Minggu, 08 Oktober 2017

Mengamati panen madu lebah liar

Keringatku bercucuran. Di antara semak-semak, Aku bersembunyi. Rasa penasaranlah yaang membuatku bertahan di posisi ini. Tim yang akan memanen lebah liar sudah berjalan mendekati pohon sialang 30 menit lalu. Tapi sampai sekarang, tanda-tanda mereka akan memanjat pohon sialang yang dijadikan sarang lebah belum juga terlihat. Ini merupakan pengalaman pertamaku melihat orang memanen madu lebah liar. Lebar tersebut termasuk spesies Apis dorsata, salah satu spesies lebah yang banyak terdapat di daerah Riau dan Sumatera Barat. Meskipun berjarak sekitar 50 meter, tempat persembunyianku ini kuanggap jarak yang aman dari serangan Lebah. Aku punya hanya bisa diam dan berdoa semoga pemanjat selamat.

Tinggal sepuluh menit lagi menjelang tengah hari, saat kulihat seseorang mulai memanjat pohon. Dengan menggunakan pakaian serba hitam layaknya ninja, dia memanjat. Resiko yang dihadapi seorang pemanjat pohon untuk mencari lebah memang sangat tinggi, karena nyawa yang menjadi taruhannya. Selain harus memiliki keahlian memanjant, dia juga harus berani menghadapi amukan lebah liar yang terusik ketika sarang mereka diganggu.

Karena sarang lebah biasanya tersebar dari dahan satu ke dahan lainnya. Maka pemanjat harus melakukan nya dengan sangat sabar dan hari-hari. Setelah mengambil madu dari dahan satu, kemudian harus pindah ke dahan berikutnya. Pohon yang akan diambil madunya kali ini, sebenarnya belum mencapai masa pane raya. Hanya Ada belasan sarang saja yang terlihat dari tempat ku bersembunyi. 

Madu yang diambil kali ini akan kugunakan untuk melakukan penelitian. Meskipun masih calon peneliti, alhamdulillah Aku sudah diberikan tanggung jawab untuk memegang judul penelitian mengenai identifikasi zat tambahan dalam madu palsu/campuran. Sebenarnya ini tugas yang berat, namun Aku menyanggupinya karena hidup harus berani mengambil resiko. Kenapa sangat sulit? Karena sejauh ini, penelitian untuk menguji keaslian madu sudah banyak dilakukan, namun cara paling efektif belum juga ditemukan. Pengijian kemurnian madu dilakukan di laboratorium yang memiliki peralatan canggih dengan peralatan yang canggih juga tentunya. Bahkan di Indonesia, hanya laboratorium kimia UI yang sudah melakukan penelitian ini. Sedangkan laboratorium tempatku bekerja, peralatannya masih sangat sederhana. Tapi di sinilah tantangannya, apakah Aku bisa menemukan cara yg efektif untuk menguji kemurnian madu? Tentu saja belum, aku tidak boleh berhayal terlalu tinggi, nanti sakit begitu menyadari kenyataan dan terjatuh. Namun yg bisa kulakulan hanyalah menguji zat-zat yang ditambahkan dalam pembuatan madu palsu. Beberapa zat digunakan dalam pembuatan madu campuran/palsu sudah diketahui, beberapa zat ada yang meimblkan reaksi apabila ditambahkan reagent. Namun bagaimana hasil reaksi terhadap madu campuran, belum diketahui. Tugasku lah untuk membuktikannya. Itu sih harapanku.

Kembali ke suasana pengintaian, dari jarak 50 meter pun ternyata sudah terdengar suara amukan lebah yang sedang tergaggu ketika pemanjat mulai memotong sarang yang mengandung lebah. Rasa penasaranlah yang membuatku melakukan pengamatan ini. Selain itu, aku harus memastikan bahwa madu yang kukumpulkan dalam perjalan dinas kali ini benar-benar asli dari sarang nya?

Dua puluh menit berlaku, sepertinya sudah banyak sarang yang diambil madunya. Ternyata, lumayan cepat juga kerja para pemanen madu ini. Mungkin mereka memang harus gesit karena semakin lama mereka kerja, semakin tinggi resiko yang mereka tanggung. Padahal, para pemanjat ini usia nya masih tergolong muda. Ada yang berusia belasan, awal 20an dan hanya satu orang yang berumur akhir 30-an. Hanya satu orang yang memanjat, katanya yang berusia awal 20-an. Aku lupa menanyakan namanya, mungkin nanti saja setelah kegiatan selesai kami bisa berkenalan.

Tidak banyak yang dapat kulihat dari tempat pesembyianku. Namun Aku berhasil merekam proses pengambilan madu dengan kamera handphoneku dan mengambil beberapa gambar, meskipun hasilnya tidak begitu bagus. Kakiku sudah terasa kesemutan, haruskah Aku keluar dari tempat persembunyian dan pergi menjauh, lalu bersembunyi di dalam sejuknya mobil strada yang sudah pasti AC nya dinyalakan? Namun ketika kudengar suara amukan lebah, kuurungkan niatku. Aku takut, ketika berpindah tempat, sudah pasti akan mengeluarkan bunyi, dan itu bisa mengundang lebah untuk mendekat dan menyerang. 

Kakiku mulai terasa panas. Rupanya posisi kaki tidak terlindung dari sengatan sinar matahari. Segera kupindahkan ke posisi semuala, meskipun nanti pasti akan kesemutan lagi. Tapi tidak apa, daripada panas terbakar sinar matahari. Apalagi aku memakai sepatu bot yang terbuang dari karet, membuat kaki serasa berada di dalam sauna.

Kusekat keringat di pelipis dengan tangan. Untungnya Aku memakai jaket hood lengan panjang, jadi bagian lengan bisa kujadikan lap keringat. Meskipun sangat panas, apalagi warna nya hitam, tapi Aku berfikir positip saja, Aku bisa terlindung dari sengatan sinar matahari, terlindung dari sengatan lebah dan anggap saja kalau sedang berada di sauna. Selain itu, Aku sudah membawa pocari sweat, jadi ion tubuh yang keluar melalui keringat bisa tergantikan. Go ion.

Setelah 40 menit  berlalu, aku memutuskan untuk beranak saja dari tempat persembunyaian. Kulihat kiri kanan, rupanya rekan kerjakan sudah tidak ada. Maka dengan mengucapkan bismillah aku pun beranjak dari tempat persembunyaian menuju mobil yang terparkir lumayan jauh di pinggir jalan.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, akhirnya sampai juga di mobil. Namun rupanya kondisi di mobil pun masih terasa panas meskipun ac nya dinyalakan. Maka kuputiskan untuk berteduh di bawah pohon mangium bersama rekan lainnya sambil menikmati pocari swear dan wafer Selamat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar