Seminar
Nasional MAPEKI XX (Masyarakat Peneliti kayu ke-20) tahun 2017 mengambil tema “Kelestarian Hutan dan Produk Hasil
Hutan untuk Pembangunan Berkelanjutan”. Acara ini dilaksanakan di Denpasar,
Bali tanggal 25 September 2017 di Sunset Garden Convention Centre. Peserta
mempresentasikan berbagai makalah dalam hal peran ilmu kayu dan hasil hutan
dalam pembangunan Indonesia. Seminar MAPEKI XX memberikan kesempatan bagi para peneliti
untuk diskusi dan bertukar ide, melakukan kerjasama dan membentuk jaringan.
Pembicara
kunci untuk seminar MAPEKI XX terdiri dari 3 (tiga) orang ahli di bidang Keilmuan,
Bisnis, dan Birokrasi di bidang kehutanan dan Hasil Hutan. Peserta MAPEKI XX sebanyak
112 orang termasuk peneliti, pihak industri hasil hutan, dan instansi
pemerintah dari seluruh Indonesia. Sebanyak 81 hasil penelitian di
presentasikan dan 13 poster disajikan.
Acara
dimulai dengan sambutan ketua seminar yaitu Dr. Tomy Listyanto. Dalam
kesempatan ini, beliau menyampaikan rasa syukurnya karena acara MAPEKI XX dapat
dilaksanakan di Bali dan bisa beriringan dengan
9th International
Symposium of IWORS dan 9th
PRWAC Conference and IAWAS Meeting. Beliau juga menyampaiakn rasa terimakasih
kepada seluruh panitia yang sudah berusaha semaksimal mungkin agar acara ini
dapat terlaksana dengan baik dan tidak mengecewakan. Hasil seminar juga
direncanakan akan diterbitkan dalam jurnal elektronik yang terdaftar. Sambutan
berikutnya disampaikan oleh ketua MAPEKI, Dr. Joko Sulistyo. Dalam kesempatan
ini beliau menyampaikan bahawa MAPEKI akan menerbitkan wood research journal
yang nantinya dapat diakses semua orang. Beliau juga menyampaikan rasa
syukurnya karena seminar ini mendapat banyak dukungan dan sponsor dari beberapa
pihak seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Perum Perhutani, PT.
Nusantara Sawit Persada, Asia Pulp and
Paper, Mitsui Suitomo Insurace Group,
Serayu Group, CV. Parta Wood, APRIL Group, Gesellschaft fur Internationalse Zusammenarbeit, dan PT. Rakabu
Sejahtera yang merupakan salah satu perusahaan milik keluarga Presidaen
Republik Indoenisa saat ini dan salah seorang alumni Fakultas Kehutanan UGM,
Presiden Joko Widodo. Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Budiadi menyampaikan sambutan
terakhir sekaligus membuka acara secara simbolis. Dalam sembutannya, beliau
menyampaiakan bahwa pelaksanaan seminar MAPEKI yang ke 20 ini merupakan sebuah
prestasi. Saat ini, MAPEKI juga semakin luas menjangkau forum ilmiah yang melibatkan
bidang-bidang keilmuan lain, bukan hanya kayu dan non kayu. Seminar kali ini
melibatkan industri hulu yang memproduksi bahan baku, industri pengolahan,
bahkan bagian hilir sekali yakni dengan adanya keterlibatan dari bea dan cukai.
Negara maju saat ini sudah menggunakan produk yang renewable dan Indonesia harus bisa mengikuti perkembangan jaman dan
berharap pemanfaatan hasil hutan yang bernilai tinggi mendukung kemajuan di masa
datang. Kita tidak boleh gentar dengan ancaman sistem ekonomi kapitalis yang
menganggap penggunaan kayu dapat mengancam kelestarian lingkungan dan mengaggap
pemanfaatan sebagai usaha eksploitasi bukan hanya renewable. Saat ini variasi bahan baku semakin banyak dan jenis lesser known benyak yang belum dilakukan
budidayanya. Oleh karena itu, kita juga harus bisa melibatkan pihak lain agar
tidak terjadi eksploitasi yang berlebihan yang dapat mengancam kelestarian. Jaringan
komunikasi harus semakin diperkuat antar lembaga dan dapat melahirkan gagasan
yang implementatif, efisien, dan lestari.
Setelah
pembacaan doa, acara dilanjutkan dengan penyampaian presentasi oleh pembica
kunci. Pembicara kunci yang pertama adalah Ir. Agus Prastawa MBA yang mewakili
bidang bisnis. Beliau adalah Direktur Perencanaan dan Pembangunan Bisnis Perum
Perhutani. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan “Stategi Perhutani dalam
Menyediakan Kayu untuk Pembangunan Infrastruktur dan Perumahan”. Saat ini,
Perum Perhutani mengelola 2.4 juta Ha yang terdiri dari 1.4 juta Ha lahan
produksi, 0.6 juta Ha hutan lindung, dan sisanya hutan produksi terbatas. Jenis
yang ditanam Perhutani meliputi jati, pinus, mahoni, sengon, sonokeling, dan
mindi. Meskipun luasan hutan jati (500.000 m2) hampir 4 kali luasan
pinus (121.000 m2), namun pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dari getah pinus mampu
menyalip pendapatan dari kayu secara keseluruhan. Pembelian kayu juga sudah
dipermudah melalui sitem online. Penggunaan sistem ini ternyata mampu memangkas
biaya pembelian kayu oleh konsumen. Perhutani juga memiliki Pusat Penelitian dan
Pengembangan di Cepu. Perhutani membuka peluang bagi para peneliti yang mau
berkolaborasi dengan peneliti dari perum Perhutani di masa yang akan datang.
Dalam
bidang Keilmuan, yang menjadi pembicara kunci adalah Dr. Budiadi, S.Hut,
M.Agr.Sc yang merupakan Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Dalam
kesempatan ini, beliau mempresentasikan “Pengembangan Agroforestri dalam Mendukung
Pasokan Kebutuhan Kayu Berkualitas”. Dalam
kegiatan Agroforestry, kualitas kayu menjadi hal yang tidak diprioritaskan
karena tidak ada tuntutan untuk menghasilkan kayu berkulitas. Perlu adanya
peneliti yang mampu mengetahui kondisi optimum dari interaksi antar kayu dan
non kayu. Dalam Agroforestery sering terjadi kekhawatiran di mana terjadi
kompetisi antara kayu dan non-kayu. Mandat praktisi agroforestri lebih tinggi
karena harus memperhatikan produksi selain kayu dan memanfaatkan lahan terbatas
menghasilkan kondisi optimum.
Pembicara
kunci yang terakhir disampaikan oleh Ir. Oentarto Wibowo, M.P.A, seorang Kepala
Kantor Wilayah Jakarta, Direktorat Jendral Bea dan Cukai Kementerian Keuangan.
Beliau memperesentasikan “Peran Teknologi Kayu dalam mendukung tugas dan fungsi
bead an cukai pada perdagangan Internasional. Meskipunsaat ini lembaga bea
cukai memiliki laoratorium tersendiri, namun kedepannya perlu kerjasama dengan
peneliti dari kehutanan untuk mengamankan aset Negara dan melindungi dari
penyelundupan. Dari pengalaman beliau, ternyata pengetahuan jenis kayu mampu mencegah penyelundupan narkoba yang dilakukan melalui bingkai lukisan yang diasuransikan.
Acara selanjutnya
dilanjutkan dengan sesi pararel. Materi seminar dibagi ke dalam 4 ruangan dengan
masing-masing kelompok, yang meliputi konversi biomaterial, rekayasa
biomaterial, sifat dasar, dan kehutanan umum. Setiap kelompok menyertakan
pembicara undangan. Presentasi disampaikan dalam beberapa sesi. Setiap sesi
terdiri dari 4 presenter yang dimoderatori oleh seorang moderator.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar