Semenjak tinggal di rumah Nenek, rutinitas bawang putih sedikit
berubah. Karena tidak mau merepotkan, bawang putih membantu hampir semua
pekerjaan rutin sehari-hari. Hanya saja, Sang Nenek lah yang bertugas memasak,
dan menyapu lantai. Kafang Nenek juga membantunya mencuci san mengambil
jemuran. Tugas bawang putih pun sedikit berkurang dibandingkan sewaktu tinggal
dengan Ibu tirinya. Dengan begitu, dia masih punya banyak waktu untuk mempelajari
keahlian baru.
Rupanya, sang nenek tidak hanya mengajari cara bercocok
tanam. Nenek juga mengajari cara mengolah makanan dari hasil tanamannya. Dengan
begitu, kemampuan memasak baawng putih pun semakin bertambah. Nenek
mengenalkannya pada bumbu rempah-rempah, dan bumbu masakan lainnya. Bawang
putih pun diajarai cara merawat tubuhnya. Bagaimana membuat ramuan untuk
membuat shampoo, sabun, masker, dan membuat parfum dengan berbagai metode.
Tidak terasa, 5 bulan telah berlalu. Kini bawang putih semakin
cantik mempesona. Rambutnya hitam, lurus, lembut, dan wangi. Kulitnya semakin
cerah dan mukanya nampak bersinar. Meskipun dia belum mempelajari semua
keahlian sang nenek, namun bawang putih merasa sudah cukup untuk saat ini.
Sesuai janjinya, 5 bulan adalah waktu yang dia rencanakan untuk belajar. Dan
kalau ingin mempelajari semua keahlian sang nenek, dia rasa 10 tahun pun tidak
akan cukup. Maka dia tidak akan memperpanjang masa belajarnya, dan berfikir
untuk segaera menerapkan seluruh ilmunya seorang diri, tanpa bantuan Nenek. Selain
itu, dia sangat merindukan rumahnya. Bawang putih tidak terlalu peduli dengan
kemarahan Ibu tirinya. Dan berharap kalau Ibu tirinya sudah menikah lagi atau
bawang merah yang sudah menikah. Sehingga mereka tidak perlu tinggal di
rumahnya lagi.
Maka, menjelang sore, bawang putih pun berpamitan untuk
pulang besok pagi. Tidak lupa sang nenek membekali aneka benih dan bibit.
Berharap bahwa bawang putih dapat menerapkan ilmu yang dipelajarinya dan bisa
hidup mandiri. Sang nenek berpesan agar bawang putih tidak usah sungkan kalau
mau berkunjung lagi. Pintu rumahnya akan selalu terbuka apabila bawang putih
berkeunjung kembali.
Seperti biasa bawang putih selalu berangkat pagi hari agar
sampai rumah tengah hari. Namun entah kenapa perasaannya sedikit deg-degan.
Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Ibu tiri atau Bawang merah. Menjelang
tengah hari, bawang putih sudah melihat rumahnya dari kejuhan. Namun nampak
banyak yang berubah di sekitar rumahnya. Kebun yang dulu tidak tearwat kini sudah
dihiasi bunga-bunga berwarna warni. Kandang hewan ternak nya pun kini sudah
diperbaiki. Dari kejauhan sudah terliha sapi, kambing dan kuda di sekitar
kandangnya. Dalam hati, bawang putih bertanya-tanya. Ada apa gerangan dengan
rumahnya. Apakah Ibu tirinya telah menikah lagi dan suami barunya yang
merenovasi rumah tersebut? Bawang putih tidak bisa berfikir banyak lagi. Dengan
perasaan campur aduk dia berlari menuju rumahnya.
Semakin mendekat, kini bawng putih merasa semakin asing
dengan kondisi rumahnya. Banyak sekali perubahan yang terjadi, yang
dipertahankan hanyalah bangunan utamanya. Maka dengan segera dia memasuki
rumahnya. Tapi rupanya rumahnya terkunci, padahal tidak biasanya rumahnya
terkunci di siang hari. Maka dia pun mencoba mengetuk pintu. Setelah menunggu
beberapa detik, pintu pun terbuka. Namun bukan Ibu tiri ataupun Bawang putih
yang membukakan pintu, melainkan orang lain. Dan orang lain itu malah bertanya.
“Maaf Anda siapa? Ada keperluan apa?”
“Saya Bawang putih. Saya tinggal di sini dengan Ibu dan
saudara saya, Bawang merah. Saya justru ingin bertanya Anda siapa?”
“Saya Kiranti, pelayan di rumah ini. Rumah ini sudah dijual
kepada majikan saya dan saya lah yang bertuga mengurus rumah ini.”
“Maaf, bisa diulangi lagi? Kalau tidak salah dengar rumah
ini telah di jual?”
“Benar. Memangnya anda darimana saja? Kenapa baru tahu?”
“Tapi saya pemilik sah rumah ini. Dan saya tidak menjual
rumah saya.” Jawab barang putih dengan sedikit menaikann volume suaranya,
sambil mencoba menahan emosi.
“Tapi itulah yang terjadi. Rumah ini sudah jadi milik majikan
saya semenjak empat bulan yang lalu. Dan sudah hampir empat bulan pula saya
tinggal di sini dengan suami dan anak saya.”
“Tapi.”
Bawang putih menghentikan perkataannya. Peraasaannya sangat
kacau, apa yang sebenarnya terjadi selama dia pergi. Tapi seperti biasa, dia
sangat tegar dan berusaha mencari jalan keluarnya.
“Kalau memang rumah ini sudah dijual, saya mau bertemu
dengan pemiliknya. Saya ingin bertanya, bagaimana bisa rumah ini bisa terjual tanpa
sepengetauan saya, pemilik aslinya.”
“Maaf tidak bisa”
“Kenapa”
“Karena majikan saya saat ini sedang tidak di rumah”
“Kalau begitu saya boleh menunggunya di dalam? Tapi saya
mohon agar anda percaya bahawa saya pemilik rumah ini sebelumnya. Saya akan membuktikan
pada anda bahawa saya mengenal seluruh bagian rumah ini. Dan saya yakin,
setelah mendengar penjelasan saya, anda percaya bahwa saya pernah tinggal
disini. Mungkin barang-baarng saya juga masih tertinggal disini.”
Bawang putih
melanjutkan penjelasnnya dengan menunjukan bagian-bagian rumah yang tidak
mungkin diketahui sama orang luar, menyebutkan sejarah pembangunan rumahnya,
dan penjelasn lainnya dan berharap kalau Kiranti akan percaya. Hampir 1 jam
lamanya Bawang putih meyakinkan Kiranti dan mengajaknya berkeliling di sekitar
halam rumahnya. Menujukan jenis-jenis pohon yang ditanam disitu, dan lainnya.
Melihat kesungguhan bawang putih dan mendengar pejelasan
panjang lebar nya. Akhirnya Kiranti sedikit mempercayainya. Dia pun
mempersilahakn bawang putih untuk masuk. Kiranti mempersilahkan bawang putih
untuk berisitahat di salah satu kamar, yanag kebetulan dulunya adalah kamar
bawang putih. Sedangkan kini, kamar tersebut biasanya digunakan sebagai kamar tamu.
Sedangkan kamar tempat para pengurus rumah tidak di rumah utama. Di bagian
belakang rumah, dibuatkan pavilion untuk tempat tinggal para pekerja sehigga
sedikit terpisah. Kamar Utama yang dulu ditinggali orang tuanya, yang kemudian
diganti Ibu tirinya digunakan sebagai kamar pemilik rumah yang baru.
Menjelang malam, Nampak dari kejauhan seorang pemuda
tampan datang menunggangi kuda. Sepertinya bawang putih pernah mengenalnya,
namun dia lupa dimana. Semakin dekat, semakin jelas pula wajah sang pemuda
tampan yang tak lain adalah sang pangeran yang pernah ditolongnya. Namun
berhubung sang pangeran tidak pernah menyebutkan identitasnya, maka dia pun
belum tahu sampai saat ini kalau pria yang ditolongnya adalah seorang pangeran.
Melihat sang pangeran, bawang putih teringat mimpinya 6 bulan lalu. Mimpi yang
masih diingatnya sampai sekarang karena begitu berkesan.
Sang pangeran turun dari kudanya. Nampak
sorang pria membawa kudanya ke arah kandang, sedangkan sang pangeran sendiri
langsung menuju rumah. Bawang putih semakin bergetar hatinya. Entah perasaan
apa yang menghampirinya. Dia seolah dibuat jatuh cinta pada sang pangean.
Padahal ini baru pertemuan keduanya. Mungkinkah pangeran adalah jodohnya?
Bawang putih mulai berangan. Tapi kalau perasaan suka tersebut hanya dari satu
belah pihak, maka dia harus siap menerima resiko cintanya bertepuk sebelah
tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar