Waktu sudah menunjukan pukul 01.40 siang. Kubuka google maps, ternyata perjalanan dari Pantai
Lovina menuju Tanah Lot membutuhkan waktu sekitar 2 jam 24 menit, dengan jarak
tempuh 79 km. Berarti masih ada waktu untuk menikmati suasana matahari terbenam di Tanah Lot. Namun,
jalan yang harus kutempuh sedikit berbeda dengan saat berangkat tadi, melewati
daerah Gigit. Meskipun berbeda jalur, kuputuskan saja lewat jalur baru sambil
berpetualang. Selain itu, jalur ini melewati Danau Tambilngan yang tadi belum
sempat kukunjungi. Di lain sisi, Bali itu Pulau wisata. Mana mungkin ada jalan
sepi dan bajing loncat seperti di Pulau Sumatera. Jadi jalan yang akan kutempuh
kemungkinan besar aman.
Setelah 20 menit perjalanan, nyaliku sedikit menciut. Celaka, jalan yang kutempuh ini
ternyata sangat berliku dan terus menanjak lebih terjal daripada jalur Gitgit. Disisi
kiri terlihat pemandangan bukit yang begitu terjal. Lalu ketika jalur aspal
berhenti, dilanjutkan dengan jalur berbatu, yang mungkin bukan jalur yang biasa
ditempuh para wisatawan karena kondisi aspal yang sudah terkikis menyisakan
bebatuan, Aku sedikit ragu. Tapi apapun yang terjadi, biarlah terjadi. Hidup ini hanyalah milik Allah, kalau
memang nyawaku cukup sampai disini, mau apa lagi? Meskipun mempunyai banyak
dosa, dan belum sempat taubat nasuha, Aku hanya bisa pasrah. Lalu kupanjatkan
doa dalam hati agar diberikan kelancaran dan keselamatan sehingga bisa selamat
sampai tujuan. Doa naik kendaraan juga kubaca lagi. Aku harus yakin kalau Allah
akan mengabulkan doaku. Apalagi aku dalam keadaan musafir, yang doanya selalu
diijabah. Dengan mengucapkan basmalah, kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan
motor scoopy rental. Semoga sepeda
motornya sehat walafiat dan tidak mogok di tengah perjalanan.
“Whatever will be,
will be. The future not ours to see. Que sera-sera”. Aku jadi teringat
lirik sebuah lagu. Apapun yang terjadi, biarlah terjadi. Kita tidak pernah tahu
apa yang akan terjadi. Jangan takut atau bimbang, karena keraguan hanya akan
membawa kepada penyesalan. Apalagi sebagai seorang rimbawan yang cinta petualangan, sudah biasa keluar
masuk hutan, bahkan pernah tersesat di hutan, kenapa melewati jalan sedikit
rusak saja harus takut? Selain itu, jalan ini masih ada dalam google maps. Seperti biasa, pikiranku tidak pernah berhenti
berpikir. Yang jelas aku tidak boleh melamun, nanti malah kena sambet atau
masuk jurang.
Jalan aspal berbatu rupanya dilanjutkan dengan jalan semen
dua jalur. Tebing dan jurang sudah tidak terlihat lagi, yang ada hanyalah areal
perkebunan dengan konisi kontur yang tergolong datar. Kuuikuti saja jalur yang
ada karena tidak ada pilihan jalan lain. Namun saat jalan semen 2 jalur
berakhir dan dilanjutkan jalan semen 1 jalur Aku mulai khawatir lagi, apalagi
jalan yang kutempuh rupanya keluar dari jalur yang dianjurkan google maps. Rupanya aku salah belok. Kuputuskan
saja untuk berputar, namun jalur yang dianjurkan justru lebih parah dari jalur
tadi, sudah tidak ada jalur semen. Untungnya ada bapak-bapak yang sedang
berkebun, Akupun memberanikan diri bertanya.
“Permisi Bli. Numpang Tanya. Kalau jalan terdekat menuju
jalan besar lewat arah mana ya?”
“Tidak bisa lewat sini. Ini jalan kebun. Sebaiknya Bapak putar
arah, belok kiri dan terus saja sampai ketemu jalan aspal. Memangnya bapak
darimana? Kenapa bisa sampai kesini?” Tanyanya balik.
“Saya dari Bogor Bli, tadi dari Pantai Lovina, dari peta
katanya lewat sini bisa lebih cepat”. Jawabku sambil pamit dan mengucapkan
terimakasih.
Rupanya jalur yang disarankan adalah jalur semen satu yang
tadi sempat kuanggap salah jalan karena tidak ada di google maps. Beberapa detik kemudian, Aku bertanya pada seorang
bocah kecil yang sepertinya mengalami sedikit kecelakaan karena lututnya berdarah. Dia terjatuh saat main petak
umpet, katanya dan dia juga mengatakan kalau jalan yang kutempuh sudah benar. Anak
kecil biasanya bicara jujur, jadi aku sudah tidak ragu lagi. Tidak sampai 5 menit, jalan besar akhirnya
ketemu juga. Alhamudlillah, kucapkan rasa syukur karena tidak tersesat lebih
jauh. Sambil mendengarkan arahan google maps, Aku melanjutkan perjalanan
melewati danau Tamblingan, Danau Buyan, dan Danau Beratan sambil sesekai
berhenti untuk sekedar mengambil foto.
Di pertigaan menuju Kebun raya Bali rupanya ada masjid, padahal tadi juga meliwati situ. Mungkin karena tidak fokus mencari masjid,
jadinya tidak terlihat. Maka kuputuskan untuk sholat dulu. Karena waktu belum
menunjukan waktu ashar, maka aku sholat jamak
qoshor takdim saja. Setelah sholat, kupanjatkan doa dan rasa syukur karen
sejauh ini Allah masih menjagaku dan melindungi dari marabahaya. Setelah
sholat, kulihat lagi google maps. Masih
51 km atau sekitar 1.5 jam menuju Tanah Lot. Namun kali ini jalan yang akan kutempuh hampir sama dengan jalan saat berangkat tadi, Dengan mengucapkan basmallah, Akupun melanjutkan perjalanan.
Ini kisah nyata po?
BalasHapus