Bawang putih memulai harinya dengan memasak untuk sarapan
Ibu tiri dan Bawang merah. Nasi goreng dengan telur mata sapi akhirnya selesai
dia hidangkan. Sedangkan untuknya, cukup buah-buahan saja sebagai menu sarapan.
Kebetulan di sekitar rumahnya banyak sekali pohon buah. Ada nagka, papaya, pisang,
sirsak, jeruk, durian, manggis, rambutan, sawo, belimbing, jambu biji, jambu
air, bisbul, dan masih banyak yang lainnya. Ayahnya sangat suka menanam pohon
semasa hidupnya. Setiap membeli buah-buahan dia semaikan bijinya dan setelah
tumbuh, ditanamnya di sekeliling halaman rumahnya. Di tanah seluas 5 hektar,
cukup untuk menanam berbagai jenis buah-buahan, sayur-mayur, tanaman obat, dan
aneka tanaman kehidupan lainnya, bahkan aneka bunga yang ditanam mendiang Ibunya.
Kotoran dan air kencing hewan ternak dijadikannya pupuk organik. Jadi, meskipun
hidup mereka tidak bergelimang harta, tapi mereka berkecukupan dalam memenuhi
kebutuhan harian.
Melakukan pekerjaan rutin tiap hari, kadang membuat bawang
putih bosan. Membersihkan rumah, menyapu, mengepel, mencuci, memasak, dan menyetrika
menjadi rutinitas kesehariannya. Untungnya, bawang putih memiliki banyak hobi
yang biasa dia salurkan di waktu senggangnya. Ibu tiri dan Bawang merah tidak pernah
mempermasalahkannya selama tugas utama dikerjaannya dengan baik. Menjahit, merawat
bunga, memancing dan meracik parfum merupakan sebagian kecil dari hobinya.
Bawang putih termasuk gadis yang cepat mempelajari sesuatu. Meskipun terlihat seperti
tertindas, sebenarnya dia gadis yang sangat kuat dan tangguh. Dia bahkan bisa
berkuda dan berenang. Namun sayang, kuda peliharaannya sudah dijual oleh Ibu
tirinya.
Aktivitas yang terlalu padat dan hanya dikerjakan sendiri
tanpa bantuan asisten rumah tangga membuat bawang putih tidak bisa merawat
kebun sayurannya. Lahan bekas kebun sayuran dibiarkannya kosong. Bawang putih
yang ditinggal mati ibunya di usia sembilan tahun dan dua tahun kemudian ayahnya
pun meninggal, membuat dirinya belum mempunyai keahlian dalam bercocok tanam. Sebenarnya dia ingin menanam sayuran sendiri,
namun dia belum tahu caranya. Ketiak meminta ijin belajar dengan penduduk
lainnya, Ibu tiri melarangnya. Bahan sayuran biasanya dibeli Ibu tiri di pasar.
Harga sayuran yang murah membuat Ibu tiri tidak perlu mengeluarkan banyak uang
untuk berbelanja.
Bawang putih pun teringat nenek yang tinggal di hutan
larangan. Kalau tidak salah, sang nenek menanam berbagai macam sayuran di
pekarangan rumahnya. Mungkin bawang putih harus pergi belajar cara bercocok
tanam pada sang nenek. Haruskah bawang putih meminta izin pada Ibu tiri untuk
menginap di rumah nenek? Sang Ibu pasti tidak akan mengizinkannya, apalagi mengingat
nenek sudah memberikan labu berisikan binatang berbisa. Bawang putih pun
mengurungkan niatnya meminta izin dan berencana untuk langsung pergi saja
menemui sang nenek.
Sudah satu bulan lebih bawang putih tidak bertemu dengan
sang nenek, yang sempat bawang putih anggap sebagai Ibu peri. Haruskah bawang
putih memastikan sang nenek sebagai Ibu peri atau penyihir jahat? Tapi, sejauh
ini dia dan keluarganya baik-baik saja. Jadi, tidak penting apakah sang nenek
seorang Ibu peri atau nenek sihir. Yang penting sekarang, bagaimana caranya
agar dia bisa mempelajari cara bercocok tanam sayurang dari sang nenek. Semoga
sang nenek masih ingat padanya.
Pagi hari sekali bawang putih pergi untuk menemui sang
nenek. Dia pergi begitu saja seperti sedang melarikan diri. Dengan membawa lima
helai pakaian, dia merasa cukup untuk persediaan menginap selama 1 minggu. Tak
lupa dibawanya sekeranjang jeruk dan rambutan yang kebetulan saat itu sedang
berbuah untuk dijadikan oleh-oleh bagi sang nenek.
Menjelang tengah hari, bawang putih sudah sampai di rumah
nenek. Sang nenek tampak sedang beristiahat di depan teras rumahnya. Maka
bawang putihpun langsung menemui sang nenek.
“Permisi Nek, apakah nenek masih ingat dengan saya?”
Tanyanya
“Tentu masih ingat Cu, kamu Bawang putih kan?”
“Iya Nek. Saya senang kalau nenek masih ingat.”
“Nenek juga senang kamu datang berkunjung lagi. Bagaiman
keadaan keluargamu”
“Sehat Nek”
“Nenek kira sudah mati. Hehehe.”
“Lho, kenapa nenek berkata seperti itu?”
“Soalnya labu yang mereka ambil berisikan binatang berbisa. Hanya
orang rakus lah yang mengambil labu paling besar berisikan ular dan
teman-temannya.”
“Hmm… Sudah saya duga”
“Jadi kamu sudah menduganya? Kamu benarbenar gadis yang
pintar dan pemberani.”
“Kenapa nenek melakukan itu? Nenek hampir saja mencelakai
Ibu tiri dan Bawang merah”
“Itu memang tujuannya”
“Kenapa?”
“Karena nenek tidak suka mereka, dan ingin menolong kamu
juga.”
“Nenek tidak perlu repot-repot. Saya bisa menjaga diri ko.”
“Jadi bagaimana mereka bisa bertahan hidup?”
“Tentu saja karena saya tolong mereka, Nek’”
“Kenapa tidak kamu biarkan saja mereka mati?”
“Kalau mereka mati di rumah, nanti saya yang repot. Saya
bisa saja dianggap pembunuh tunggal kalau saya satu-satunya yang selamat dari
serangan hewan berbisa itu. Selain itu, saya tidak mau menyakiti siapapun.
Meskipun Ibu tiri dan bawang merah jahat, namun saya percaya bahwa mereka masih
punya sisi baik yang mungkin belum saya ketahui. Saya sudah tidak mau berburuk
sangka lagi sama orang lain Nek. Setiap saya berburuk sangka, saya malah selalu
ditolong sama mereka. Saya jadi menyesal dan merasa bersalah. Sya tidak suka
dengan perasaan itu”
“Baiklah itu semua tergantung keputusanmu. Terus ada
keperluan apa kamu ke sini? Apakah kamu tidak takut dengan nenek?”
“Kenapa saya harus takut nek? Selama ini nenek selalu baik
terhadap saya. Kalaupun nenek mau berbuat jahat, sudah dari dulu saya dibuat
celaka. Lalu mengenai maksud kedatangan saya kemari, yaitu ingin mempelajari
cara bercocok tanam sayuran sama Nenek. Saya lihat kebun nenek penuh dengan
sayuran segar. Sedangkan saya tidak pernah berhasil menanam sayuran”
Dan percakapan mereka pun berlanjut sampai hari menjelang
sore.
Sang Nenek pun berbaik hati dan mau mengajarkan Bawang putih
cara bercocok tanam. Namun waktu satu minggu yang bawang putih rencanakan
rupanya tidak cukup untuk mempelajari semua teknik. Setidaknya membutuhkan
waktu 5 bulan bagi bawang putih untuk belajar. Jadi dia bisa mempelajri pula pengolahan
pasca panen. Maka, bawang putih pun menyanggupinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar