Minggu, 08 Oktober 2017

Seminar MAPEKI XX 2017

Seminar Nasional MAPEKI XX (Masyarakat Peneliti kayu ke-20) tahun 2017 mengambil tema “Kelestarian Hutan dan Produk Hasil Hutan untuk Pembangunan Berkelanjutan”. Acara ini dilaksanakan di Denpasar, Bali tanggal 25 September 2017 di Sunset Garden Convention Centre. Peserta mempresentasikan berbagai makalah dalam hal peran ilmu kayu dan hasil hutan dalam pembangunan Indonesia. Seminar MAPEKI XX memberikan kesempatan bagi para peneliti untuk diskusi dan bertukar ide, melakukan kerjasama dan membentuk jaringan.
Pembicara kunci untuk seminar MAPEKI XX terdiri dari 3 (tiga) orang ahli di bidang Keilmuan, Bisnis, dan Birokrasi di bidang kehutanan dan Hasil Hutan. Peserta MAPEKI XX sebanyak 112 orang termasuk peneliti, pihak industri hasil hutan, dan instansi pemerintah dari seluruh Indonesia. Sebanyak 81 hasil penelitian di presentasikan dan 13 poster disajikan.
Acara dimulai dengan sambutan ketua seminar yaitu Dr. Tomy Listyanto. Dalam kesempatan ini, beliau menyampaikan rasa syukurnya karena acara MAPEKI XX dapat dilaksanakan di Bali dan bisa beriringan dengan  9th International Symposium of IWORS dan 9th PRWAC Conference and IAWAS Meeting. Beliau juga menyampaiakn rasa terimakasih kepada seluruh panitia yang sudah berusaha semaksimal mungkin agar acara ini dapat terlaksana dengan baik dan tidak mengecewakan. Hasil seminar juga direncanakan akan diterbitkan dalam jurnal elektronik yang terdaftar. Sambutan berikutnya disampaikan oleh ketua MAPEKI, Dr. Joko Sulistyo. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan bahawa MAPEKI akan menerbitkan wood research journal yang nantinya dapat diakses semua orang. Beliau juga menyampaikan rasa syukurnya karena seminar ini mendapat banyak dukungan dan sponsor dari beberapa pihak seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Perum Perhutani, PT. Nusantara Sawit Persada, Asia Pulp and Paper, Mitsui Suitomo Insurace Group, Serayu Group, CV. Parta Wood, APRIL Group, Gesellschaft fur Internationalse Zusammenarbeit, dan PT. Rakabu Sejahtera yang merupakan salah satu perusahaan milik keluarga Presidaen Republik Indoenisa saat ini dan salah seorang alumni Fakultas Kehutanan UGM, Presiden Joko Widodo. Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Budiadi menyampaikan sambutan terakhir sekaligus membuka acara secara simbolis. Dalam sembutannya, beliau menyampaiakan bahwa pelaksanaan seminar MAPEKI yang ke 20 ini merupakan sebuah prestasi. Saat ini, MAPEKI juga semakin luas menjangkau forum ilmiah yang melibatkan bidang-bidang keilmuan lain, bukan hanya kayu dan non kayu. Seminar kali ini melibatkan industri hulu yang memproduksi bahan baku, industri pengolahan, bahkan bagian hilir sekali yakni dengan adanya keterlibatan dari bea dan cukai. Negara maju saat ini sudah menggunakan produk yang renewable dan Indonesia harus bisa mengikuti perkembangan jaman dan berharap pemanfaatan hasil hutan yang bernilai tinggi mendukung kemajuan di masa datang. Kita tidak boleh gentar dengan ancaman sistem ekonomi kapitalis yang menganggap penggunaan kayu dapat mengancam kelestarian lingkungan dan mengaggap pemanfaatan sebagai usaha eksploitasi bukan hanya renewable. Saat ini variasi bahan baku semakin banyak dan jenis lesser known benyak yang belum dilakukan budidayanya. Oleh karena itu, kita juga harus bisa melibatkan pihak lain agar tidak terjadi eksploitasi yang berlebihan yang dapat mengancam kelestarian. Jaringan komunikasi harus semakin diperkuat antar lembaga dan dapat melahirkan gagasan yang implementatif, efisien, dan lestari.
Setelah pembacaan doa, acara dilanjutkan dengan penyampaian presentasi oleh pembica kunci. Pembicara kunci yang pertama adalah Ir. Agus Prastawa MBA yang mewakili bidang bisnis. Beliau adalah Direktur Perencanaan dan Pembangunan Bisnis Perum Perhutani. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan “Stategi Perhutani dalam Menyediakan Kayu untuk Pembangunan Infrastruktur dan Perumahan”. Saat ini, Perum Perhutani mengelola 2.4 juta Ha yang terdiri dari 1.4 juta Ha lahan produksi, 0.6 juta Ha hutan lindung, dan sisanya hutan produksi terbatas. Jenis yang ditanam Perhutani meliputi jati, pinus, mahoni, sengon, sonokeling, dan mindi. Meskipun luasan hutan jati (500.000 m2) hampir 4 kali luasan pinus (121.000 m2), namun pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dari getah pinus mampu menyalip pendapatan dari kayu secara keseluruhan. Pembelian kayu juga sudah dipermudah melalui sitem online. Penggunaan sistem ini ternyata mampu memangkas biaya pembelian kayu oleh konsumen. Perhutani juga memiliki Pusat Penelitian dan Pengembangan di Cepu. Perhutani membuka peluang bagi para peneliti yang mau berkolaborasi dengan peneliti dari perum Perhutani di masa yang akan datang.  
Dalam bidang Keilmuan, yang menjadi pembicara kunci adalah Dr. Budiadi, S.Hut, M.Agr.Sc yang merupakan Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Dalam kesempatan ini, beliau mempresentasikan “Pengembangan Agroforestri dalam Mendukung Pasokan Kebutuhan Kayu Berkualitas”.  Dalam kegiatan Agroforestry, kualitas kayu menjadi hal yang tidak diprioritaskan karena tidak ada tuntutan untuk menghasilkan kayu berkulitas. Perlu adanya peneliti yang mampu mengetahui kondisi optimum dari interaksi antar kayu dan non kayu. Dalam Agroforestery sering terjadi kekhawatiran di mana terjadi kompetisi antara kayu dan non-kayu. Mandat praktisi agroforestri lebih tinggi karena harus memperhatikan produksi selain kayu dan memanfaatkan lahan terbatas menghasilkan kondisi optimum.
Pembicara kunci yang terakhir disampaikan oleh Ir. Oentarto Wibowo, M.P.A, seorang Kepala Kantor Wilayah Jakarta, Direktorat Jendral Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. Beliau memperesentasikan “Peran Teknologi Kayu dalam mendukung tugas dan fungsi bead an cukai pada perdagangan Internasional. Meskipunsaat ini lembaga bea cukai memiliki laoratorium tersendiri, namun kedepannya perlu kerjasama dengan peneliti dari kehutanan untuk mengamankan aset Negara dan melindungi dari penyelundupan. Dari pengalaman beliau, ternyata pengetahuan jenis kayu mampu mencegah penyelundupan narkoba yang dilakukan melalui bingkai lukisan yang diasuransikan.
Acara selanjutnya dilanjutkan dengan sesi pararel. Materi seminar dibagi ke dalam 4 ruangan dengan masing-masing kelompok, yang meliputi konversi biomaterial, rekayasa biomaterial, sifat dasar, dan kehutanan umum. Setiap kelompok menyertakan pembicara undangan. Presentasi disampaikan dalam beberapa sesi. Setiap sesi terdiri dari 4 presenter yang dimoderatori oleh seorang moderator.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar