Minggu, 01 Oktober 2017

Nekat

Waktu sudah menunjukan pukul 01.40 siang. Kubuka google maps, ternyata perjalanan dari Pantai Lovina menuju Tanah Lot membutuhkan waktu sekitar 2 jam 24 menit, dengan jarak tempuh 79 km. Berarti masih ada waktu untuk menikmati suasana matahari terbenam di Tanah Lot. Namun, jalan yang harus kutempuh sedikit berbeda dengan saat berangkat tadi, melewati daerah Gigit. Meskipun berbeda jalur, kuputuskan saja lewat jalur baru sambil berpetualang. Selain itu, jalur ini melewati Danau Tambilngan yang tadi belum sempat kukunjungi. Di lain sisi, Bali itu Pulau wisata. Mana mungkin ada jalan sepi dan bajing loncat seperti di Pulau Sumatera. Jadi jalan yang akan kutempuh kemungkinan besar aman.
Setelah 20 menit perjalanan, nyaliku sedikit menciut. Celaka, jalan yang kutempuh ini ternyata sangat berliku dan terus menanjak lebih terjal daripada jalur Gitgit. Disisi kiri terlihat pemandangan bukit yang begitu terjal. Lalu ketika jalur aspal berhenti, dilanjutkan dengan jalur berbatu, yang mungkin bukan jalur yang biasa ditempuh para wisatawan karena kondisi aspal yang sudah terkikis menyisakan bebatuan, Aku sedikit ragu. Tapi apapun yang terjadi, biarlah terjadi. Hidup ini hanyalah milik Allah, kalau memang nyawaku cukup sampai disini, mau apa lagi? Meskipun mempunyai banyak dosa, dan belum sempat taubat nasuha, Aku hanya bisa pasrah. Lalu kupanjatkan doa dalam hati agar diberikan kelancaran dan keselamatan sehingga bisa selamat sampai tujuan. Doa naik kendaraan juga kubaca lagi. Aku harus yakin kalau Allah akan mengabulkan doaku. Apalagi aku dalam keadaan musafir, yang doanya selalu diijabah. Dengan mengucapkan basmalah, kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan motor scoopy rental. Semoga sepeda motornya sehat walafiat dan tidak mogok di tengah perjalanan.
Whatever will be, will be. The future not ours to see. Que sera-sera”. Aku jadi teringat lirik sebuah lagu. Apapun yang terjadi, biarlah terjadi. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Jangan takut atau bimbang, karena keraguan hanya akan membawa kepada penyesalan. Apalagi sebagai seorang rimbawan yang cinta petualangan, sudah biasa keluar masuk hutan, bahkan pernah tersesat di hutan, kenapa melewati jalan sedikit rusak saja harus takut? Selain itu, jalan ini masih ada dalam google maps.  Seperti biasa, pikiranku tidak pernah berhenti berpikir. Yang jelas aku tidak boleh melamun, nanti malah kena sambet atau masuk jurang.
Jalan aspal berbatu rupanya dilanjutkan dengan jalan semen dua jalur. Tebing dan jurang sudah tidak terlihat lagi, yang ada hanyalah areal perkebunan dengan konisi kontur yang tergolong datar. Kuuikuti saja jalur yang ada karena tidak ada pilihan jalan lain. Namun saat jalan semen 2 jalur berakhir dan dilanjutkan jalan semen 1 jalur Aku mulai khawatir lagi, apalagi jalan yang kutempuh rupanya keluar dari jalur yang dianjurkan google maps. Rupanya aku salah belok. Kuputuskan saja untuk berputar, namun jalur yang dianjurkan justru lebih parah dari jalur tadi, sudah tidak ada jalur semen. Untungnya ada bapak-bapak yang sedang berkebun, Akupun memberanikan diri bertanya.
“Permisi Bli. Numpang Tanya. Kalau jalan terdekat menuju jalan besar lewat arah mana ya?”
“Tidak bisa lewat sini. Ini jalan kebun. Sebaiknya Bapak putar arah, belok kiri dan terus saja sampai ketemu jalan aspal. Memangnya bapak darimana? Kenapa bisa sampai kesini?” Tanyanya balik.
“Saya dari Bogor Bli, tadi dari Pantai Lovina, dari peta katanya lewat sini bisa lebih cepat”. Jawabku sambil pamit dan mengucapkan terimakasih.
Rupanya jalur yang disarankan adalah jalur semen satu yang tadi sempat kuanggap salah jalan karena tidak ada di google maps. Beberapa detik kemudian, Aku bertanya pada seorang bocah kecil yang sepertinya mengalami sedikit kecelakaan karena lututnya berdarah. Dia terjatuh saat main petak umpet, katanya dan dia juga mengatakan kalau jalan yang kutempuh sudah benar. Anak kecil biasanya bicara jujur, jadi aku sudah tidak ragu lagi.  Tidak sampai 5 menit, jalan besar akhirnya ketemu juga. Alhamudlillah, kucapkan rasa syukur karena tidak tersesat lebih jauh.  Sambil mendengarkan arahan google maps, Aku melanjutkan perjalanan melewati danau Tamblingan, Danau Buyan, dan Danau Beratan sambil sesekai berhenti untuk sekedar mengambil foto.  

Di pertigaan menuju Kebun raya Bali rupanya ada masjid, padahal tadi juga meliwati situ. Mungkin karena tidak fokus mencari masjid, jadinya tidak terlihat. Maka kuputuskan untuk sholat dulu. Karena waktu belum menunjukan waktu ashar, maka aku sholat jamak qoshor takdim saja. Setelah sholat, kupanjatkan doa dan rasa syukur karen sejauh ini Allah masih menjagaku dan melindungi dari marabahaya. Setelah sholat, kulihat lagi google maps. Masih 51 km atau sekitar 1.5 jam menuju Tanah Lot. Namun kali ini jalan yang akan kutempuh hampir sama dengan jalan saat berangkat tadi, Dengan mengucapkan basmallah, Akupun melanjutkan perjalanan.   

1 komentar: