dengan biaya
rumah sakit mencapai 30 juta. Aku tidak diminta untuk membayar hutangnya. Kalau
aku tidak mau mebayarnya, biarlah itu menjadi amal ibadah Paman dan Bibi yang
sudah membatu saudaranya. Dan bapak berniat embayar hutangnya dengan menjual
rumahnya kalau dia meninggal nanti. Tapi apabila aku mau mebayarnya, maka
anggaplah itu sebagai salah satu bukti bahwa aku anak yang berbakti kepada
orang tua.
Mendengan
penjelasan paman, aku hanya bisa diam. Sepertinya sudah bukan rahasia kalau aku
bukan anak yang berbakti. Mereka pun tahu kalau aku masih menyimpan amarah pada
Bapak atas kepergian Ibu.
Malam itu,
aku tingal di rumah sakit menggantikan adiku yang semalam berjaga. Takut
dibilang anak durhaka, aku menawarkan diri untuk menjaga Bapak malam itu.
Kerena lelah setelah melewati perjalanan jauh, akupun tertidur lebih awal di
bawah ranjang Bapak. Aku terbangun pukul 2 pagi. Kondisi kamar yang pengap
membuatku tidak bisa tidur lagi. Sambil jalan-jalan akupun melewati muhola. Rasanya
sudah lama aku tidak sholat malam meminta petunjuk pada Allah. Biasanya aku
sholat malam begitu menginginkan sesuatu. Namun kini, setelah mendengar ucapan
paman, aku ingin meminta petunjuk dan mohon ampunan kalau selama ini aku telah
menjadi anak yang durhaka. Maka akupun berwudhu dan melakukan sholat malam 2
rakaat.
Setelah
selesai sholat, aku berdzikir lalu bedoa. Sayangnya aku sudah lama tidak sholat
malam sehingga sudah lupa doa sholat tahajud. Maka aku hanya memanjatkan doa
dalam bahasa Indonesia. Aku meminta petunjuk kepada Allah, semoga hatiku diberi
kelapangan untuk memaafkan Bapak, semoga Allah mau mengampuni segala dosa dan
perbuatan yang pernah kualami, semoga Allah mengampuniku yang telah menjadi
anak yang durhaka. Ketika biasanya aku meminta untuk urusan dunia, untuk diriku
sendiri. Saat itu aku bedoa untuk Bapakku. Semoga Bapak diberikan kesehatan dan
kebahagiaan. Smoga Bapak mau mmemaafkanku. Aku juga berdoa semoag Ibu
dilapangkan kuburnya, diampuni segala dosanya, dijauhkan dari siksa kubur, dan
medapat syafaat dari Rosulullah SAW di akhirat kelak.
Tanpa terasa,
air mataku bercucuran. Selama ini Aku selalu menyalahkan Bapak atas kematian Ibu. Padahal Aku tidak tahu apa yang Bapak alami, mungkin saja selama ini Bapak lah yang lebih menderita karena kepergian Ibu. Bapak harus menanggung penyesalan karena Ibu meninggal karena kesalahannya.
Lalu kusadari bahwa umur manusia itu sudah ditetapkan Allah. Manusia tidak bisa menentukan kapan dirinya akan mati. Lalu untuk apa semua kebencian yang selama ini kutujukan pada Bapak. Akupun semakin menyesal dengan perbuatanku yang tidak terpuji ini.
Aku tidak
bisa membahagiakan dan membalas semua kebaikan Ibu semasa Ibu hidup. Aku seolah lupa bahwa doa anak yang sholeh tidak akan putus amalannya sampai akhirat. Akupun jarang mendoakan Ibu
dengan tulus dan sungguh-sungguh. Lalu apakah selama ini aku telah
menjadi anak yang sholeh? Sepertinya belum. Maka akupun berdoa memohon ampun dan
bertobat karena selama ini kadang lalai dalam menjalankan ibadah. Penyesalanku
yang semakin dalam mebuat hatiku sakit dan air matapun terus berjatuhan setelah sekian
lama mengering.
Aku jadi
teringat masa kecil yang pernah kulalui bersama Bapak. Meskpiun Bapak jarang
ada di rumah, tapi banyak kenangan manis bersama Bapak dan Ibu yang pernah
kualami. Bukan salah bapak kalau kami hidup miskin. Bukan salah bapak kalau Ibu
meninggal. Dan bukan salah Bapak kalau Aku menjadi anak yang durhaka.
Setelah
berdoa, aku langsung menemui Bapak. Kucium kedua tangannya, meminta maaf
darinya karena selama ini aku telah menjadi anak yang durhaka. Aku menangis
tersedua, tidak peduli dengan tatapan orang lain yang terbangun dan merasa
terganggu. Bapak nampak kaget, bangun dari tidurnya. Bapak mengatakan bahwa
selama ini bapak sudah memaafkanku, aku tidak perlu meminta maaf katanya. Dia
pun merasa bersalah atas semua hal yang telah terjadi. Bapak minta maaf kalau
selama ini Bapak belum menjadi orang tua yang baik, belum bisa membahagiakan
anak-anaknya, dan belum menjadi panutan.
Hari itu
seolah menjadi titik balik dalam kehidupanku. Akupun merasa lega karena pada
akhirnya aku bisa berdamai dengan diriku sendiri dan memaafkan Bapak. Aku
menemui paman dan berniat untuk meluniasi hutang Bapak dan membiayai semua
tagihan rumah sakit. Aku mengucapkan banyak terimakasih karena selama ini sudah
merawat Bapak dan mengucapkan permohonan maaf karena selama ini Aku seolah
menjauh dari keluarga.
Setelah
kukabari pihak sekolah, aku mengambil cuti selama seminggu untuk bisa merawat
Bapak. Lima hari kemudian Bapak sudah bisa keluar dari rumah sakit, namun harus
berobat jalan. Selama berobat jalan, Bapak tinggal di rumah Bibi. Setelah dua
bulan, Bapak sudah bisa beraktivitas lagi. dan bersikeras untuk tetap bekerja
karena dia tidak mau hidup bagaikan pengemis yang hanya meminta bantuan orang
lain. Kuhargai keputusan bapak, namun kini aku rutin mengiriminya uang sebagai tambahan
untuk memenuhi kebutuhannya. Aku juga sudah mulai sering menelepon nya, meski hanya sekedar menanyakan kabarnya.
Kamis, 12 Oktober 2017
Bawang Putih Part 3.
Semenjak tinggal di rumah Nenek, rutinitas bawang putih sedikit
berubah. Karena tidak mau merepotkan, bawang putih membantu hampir semua
pekerjaan rutin sehari-hari. Hanya saja, Sang Nenek lah yang bertugas memasak,
dan menyapu lantai. Kafang Nenek juga membantunya mencuci san mengambil
jemuran. Tugas bawang putih pun sedikit berkurang dibandingkan sewaktu tinggal
dengan Ibu tirinya. Dengan begitu, dia masih punya banyak waktu untuk mempelajari
keahlian baru.
Rupanya, sang nenek tidak hanya mengajari cara bercocok
tanam. Nenek juga mengajari cara mengolah makanan dari hasil tanamannya. Dengan
begitu, kemampuan memasak baawng putih pun semakin bertambah. Nenek
mengenalkannya pada bumbu rempah-rempah, dan bumbu masakan lainnya. Bawang
putih pun diajarai cara merawat tubuhnya. Bagaimana membuat ramuan untuk
membuat shampoo, sabun, masker, dan membuat parfum dengan berbagai metode.
Tidak terasa, 5 bulan telah berlalu. Kini bawang putih semakin
cantik mempesona. Rambutnya hitam, lurus, lembut, dan wangi. Kulitnya semakin
cerah dan mukanya nampak bersinar. Meskipun dia belum mempelajari semua
keahlian sang nenek, namun bawang putih merasa sudah cukup untuk saat ini.
Sesuai janjinya, 5 bulan adalah waktu yang dia rencanakan untuk belajar. Dan
kalau ingin mempelajari semua keahlian sang nenek, dia rasa 10 tahun pun tidak
akan cukup. Maka dia tidak akan memperpanjang masa belajarnya, dan berfikir
untuk segaera menerapkan seluruh ilmunya seorang diri, tanpa bantuan Nenek. Selain
itu, dia sangat merindukan rumahnya. Bawang putih tidak terlalu peduli dengan
kemarahan Ibu tirinya. Dan berharap kalau Ibu tirinya sudah menikah lagi atau
bawang merah yang sudah menikah. Sehingga mereka tidak perlu tinggal di
rumahnya lagi.
Maka, menjelang sore, bawang putih pun berpamitan untuk
pulang besok pagi. Tidak lupa sang nenek membekali aneka benih dan bibit.
Berharap bahwa bawang putih dapat menerapkan ilmu yang dipelajarinya dan bisa
hidup mandiri. Sang nenek berpesan agar bawang putih tidak usah sungkan kalau
mau berkunjung lagi. Pintu rumahnya akan selalu terbuka apabila bawang putih
berkeunjung kembali.
Seperti biasa bawang putih selalu berangkat pagi hari agar
sampai rumah tengah hari. Namun entah kenapa perasaannya sedikit deg-degan.
Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Ibu tiri atau Bawang merah. Menjelang
tengah hari, bawang putih sudah melihat rumahnya dari kejuhan. Namun nampak
banyak yang berubah di sekitar rumahnya. Kebun yang dulu tidak tearwat kini sudah
dihiasi bunga-bunga berwarna warni. Kandang hewan ternak nya pun kini sudah
diperbaiki. Dari kejauhan sudah terliha sapi, kambing dan kuda di sekitar
kandangnya. Dalam hati, bawang putih bertanya-tanya. Ada apa gerangan dengan
rumahnya. Apakah Ibu tirinya telah menikah lagi dan suami barunya yang
merenovasi rumah tersebut? Bawang putih tidak bisa berfikir banyak lagi. Dengan
perasaan campur aduk dia berlari menuju rumahnya.
Semakin mendekat, kini bawng putih merasa semakin asing
dengan kondisi rumahnya. Banyak sekali perubahan yang terjadi, yang
dipertahankan hanyalah bangunan utamanya. Maka dengan segera dia memasuki
rumahnya. Tapi rupanya rumahnya terkunci, padahal tidak biasanya rumahnya
terkunci di siang hari. Maka dia pun mencoba mengetuk pintu. Setelah menunggu
beberapa detik, pintu pun terbuka. Namun bukan Ibu tiri ataupun Bawang putih
yang membukakan pintu, melainkan orang lain. Dan orang lain itu malah bertanya.
“Maaf Anda siapa? Ada keperluan apa?”
“Saya Bawang putih. Saya tinggal di sini dengan Ibu dan
saudara saya, Bawang merah. Saya justru ingin bertanya Anda siapa?”
“Saya Kiranti, pelayan di rumah ini. Rumah ini sudah dijual
kepada majikan saya dan saya lah yang bertuga mengurus rumah ini.”
“Maaf, bisa diulangi lagi? Kalau tidak salah dengar rumah
ini telah di jual?”
“Benar. Memangnya anda darimana saja? Kenapa baru tahu?”
“Tapi saya pemilik sah rumah ini. Dan saya tidak menjual
rumah saya.” Jawab barang putih dengan sedikit menaikann volume suaranya,
sambil mencoba menahan emosi.
“Tapi itulah yang terjadi. Rumah ini sudah jadi milik majikan
saya semenjak empat bulan yang lalu. Dan sudah hampir empat bulan pula saya
tinggal di sini dengan suami dan anak saya.”
“Tapi.”
Bawang putih menghentikan perkataannya. Peraasaannya sangat
kacau, apa yang sebenarnya terjadi selama dia pergi. Tapi seperti biasa, dia
sangat tegar dan berusaha mencari jalan keluarnya.
“Kalau memang rumah ini sudah dijual, saya mau bertemu
dengan pemiliknya. Saya ingin bertanya, bagaimana bisa rumah ini bisa terjual tanpa
sepengetauan saya, pemilik aslinya.”
“Maaf tidak bisa”
“Kenapa”
“Karena majikan saya saat ini sedang tidak di rumah”
“Kalau begitu saya boleh menunggunya di dalam? Tapi saya
mohon agar anda percaya bahawa saya pemilik rumah ini sebelumnya. Saya akan membuktikan
pada anda bahawa saya mengenal seluruh bagian rumah ini. Dan saya yakin,
setelah mendengar penjelasan saya, anda percaya bahwa saya pernah tinggal
disini. Mungkin barang-baarng saya juga masih tertinggal disini.”
Bawang putih
melanjutkan penjelasnnya dengan menunjukan bagian-bagian rumah yang tidak
mungkin diketahui sama orang luar, menyebutkan sejarah pembangunan rumahnya,
dan penjelasn lainnya dan berharap kalau Kiranti akan percaya. Hampir 1 jam
lamanya Bawang putih meyakinkan Kiranti dan mengajaknya berkeliling di sekitar
halam rumahnya. Menujukan jenis-jenis pohon yang ditanam disitu, dan lainnya.
Melihat kesungguhan bawang putih dan mendengar pejelasan
panjang lebar nya. Akhirnya Kiranti sedikit mempercayainya. Dia pun
mempersilahakn bawang putih untuk masuk. Kiranti mempersilahkan bawang putih
untuk berisitahat di salah satu kamar, yanag kebetulan dulunya adalah kamar
bawang putih. Sedangkan kini, kamar tersebut biasanya digunakan sebagai kamar tamu.
Sedangkan kamar tempat para pengurus rumah tidak di rumah utama. Di bagian
belakang rumah, dibuatkan pavilion untuk tempat tinggal para pekerja sehigga
sedikit terpisah. Kamar Utama yang dulu ditinggali orang tuanya, yang kemudian
diganti Ibu tirinya digunakan sebagai kamar pemilik rumah yang baru.
Menjelang malam, Nampak dari kejauhan seorang pemuda
tampan datang menunggangi kuda. Sepertinya bawang putih pernah mengenalnya,
namun dia lupa dimana. Semakin dekat, semakin jelas pula wajah sang pemuda
tampan yang tak lain adalah sang pangeran yang pernah ditolongnya. Namun
berhubung sang pangeran tidak pernah menyebutkan identitasnya, maka dia pun
belum tahu sampai saat ini kalau pria yang ditolongnya adalah seorang pangeran.
Melihat sang pangeran, bawang putih teringat mimpinya 6 bulan lalu. Mimpi yang
masih diingatnya sampai sekarang karena begitu berkesan.
Sang pangeran turun dari kudanya. Nampak
sorang pria membawa kudanya ke arah kandang, sedangkan sang pangeran sendiri
langsung menuju rumah. Bawang putih semakin bergetar hatinya. Entah perasaan
apa yang menghampirinya. Dia seolah dibuat jatuh cinta pada sang pangean.
Padahal ini baru pertemuan keduanya. Mungkinkah pangeran adalah jodohnya?
Bawang putih mulai berangan. Tapi kalau perasaan suka tersebut hanya dari satu
belah pihak, maka dia harus siap menerima resiko cintanya bertepuk sebelah
tangan.
Selasa, 10 Oktober 2017
Bawang Putih (Part 2)
Bawang putih memulai harinya dengan memasak untuk sarapan
Ibu tiri dan Bawang merah. Nasi goreng dengan telur mata sapi akhirnya selesai
dia hidangkan. Sedangkan untuknya, cukup buah-buahan saja sebagai menu sarapan.
Kebetulan di sekitar rumahnya banyak sekali pohon buah. Ada nagka, papaya, pisang,
sirsak, jeruk, durian, manggis, rambutan, sawo, belimbing, jambu biji, jambu
air, bisbul, dan masih banyak yang lainnya. Ayahnya sangat suka menanam pohon
semasa hidupnya. Setiap membeli buah-buahan dia semaikan bijinya dan setelah
tumbuh, ditanamnya di sekeliling halaman rumahnya. Di tanah seluas 5 hektar,
cukup untuk menanam berbagai jenis buah-buahan, sayur-mayur, tanaman obat, dan
aneka tanaman kehidupan lainnya, bahkan aneka bunga yang ditanam mendiang Ibunya.
Kotoran dan air kencing hewan ternak dijadikannya pupuk organik. Jadi, meskipun
hidup mereka tidak bergelimang harta, tapi mereka berkecukupan dalam memenuhi
kebutuhan harian.
Melakukan pekerjaan rutin tiap hari, kadang membuat bawang
putih bosan. Membersihkan rumah, menyapu, mengepel, mencuci, memasak, dan menyetrika
menjadi rutinitas kesehariannya. Untungnya, bawang putih memiliki banyak hobi
yang biasa dia salurkan di waktu senggangnya. Ibu tiri dan Bawang merah tidak pernah
mempermasalahkannya selama tugas utama dikerjaannya dengan baik. Menjahit, merawat
bunga, memancing dan meracik parfum merupakan sebagian kecil dari hobinya.
Bawang putih termasuk gadis yang cepat mempelajari sesuatu. Meskipun terlihat seperti
tertindas, sebenarnya dia gadis yang sangat kuat dan tangguh. Dia bahkan bisa
berkuda dan berenang. Namun sayang, kuda peliharaannya sudah dijual oleh Ibu
tirinya.
Aktivitas yang terlalu padat dan hanya dikerjakan sendiri
tanpa bantuan asisten rumah tangga membuat bawang putih tidak bisa merawat
kebun sayurannya. Lahan bekas kebun sayuran dibiarkannya kosong. Bawang putih
yang ditinggal mati ibunya di usia sembilan tahun dan dua tahun kemudian ayahnya
pun meninggal, membuat dirinya belum mempunyai keahlian dalam bercocok tanam. Sebenarnya dia ingin menanam sayuran sendiri,
namun dia belum tahu caranya. Ketiak meminta ijin belajar dengan penduduk
lainnya, Ibu tiri melarangnya. Bahan sayuran biasanya dibeli Ibu tiri di pasar.
Harga sayuran yang murah membuat Ibu tiri tidak perlu mengeluarkan banyak uang
untuk berbelanja.
Bawang putih pun teringat nenek yang tinggal di hutan
larangan. Kalau tidak salah, sang nenek menanam berbagai macam sayuran di
pekarangan rumahnya. Mungkin bawang putih harus pergi belajar cara bercocok
tanam pada sang nenek. Haruskah bawang putih meminta izin pada Ibu tiri untuk
menginap di rumah nenek? Sang Ibu pasti tidak akan mengizinkannya, apalagi mengingat
nenek sudah memberikan labu berisikan binatang berbisa. Bawang putih pun
mengurungkan niatnya meminta izin dan berencana untuk langsung pergi saja
menemui sang nenek.
Sudah satu bulan lebih bawang putih tidak bertemu dengan
sang nenek, yang sempat bawang putih anggap sebagai Ibu peri. Haruskah bawang
putih memastikan sang nenek sebagai Ibu peri atau penyihir jahat? Tapi, sejauh
ini dia dan keluarganya baik-baik saja. Jadi, tidak penting apakah sang nenek
seorang Ibu peri atau nenek sihir. Yang penting sekarang, bagaimana caranya
agar dia bisa mempelajari cara bercocok tanam sayurang dari sang nenek. Semoga
sang nenek masih ingat padanya.
Pagi hari sekali bawang putih pergi untuk menemui sang
nenek. Dia pergi begitu saja seperti sedang melarikan diri. Dengan membawa lima
helai pakaian, dia merasa cukup untuk persediaan menginap selama 1 minggu. Tak
lupa dibawanya sekeranjang jeruk dan rambutan yang kebetulan saat itu sedang
berbuah untuk dijadikan oleh-oleh bagi sang nenek.
Menjelang tengah hari, bawang putih sudah sampai di rumah
nenek. Sang nenek tampak sedang beristiahat di depan teras rumahnya. Maka
bawang putihpun langsung menemui sang nenek.
“Permisi Nek, apakah nenek masih ingat dengan saya?”
Tanyanya
“Tentu masih ingat Cu, kamu Bawang putih kan?”
“Iya Nek. Saya senang kalau nenek masih ingat.”
“Nenek juga senang kamu datang berkunjung lagi. Bagaiman
keadaan keluargamu”
“Sehat Nek”
“Nenek kira sudah mati. Hehehe.”
“Lho, kenapa nenek berkata seperti itu?”
“Soalnya labu yang mereka ambil berisikan binatang berbisa. Hanya
orang rakus lah yang mengambil labu paling besar berisikan ular dan
teman-temannya.”
“Hmm… Sudah saya duga”
“Jadi kamu sudah menduganya? Kamu benarbenar gadis yang
pintar dan pemberani.”
“Kenapa nenek melakukan itu? Nenek hampir saja mencelakai
Ibu tiri dan Bawang merah”
“Itu memang tujuannya”
“Kenapa?”
“Karena nenek tidak suka mereka, dan ingin menolong kamu
juga.”
“Nenek tidak perlu repot-repot. Saya bisa menjaga diri ko.”
“Jadi bagaimana mereka bisa bertahan hidup?”
“Tentu saja karena saya tolong mereka, Nek’”
“Kenapa tidak kamu biarkan saja mereka mati?”
“Kalau mereka mati di rumah, nanti saya yang repot. Saya
bisa saja dianggap pembunuh tunggal kalau saya satu-satunya yang selamat dari
serangan hewan berbisa itu. Selain itu, saya tidak mau menyakiti siapapun.
Meskipun Ibu tiri dan bawang merah jahat, namun saya percaya bahwa mereka masih
punya sisi baik yang mungkin belum saya ketahui. Saya sudah tidak mau berburuk
sangka lagi sama orang lain Nek. Setiap saya berburuk sangka, saya malah selalu
ditolong sama mereka. Saya jadi menyesal dan merasa bersalah. Sya tidak suka
dengan perasaan itu”
“Baiklah itu semua tergantung keputusanmu. Terus ada
keperluan apa kamu ke sini? Apakah kamu tidak takut dengan nenek?”
“Kenapa saya harus takut nek? Selama ini nenek selalu baik
terhadap saya. Kalaupun nenek mau berbuat jahat, sudah dari dulu saya dibuat
celaka. Lalu mengenai maksud kedatangan saya kemari, yaitu ingin mempelajari
cara bercocok tanam sayuran sama Nenek. Saya lihat kebun nenek penuh dengan
sayuran segar. Sedangkan saya tidak pernah berhasil menanam sayuran”
Dan percakapan mereka pun berlanjut sampai hari menjelang
sore.
Sang Nenek pun berbaik hati dan mau mengajarkan Bawang putih
cara bercocok tanam. Namun waktu satu minggu yang bawang putih rencanakan
rupanya tidak cukup untuk mempelajari semua teknik. Setidaknya membutuhkan
waktu 5 bulan bagi bawang putih untuk belajar. Jadi dia bisa mempelajri pula pengolahan
pasca panen. Maka, bawang putih pun menyanggupinya.
Minggu, 08 Oktober 2017
Bawang Putih
Setelah kematian ayahnya, bawang putih diperlakukan layaknya
pembantu oleh Ibu dan saudara tirinya, bawang merah. Setiap hari, dia yang
mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari memasak, mencuci pakaian, menyapu, dan
sebagainya. Padahal, rumah yang mereka tinggali adalah rumah warisan orang
tuanya. Namun saat Ayahnya meninggal, usia bawang putih masih terlalu muda
untuk mengetahui kenyataan sesungguhnya.
Rumah mereka cukup terisolir, jauh dari tetangga. Jarak dari
rumah terdekat saja mencapai 1 km. Almarhum ayahnya yang seorang tukang kayu
sengaja membuat rumah jauh dari tetangga karena menyukai ketenangan alam di
kaki bukit, namun dekat dengan sungai sehingga memudahkan ketika mencuci, dan
memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan lainnya. Mereka memiliki halaman
yang luas yang ditanami dengan aneka bunga berwarna warni, sayuran, bahkan
pohon buah-buahan. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, mereka memelihara
ayam, bebek, sapi, dan kambing. Meskipun terisolir, tapi mereka bisa hidup aman
dan tentram karena tingkat kriminalitas sangat rendah di daerahnya.
Namun setelah ayahnya meninggal, kini bawang putih hidup
merana bagaikan seorang asisten rumah tangga. Sapi dan kambing sudah habis
dijual oleh ibu tirinya. Hanya tersisa beberapa ayam saja karena mudah
dipeihara dan harganya yang murah. Karena tidak bekerja, Ibu tiri bawang putih
banyak menjual barang-barang peninggalan orang tua bawang putih untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Usia yang sudah tidak muda, membuat sang Ibu tiri susah
mencari suami baru. Sedangkan bawang merah yang sudah terkenal pemalas, membuat
orang sekampung malas untuk menikahinya.
Sebenarnya sudah banyak orang yang ingin melamar bawang
putih, namun Ibu tiri bersikeras untuk tidak menikahkan bawang putih sebelum
bawang merah menikah. Usia bawang merah memang setahun lebih tua dibandingkan
usia bawang putih, namu kalau keondisi seperti itu, bisa saja mereka menjadi
perawan tua semur hidup.
Bawang putih jarang berinteraksi dengan penduduk sekitar
karena kesehariannya sudah terlalu sibuk mengerjakan semua tugas rumah tangga. Ibu
tirinya akan marah besar apabila melihat bawang putih berinteraksi dengan
penduduk lain dan menganggap kalau bawang putih sudah berleha-leha, padahal banyak
pekerjaan yang belum diselesaikan.
Seperti biasa, setiap pagi bawang putih mencuci pakaian di
pinggir sungai. Mungkin karena kelelahan, akhirnya bawang putih sedikit
mengantuk ketika mencuci. Akibatnya selendang merah milik Ibu tiri lepas dari
genggamannya dan hanyut. Bawang putih merasa ketakutan saat itu, karena sudah
pasti Ibu tiri akan memarahi dan menghukumnya kalau sampai seledang sutra
kesayangan Ibu tirinya itu hilang. Dengan segera bawang putih pergi mencari
selendang tersebut, namun setelah mencari hampir satu jam lamanya, selendang
tersebut tidak juga dtemukan. Akhirnya bawang putih menyerah, menyelesaikan
mencuci dan kembali ke rumah dengan perasaan galau.
Sesampainya di rumah dan menceritakan kronologis kejadian,
Ibu tiri sangat marah luar biasa. Dia membanting gelas yang sedang digenggamyua.
Bawang putih merasa ketakutan saat itu dan meminta maaf. Namun Ibu tirinya
tidak peduli, dia meminta bawang putih untuk mencari selendang itu dan
melarangnya untuk pulang apabila selendang tersebut belum ditemukan. Karena
sudah tidak tahan dengan omelan Ibu tiri, bawang putih pun segera pergi untuk
mencari selendang yang hilang tadi.
Bawang putih terus mencari menyulusuri sungai, berharap kalau
selendang tersangkut di suatu tempat. Namun setelah sekian lama mencari,
selendang tersebut tidak juga ditemukan. Hari sudah hampir sore, namun bawang
putih masih belum juga menemukan selendang. Dia merasa takut pulang ke rumah
kalau selendang belum ditemukan. Tanpa disadari, bawang putih sudah memasuki
kawasan hutan larangan. Hutan tersebut katanya sangat angker dan tidak
seorangpun penduduk skekitar yang berani masuk ke dalam hutan itu. Namun bawang
putih yang pikirannya sedang kalut, tetap memberanikan diri masuk hutan tersebut
karena baginya, Ibu tirinya lebih menakutkan daripada hutan yang ditakuti
tersebut.
Kondisi pinggiran sungai di dalam hutan ternyata sudah tidak
bisa ditelusuri lagi. Kondisi sungai yang mulai dalam membuat bawang putih
tidak bisa berjalan menelusuri sungai. Akhirnya dia memilih jalan sedikit
memutar. Tanpa disengaja, dia melihat sebuah gubuk di tengah hutan. Karena
merasa lapar, dia akhirnya berfikir untuk meminta sedikit makanan dari penghuni
gubuk itu. Sejak pagi, dia belum sempat makan apapun. Untuk mengisi perutnya
yang keroncongan, dia hanya meminum air sungai saja. Karena hari sudah sore,
maka diapun memberanikan diri mendekai gubuk tersebut.
Setelah mengetuk pintu, maka terbukalah pintu gubuk. Dari
luar terlihat seorang nenek-nenek dengan punggung yang bungkuk membukakan
pintu. Bawang putih merasa lega karena yang tinggal di gubuk tersebut adalah seorag
nenek-nenek. Lalu si nenekpun memeprsilahkan bawang putih untuk masuk. Tanpa
perlu diminta, ternyata si nenek baik hati menawarkan ubi rebus kepada bawang
putih. Dengan lahap bawang putih memakan ubi tersebut.
Rupanya si nenek sedang melipat baju, dan tanpa sengaja
bawang putih melihat selendang Ibu tirinya di dalam tumpukan pakaian si nenek.
Tanpa bermasksud menyinggung si nenek, bawang putih bertanya.
“Wah selendang nya bagus sekali Nek, Ibu saya juga punya
selendang seperti itu di umah”
“Sebeneranya ini bukan selendang milik Nenek” jawab si Nenek
“Tadi pagi nenek menemukan selendang ini terhanyut di
pinggir sungai ketika nenek sedang mencuci” lanjutnya
“Maaf Nek, sebenarnya sejak dari tadi saya mencari selendang
Ibu saya yang mirip dengan selendang yang nenek temukan tadi. Tapi kalau
selendang Ibu saya ada tanda rajutan bunga matahari di salah satu sudutnya.
Kalau boleh saya tahu, apakah di selendang itu ada rajutan bunga mataharinya?
Kalau iya, mungkin saja itu selendang Ibu saya yang terhanyut tadi pagi” Jawab
bawang putih panjang lebar agar si nenek percaya.
Rupanya setelah diperiksa, selendang yang dimaskud adalah
selendang Ibu tiri bawang putih. Dengan peraasan lega, akhirnya bawang putih
bisa pulang dan memberikan selendang ke Ibu terinya. Namun, di luar terdengar
suara gemericik air hujan dan dilanjutkan dengan hujan yang begitu derasnya.
Maka si nenek pun menwarkan agar bawang putih menginap saja malam ini di rumah
nenek karena merasa kasihan dengan bawang putih. Sebenarnya bawang putih mau
saja menginap disitu, tapi takut merepotkan. Namun mendengar nenek tidak merasa
direpotkan dan malah senang karena malam itu akhirnya sang nenek ada yang
menemani, maka bawang putih pun memutuskan untuk menginap semalam.
Seperti biasa, bawang putih sudah bangun begitu sinar matahari
mulai bersinar. Kondisi rumah yang gelap, membuat bawang putih tidak bisa
melakukan aktivitas apapun. Jadi begitu sedikit terang, dia mulai bangun dan
beraktivitas. Karena merasa sudah ditolong oleh sang nenek, maka bawang putih
berniat membalas perbuatan nenek dengan melakukan pekerjaan rumah semampunya.
Dia pencuci peralatan makan yang digunakan kemarin, menyapu lantai, mengepel,
dan sebagainya. Sepertinya si nenek masih tidur. Usia yang sudah lanjut mungkin
membuat nenek membutuhkan waktu lebih lama untuk beristirahat.
Betapa kagetnya sang nenek ketika bangun. Rumahnya kini
sudah bersih dan rapih. Sebagai ucapan terimakasih, sang nenek memberikan
sebuah labu. Bawang putih disuruh memilih labu yang ditanam di halaman rumah
sang nenek. Maka bawang putih pun memilih yang berukuran sedang karena kalau
terlalu besar, pasti nanti akan repot membawaa ke rumahnya. Setelah semua
selesai, bawang putih pun pamit.
Bawang putih pulang menulusuri jaln yang kemarin ditempuh.
Lalu tiba-tiba dia melihat seseorang yang sedang naik kuda, melewatinya.
Rupanya itu sang pangeran yang sedang berburu rusa. Namun tiba-tiba kuda
pangeran tersandung akar pohon yang menyembul. Dan sang pangeranpun jatuh
terpental mengenai batang pohon. Sepertinya kakinya terkilir dan dia tidak bisa
bangun. Mungkinkah sang pangeran terkena kutukan karena berburu di hutan
terlarang?
“Ki Sana baik-baik saja?” Tanya bawang putih
“Sepertinya kakiku terkilir.” Jawab sang pangeran
“Maaf ki sana siapa ya? Apa yang ki sana lakukan disini?”
“Saya hanya seorang pemburu yang sedang berburu untuk
mencari makan” Jawab sang pangeran menyembunyikan identitasnya karena dia tidak
mau kalau bawang putih akan mengambil keuntungan ditengah ketidakberdayaan sang
pangeran.
“ Kenapa ki sana berburu di sini? Tidak tahukan ki sana
kalau ini masih berada di kawasan hutan terlarang? Tidak boleh dilakukan
aktivitas mengganggu hutan ini. Bahkan pihak kerajaanpun melarang rakyat
melakukan aktivitas di sini. Kalau tidak, maka akan terkena sial atau kutukan.”
“Aku tidak tahu kalau sudah memaski hutan larangan. Tadi ketika
asik mengejar rusa, tiba-tiba saja aku sudah sampai sini. Nah kamu sendiri apa
yang kamu lakukan di sini? Apakah kamu peri penjaga hutan?
“Saya hanya seorang manusia biasa saja Ki Sana. Saya sedang
dalam perjalanan pulang, hanya saja jalan yang harus saya lewati memaksa
melewati hutan ini” Tanpa menceritakan kejadian sebenarnya, bawang putih
menjawab. Menurutnya tidak pantas menceritakan kejadian yang menimpanya kepada
orang yang baru dikenalnya itu.
Maka karena merasa Ibu, bawang putih segera bergegas untuk
menolong sang pangeran. Dengan sedikit pengetahuan, bawang putih membuat ramuan
dari tanaman liar dan membalut luka sang pangeran. Dia juga membalut kaki
pangeran dengan menyobek sebagian kain panjang yang membalut tubuh langsingnya.
“Kalau kamu masih ingin melanjutkan perjalanan, lanjutkan
saja. Tidak usah mengkhawatirkanku, mungkin sebentar lagi temanku akan datang mencariku.
Terimakasih banyak karena sudah menolongko” Jawab pangeran.
“Baiklah kalau begitu Ki sana, saya akan melanjutkan
perjalanan saya. Semoga teman ki sana bisa segera datang dan menolong ki sana.
Kalau begitu, saya pamit duluan.”
Bawang putih pun melanjutkan perjalanannya. Dia tidak tahu
kalau orang yang ditolongnya adalah seorang pangeran. Namun begitulah sifat
bawang putih, menolong orang tanpa pamrih, meskipun dia tidak mengenalnya.
Namun entah kenapa, jantung bawang putih serasa bergejolak. Pemuda yang
ditolongnya memang tampan, dan sudah sewajarnya jika bawang putih menyukai
wajah tampan sang pangeran. Namun apalah daya, dia tidak mungkin mengajak
berkenalan dulu. Dia pun tidak tahu nama pemuda tampan tadi, karena sang
pangeranpun tidak menanyakan namanya. Jadi dia merasa segan kalau dia yang
bertanya nama pangeran duluan. Akhirnya, dia menganggap bahwa pertemuan itu
bisa jadi merupakan pertemuan pertama dan terakhirnya. Dia tidak mau terlalu
memikirkannya. Tapi, hati tidak bisa dibohongi. Ada perasaan aneh yang
mendatangi bawang putih. Perasaan yang belum pernah dirasakannya selama ini.
Sementara iu, berselang beberapa waktu, penggawa sang
pangeran akhirnya datang dengan bala bantuan. Betapa kagetnya mereka melihat
sang pangeran tergeletak di bawah pohon sedang terluka. Maka mereka segera
membawa pangeran keluar dari hutan larangan degan segera. Pangeranpun tidak
menceritakan kejadian pertemuan tadi dengan seorang gadis yang menolongnya.
Selama perjalanan pulang, pikiran sang pangeran dipenuhi
rasa penyesalan. Memang wajah bawang putih tidak secantik putri-putri kerajaan
yang pernah dilihatnya, namun bagi seorang rakyat biasa, wajah itu termasuk
cantik. Meskipun tidak menggunakan riasan, wajah bawang putih sangant cantik flawless dan aroma tubuhnya sangat wangi.
Pangeran merasa menyesal kenapa dia tidak bertanya nama gadis yang menolongnya
tadi. Dimakanah dia tinggal? Siapakah nama orang tuanya? Apakah masih gadis
atau sudah janda? Tapi pangeran tidak mau ambil pusing. Dia pun mengganggap
kalau pertemuan itu bisa jadi pertemuan pertama dan terakhir kalinya. Selain
itu, sang pangeran sudah dijodohkan dengan putri dari kerajaan lain, jadi
perasaannya terhadapa bawang putih, mungkin hanya perasaan karena penasaran
saja.
Menjelang tengah hari, bawang putih sudah sampai dirumah.
Meskipun baru ditinggal satu malam, rumahnya sudah sangat berantakan. Sudah
asti Ibu tiri dan bawang merah tidak melakukan pekerjaan rumah ketika bawang
putih ergi. Maka bawang putih pun segera memberikan selendang milik ibu
tirinya. Sang Ibu tiri segera mengambil selendang tersebut dan menyuruh bawang
putih bekerja seperti biasa. Tanpa ucapan terimakasih, Ibu tiri pergi begitu
saja. Bawang putih merasa heran, kenapa ibu tirinya itu tidak bertanya semalam
dia menginap dimana? Dengan siapa? Apakah sudah makan atau belum? Tapi bawang
putih memakluminya saja. Sifat Ibu tiri memang sudah seperti itu, tidak
dimarahi saja bawang putih merasa bersyukut.
Bawang putih pun segera pergi ke dapur membawa labu yang
diberikan nenek. Dia bermksud untuk mengukus labu tersebut dan memakannya.
Ketika dibelah, ternyata isi labu berupa perhiasan. Ada gelang mutiara, kalung
emas dengan liontin permata, anting batu rubi, dan masih banyak perhiasan
lainnya. Tentu saja bawang putih merasa kaget dan sedikit takut. Mungkinkah
nenek yang ditolongnya semalan adah seorang Ibu peri atau penyirhir jahat? Tapi
sepertinya dia seorang ibu peri. Mana mungkin penyihir jahat akan memberikan
dia perhiasan.
Bawang putih segera membungkus perhiasan tadi agar tidak
diketahui oleh Bawang merah dan Ibu tiri. Namun rupanya, bawang merah sudah
menyaksikan perhiasan itu. Segera bawang merah lapor kepada Ibunya dan bawang
putih pun dipanggil Ibu tiri untuk dimintai keterangan.
Awalnya, bawang putih dituduh sudah mencuri perhiasan tadi,
tapi setelah bawang putih menceritkan cerita sebenarnya, akhirnya ibu tiri
sedikit mempercyainya. Namun Ibu tiri meminta bawang putih untuk pergi
mengantar bawang merah menemui nenek di hutan larangan, agar bawang merahpun
bisa mendapat labu berisikan perhiasan seperti bawang putih. Maka bawang
putihpun berjanji akan mengantar bawang merah keesokan harinya.
Keesokan harinya, mereka bertiga pun pergi menuju rumah
nenek di hutan larangan. Meskipun jarak sebenarnya bisa ditempuh dalam setengah
hari perjalanan, namun karena bawang merah dan ibu tiri ikut serta, maka
perjalanan yang dibutuhkan menjadi lebih lama. Ibu tri dan bawang merah banyak
beristirahat. Padahal mereka tidak membawa apapun. Bawang putih lah yang
membawa bekal dan persediaan lainya. Setelah sore, mereka pun sampai di rumah
nenek.
Bawang putih memperkenalkan Ibu tiri dan bawang merah kepada
nenek dan bermaksud berterimakasih karena sudah menemukan selendang yang
kemarin ditemukan sang nenek. Sang nenekpun merasa berterimaksih dan
menceritakan kebaikan bawang putih yang sudah menolong memberishkan rumahnya kepada
Ibu tiri. Ibu tiri menjelaskan bahwa bawang putih memang sangat rajin
bersih-bersih dan itu sudah menjadi hobinya.
Menjelang malam, merekpun segera tidur. Si nenek tidak
mempunyai alat penerangan, jadi ketika malam tiba, dia tidak melakukan aktivitas
apapun dan langsung tidur. Maka yang lainpun ikut tidur begitu malam tiba.
Sebelum pulang, Ibu tiri memuji tanaman labu milik nenek
yang sangat subur. Apalagi kemaren sore sang nenek memberikan labu rebus untuk
mengganjal perut mereka. Rasanya yang sangat manis, membuat ibu tiri menanyakan
resep yang digunakan sang nenek. Nenek rupanya tidak menggunakan resep apapun,
rasa manis merupakan rasa alami dari labu dan dia hanya mengukusnya saja. Ibu
tiri pun meminta labu yang ditaman nenek untuk dibawa pulang. Maka nenek
mempersilahkannya. Ibu tiri mengambil 3 buah labu yang paling besar untuk
dibawa pulang. Masing-masing dibawa oleh mereka. Tapi setelah rumah nenek tidak
terlihat, bawang putih lah yang disuruh membawa ketiga labu tadi. Namun entah
kenapa, labu yang besar tadi tidak terasa berat dijinjing bawang putih. Maka
tanpa keberatan, bawang putih membawa ketiga labu tersebut.
Sesampainya dirumah, Ibu tiri dan Bawang merah segera
membuka labu tersebut. Bawang merah disuruhnya pergi menjauh karena mereka tdak
ingin bawang putih mengetahui isi labu tersebut. Namun rupanya, isi labu bukan
berisikan perhiasan dan permata melainkan binatang berbisa. Dengan segera, ibu
tiri dan bawang merah melemparkan labu-labu tadi. Merek langsung naik ke atas tempat
tidur dan berteriak meminta tolong. Bawang putih yang merasa kaget, datang menolong.
Untuknya bawang putih sudah terbiasa menghadapi ular, kalajengking, lipan, dan
bianatang berbisa lainnya. Dengan menyeprotkan obat anti serangga, garam dan
menyalakan api, dia berhasil mengusir binatang tadi.
Bukannya bersyukur karena telah ditolong, mereka malah
memarahi bawang putih karena sudah membohongi mereka dan membuat mereka hampir
terbunuh. Bawang putih pun dihukum dan disuruh menyerahkan perhiasan miliknya
kepada mereka. Dengan berat hati, bawang putih menyerahkan perhiasan yang dia
peroleh dari isi labu yang diberikan oleh nenek. Perhiasan itu juga bukan
miliknya, jadi tidak masalah kalau diambil oleh Ibu tiri dan bawang merah.
Sebagai hukuman, bawang putih tidak diberikan makan pada hari itu. Karena sudah
biasa tidak makan seharian, maka hukuman tadi tidak begitu berat dirasakan bawang
putih.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, bawang putihpun
kembali ke kamarnya. Sekalipun sering dibentak, dimarahi, dihukum, dan diperlakukan
kasar lainnya, bawang putih tidak pernah menangis. Hatinya terlalu tegar
menghadapi cobaan hidup. Menangispun tidak akan menyelesaikan masalah malah
membuat dirinya lemas. Maka malam itu, dia langsung tertidur begitu badannya
direbahkan di atas tempat tidurnya.
Dalam tidur, bawang putih bermimpi bertemu lagi dengan
pemuda yang ditolongnya. Namun pakaian yang dikenakan pemuda itu sangat bagus
layaknya seorang pangeran. Bawang putih juga memakai pakaian yang sangat bagus
layaknya seorang putri raja. Mereka
berdansa di bawah sinar rembulan malam. Jarak yang sangat dekat membuat bawang
putih bisa melihat dengan jelas wajah tampan sang pangeran, merasakan dadanya
yang bidang, menciup bau badannya yang wangi, bahkan aroma nafasnyapun sangat menyegarkan.
Merkea asik berdansa diringi music yang entah datang darimana. Berada dalam
dekapan sang pangeran membuat bawang putih nyaman. Bawang putih menyandarkan
kepalanya di atas dada bidang sang pengeran. Lalu ketiak bawang putih
menengadah menatap wajah pangeran yang sangat tampan, tanpa berpikir panjang
bawang putih menmpelkan bibirnya dengan bibir sang pangeran. Dan sat itulah dia
terangun dari mimpinya.
Sungguh mimpi yang sangat indah, pikirnya. Itu mereupakan
pengalam pertamanya dekat dengan seorang laki-laki. Bawang putih tidak mengerti
kenapa dia bisa bermimpi seperti itu. Lalu munculah perasaan rindu dengan
pemuda yang telah ditolongnya itu. Dia berdoa semoga suatu saat dapat
dipertemukan lagi dengan pemuda dalam mimpinya. Mungkinkah itu pertanda kalau
pemuda tadi akan menjadi suaminya di masa yang akan datang? Bawang putih hanya
bisa berharap dan melanjutkan tidurnya dan berharap semoga sang pujaan hati
bisa mampir lagi dalam mimpinya. Namun sampai pagi menjelang, bawang putih
hanya tertidur, tanpa bermimpi.
Sementara itu di
dalam istana, sang pangeran terbangun dari mimpinya. Rupanya dia mengalami mimpi
yang sama dengan bawang putih, berdansa di bawah sinar bulan purnama, dan terbangun
karena bawang putih mengecup bibirnya. Pangeran lalu menyentuh bibirnya,
sedikit menjilatnya, dan masih terasa rasa cherry dalam bibirnya. Mungkinkah
ini rasa bibir bawang putih yang tadi berada dalam mimpinya? Dia tidak mau berhaslusinasi
lebih lanjut dan segera bergegas keluar dari ranjangnya menuju lemari. Dia
mengambil sobekan kain milik bawang putih yang disobek dari kain panjangnya.
Mencium kain tersebut yang entah kenapa, meskipun sudah dicuci, masih
mengeluarkan aroma wangi bunga. Aroma yang sama yang dia cium dari tubuh gadis
dalam mimpinya. Setelah itu, dia membawa potongan kain tersebut ke atas tempat
tidurnya, menciumnya dan kembali tidur, berharap akan bertemu kembali dengan
gadis dalam mimpinya tadi. Tapi, sama dengan bawang putih, sang pangeran tidak
memimpikan lagi bawang putih disisa tidurnya.
(Bersambung…)
Langganan:
Postingan (Atom)